17. Hampir usai

1K 36 1
                                        

Happy Reading
_______________________

"Bukankah lebih baik kalau kita berjalan masing-masing seperti sebelumnya yang hanya sebatas orang asing." ------ Radelia Maheswari

Reygi memberhentikan motornya di depan rumah minimalis milik Rayna, cowok itu menyugar rambutnya ke belakang setelah melepas helm, menoleh ke arah belakang Rayna yang turun dari motornya, waktu menunjukkan pukul sembilan malam membuat angin malam semakin berhembus kencang.

Saat Reygi menjenguk Mamahnya ia menyempatkan untuk mengantar Rayna ke rumah bertepatan dengan jam kerjanya yang sudah selesai.

"Lo tinggal sama siapa disini?" tanya Reygi membuka suara.

Rayna menoleh sedikit mengerutkan keningnya dengan pertanyaan Reygi. "Kamu nanya gitu buat apa?" ujar Rayna terdapat nada cetus di setiap kalimatnya.

"Nanya aja, kelihatannya sepi rumah lo. Emang lo kira gue nanya gituan buat apa? Jangan-jangan lo mikir negatif tentang gue." Reygi memicingkan matanya.

"Y-ya aneh aja nanya gitu." nada bicara Rayna terbata-bata.

"Dih kalau nggak mau jawab nggak apa-apa orang gue cuma basa-basi doang, lagi pula rumah lo keliatannya berhantu." Reygi sedikit memelankan ucapannya di akhir kalimat, bermaksud menakut-nakuti Rayna.

Rayna merinding sendiri menelisik setiap sudut rumahnya, yah memang agak horor pohon-pohon besar yang berada di sekeliling rumah cukup minimalis dengan cat rumah berwarna cokelat, dan rumahnya juga sering kosong karena waktunya lebih banyak di RSJ, ia memilih tinggal sendiri di banding dengan orang tuanya.

Reygi mulai menghidupkan mesin motornya, terlonjak kaget ketika kedua tangan Rayna menyentuh pergelangan tangannya, Reygi berdehem pelan cukup membuat Rayna sadar dengan tindakannya sebisa mungkin cowok itu menahan tawa dengan ekspresi Rayna yang ketakutan, termakan omongannya.

"Kenapa?" tanya Reygi satu alisnya terangkat.

"Kamu benar, rumah saya emang agak horor apalagi saya cuma tinggal sendiri disini dan jarang pulang ke rumah." tutur Rayna.

Tawa Reygi pecah begitu saja mendengar ucapan Rayna, rupanya psikiater satu ini termakan ucapannya padahal ia hanya ngawur saja tapi gadis yang tadinya tidak mau menjawab pertanyaannya kini malah menjelaskan semuanya secara detail.

"Lah emang kenapa lo tinggal sendiri? Orang tua lo masih ada kan?"

Rayna berdecak kesal memukul bahu Reygi. "Kamu nggak perlu tahu tentang itu, yang jelas emang benar kelihatannya rumah ini berhantu?"

"Kayaknya gitu."

Rayna membulatkan matanya mendengar jawaban pelan dari Reygi. "Kamu indigo bisa lihat makhluk halus?"

"Iya, bahkan gue punya indera ke sepuluh." kesal Reygi menjawab asal.

Rayna mulai memincingkan matanya. "Kamu mulai bohongin saya ya Rey."

Reygi tertawa renyah. "Udah ah gue pulang, serem rumah lo dari tadi ada yang liatin mulu."

Bola mata Rayna membulat bersamaan dengan itu Reygi menghidupkan mesin motornya dan menjauh dari kediaman rumah Rayna, hal itu membuat gadis itu menjerit melirik ke kanan-kiri berusaha tidak terpengaruh dengan ucapan Reygi dan mulai melangkah pelan membuka pintu rumahnya.

HEI, REYGI! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang