44. Crazy girl

331 10 0
                                    

Happy Reading
___________________


Benar kata orang, kalau sudah berteman lebih baik tidak mempunyai perasaan khusus apalagi sampai mengungkapkannya nanti satu sama lain akan canggung dan tidak se bebas kemarin untuk saling berinteraksi. Hal itu yang terjadi pada Reygi dan Rayna, keduanya canggung seakan-akan orang yang baru saling mengenal.

Reygi yang seperti merasa bertingkah laku sudah tak se bebas kemarin, lebih tepatnya ia bingung harus memperlakukan Rayna bagaimana. Ia takut jika nantinya menaruh perhatian pada Rayna hanya akan semakin menyakiti gadis itu, karena sama saja akan memberinya harapan palsu.

Akankah tetap biasa saja seperti tidak ada yang terjadi? Tapi ketika mengingat Rayna yang mengungkapkan perasaannya, Reygi geli sendiri. Reygi berpikir, memang apa yang dilihat Rayna untuk seukuran psikiater dan Reygi yang masih tergolong bocah ingusan karena masih berstatus pelajar.

Ia saja masih suka labil, sikapnya yang jahil, juga tergolong brengsek. Reygi kadang merasa, sial sekali orang yang menyukainya. Tampan? Apa fisik bisa se berpengaruh itu untuk menutupi pori-pori yang tersembunyi atau lebih tepatnya kekurangan-kekurangannya.

Seperti saat ini mereka seperti tetangga yang tidak saling kenal saat berpapasan keluar rumah, Reygi yang sudah duduk di atas motornya dan Rayna yang berada di dalam mobilnya. Hanya sesaat bersitatap, lalu setelah itu keduanya langsung pergi untuk memulai aktifitas pagi. Reygi yang akan berangkat sekolah dan Rayna yang akan berangkat ke RSJ.

***

Waktu masih sangat pagi, tapi sebagian siswa-siswi SMA Mandiri sudah heboh saat berdiri mengerubungi mading yang biasanya digunakan untuk memberi info penting tentang sekolah. Gadis yang baru saja menempel sesuatu di mading yang membuat kerumunan orang itu hanya santai sambil menyandarkan tubuhnya di pilar.

"Ini dia cewek sasimo, setelah putus sama cowoknya. Malah deket sama sahabat si cowok! Parah sih parah!" pekik salah satu gadis yang berdiri paling depan di antara yang lainnya.

"Fin, itu serius?" tanya mereka serempak.

Finka mengangguk cepat. "Lo bisa liat sendiri kan fotonya, itu real nggak di edit-edit!" ujar Finka.

"Delia-- Raven?!"

Mereka kembali meneliti foto Delia dan Raven yang terlihat mesra, dengan keduanya yang duduk di sebuah taman dan tangan Raven yang merangkul pundak Delia dengan Delia yang bersandar di dadanya.

"Reygi sama Delia baru putus kan? Delia langsung bisa nyender sama temennya Reygi ya. Parah sih, jangan-jangan udah selingkuh pas masih pacaran makanya di putusin! Raven juga, masa dia nikung temennya sendiri!"

"Terus Dafa gimana? Bukannya Dafa juga suka dan dekat sama Delia?"

"Di embat kali semuanya sama Delia, namanya juga sasimo!"

Gelak tawa langsung meludak begitu saja, seperti tidak ada beban memberi spekulasi-spekulasi yang belum tentu benar adanya. Ucapannya juga sangat menusuk seperti melihat kejadiannya secara langsung, manusia memang kadang suka menilai dari luarnya saja.

Baik Delia, Gina, dan Lisa yang sejak tadi berdiri tak jauh dari kerumunan mengernyit heran. Mereka samar-samar mendengar nama Delia di sebut-sebut, hal itu membuat rasa penasaran semakin tinggi apalagi Delia.

Ketiganya langsung berjalan cepat menerobos kerumunan, yang langsung menyita perhatian terlebih pandangan mereka tertuju pada Delia dengan tatapan yang sangat sinis.

"Ini maksudnya apa?!" sentak Gina, kala melihat foto Delia dan Raven dan lebih parahnya lagi Delia yang paling disalahkan dengan terdapat kutipan 'cewek sasimo'.

HEI, REYGI! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang