Mengetahui sebuah senjata lolos dari pengawasannya. Dengan tatapan dingin, Joseph mengacungkan senjatanya, menembak pria yang baru saja melepaskan pelurunya.
Suara pistol berperedam terdengar di antara keheningan itu.
Pria itu terkapar bersimbah darah. Menambah ketegangan suasana, bahkan bagi para penculik yang terbiasa dengan kekerasan.
Sementara itu di tempatnya, Hyeon Mi lantas bergerak cepat memeluk Helios begitu suara tembakan terdengar.
Peluru itu tak pernah sampai pada Helios. Sebaliknya, peluru itu mengenai tubuh Hyeon Mi yang memeluk Helios, melindungi dirinya dengan tubuhnya sendiri.
Helios merasakan benturan tubuh Hyeon Mi di dadanya, lalu tubuhnya jatuh bersamaan dengan tubuh Hyeon Mi yang mulai kehilangan keseimbangan.
"Hyeon Mi!" Suaranya tercekat di tenggorokan. Tangan Helios gemetar saat memeluk tubuh Hyeon Mi yang terkulai di pelukannya.
Hyeon Mi menatapnya dengan sorot yang begitu lembut, seolah mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.
Tapi tidak.
Segalanya tidak baik-baik saja.
Helios merasakan kemarahan, kesedihan, dan ketidakpercayaan bergulung jadi satu di dadanya.
Kenapa? Kenapa Hyeon Mi harus melindunginya? Ia seharusnya yang melindungi Hyeon Mi. Ia seharusnya kuat, mampu mengatasi setiap bahaya.
Tapi sekarang, orang yang paling ia cintai justru melindunginya dengan tubuhnya sendiri.
"Hyeon Mi... tidak..." Helios memeluknya erat, tapi
tangannya gemetar. Ingatannya pada kematian Hyeon Mi di dunia novel bergerak cepat di kepalanya.Perasaan kacau yang tak pernah ingin dirasakannya kembali, lagi-lagi dirasakannya.
Helios masih terguncang, memeluk erat tubuh Hyeon Mi yang terkulai di pelukannya. "Kenapa kau melakukan ini?" Tanyanya, suaranya hampir tak terdengar.
Tapi di tengah semua itu, suara tawa Hyeon Mi terdengar.
Tertawa lembut, samar, tapi cukup untuk membuat Helios tersentak.
Helios bergegas bangun, menatap wajah Hyeon Mi di pelukannya, yang kini tersenyum kecil meskipun napasnya tampak teratur.
Helios mengerutkan alis, bingung, lalu menatap punggung Hyeon Mi yang tertembak. Ia menyentuh bagian itu, tapi tak ada darah.
Hanya rompi tebal di bawah bajunya yang memperlihatkan sesuatu yang tak terduga. "Apa--" Helios menatapnya dengan penuh kebingungan.
Hyeon Mi menatapnya dengan senyum menggoda. "Helios, aku pakai rompi anti peluru. Aku baik-baik saja."
Helios tercengang, lalu tanpa sadar tertawa, campuran antara lega dan tidak percaya. "Kau--" Dia menggeleng pelan, lalu menunduk, menutupi wajahnya dengan tangannya.
Semua kekhawatiran yang ia rasakan, semua rasa takut, lenyap seketika. "Aku benar-benar berpikir akan kehilanganmu."
Hyeon Mi tertawa lagi, meskipun kali ini suaranya lebih lembut. "Maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi."
Di tempatnya, Joseph menghela napasnya. "Apa kau tidak sayang dengan tubuhmu, Nak? Aku tidak menduga kau akan melindunginya."
"Aku percaya dengan kualitas rompi anti peluru milik Ayah." Hyeon Mi tertawa ringan. Ia bangkit berdiri, melepaskan tubuhnya dari pelukan Helios.
Tiba-tiba beberapa mobil hitam memasuki pelataran gudang.
Satu sedan hitam dan dua van hitam terparkir di halaman gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return to the World I Belong to Be
Historical FictionDOR! DOR! DOR! Suara tembakan berperedam itu membuat Hyeon Mi terhuyung. Ia yang tengah mengejar penjahat yang kabur sebelum sampai sel penjara, kini terkulai lemah di lantai apartemennya. Merasakan perutnya yang terasa panas dengan darah yang merem...