28. Merancang masa depan

313 14 1
                                    

Happy Reading
___________________

Dapat pasangan yang strict parents itu adalah tantangan tersendiri. Kamu tak hanya di tantang untuk maju menjaga kepercayaannya tapi juga di tantang untuk maju menjaga kepercayaan orang tuanya, atau malah sebaliknya kamu di paksa untuk mundur karena aturan ketat orang tuanya. ---- Reygi Aditia Athalla

***

Suasana malam yang cukup dingin dengan jalanan ibukota yang lengang, mobil sport yang di kendarai Reygi itu melewati beberapa sudut jalan kota Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana malam yang cukup dingin dengan jalanan ibukota yang lengang, mobil sport yang di kendarai Reygi itu melewati beberapa sudut jalan kota Jakarta. Delia yang beberapa jam yang lalu mengeluh bosan di rumah akhirnya Reygi mengajaknya quality time ya hanya sekedar berputar-putar mengelilingi kota Jakarta dan sekedar singgah kalau ada jajanan yang memikat hati, seperti itulah permintaan Delia.

"Delia juga mau belajar nyetir, kelihatan keren banget lihat cewek-cewek yang bisa nyetir mobil berkelas gitu loh." celoteh Delia, sambil bersandar di pundak Reygi.

Reygi tertawa kecil sambil mengacak-acak rambut Delia. "Jangan, nanti malah nabrak." ujarnya.

Delia mendongak menatap Reygi dengan kesal. "Kan nggak ngebut ngebut!"

"Mau ya, ngajarin Delia?!" gadis itu beralih menatap Reygi dengan kedua bola mata berbinar, berharap cowok itu mau menuruti permintaannya namun Reygi malah menggeleng.

"Nanti kalau nabrak, kepala lo kebentur terus lecet." ujar Reygi sambil mengusap bagian kepala hingga dahi Delia, membayangkan saja sudah membuat Reygi merinding sendiri.

Delia semakin dibuat kesal, sambil bersedekap dada. "Ayah juga selalu bilang gitu, padahal itu cuma bayang-bayangnya doang yang ngeri sampai katanya nanti bisa bocor kepalanya terus di operasi."

Reygi memberhentikan mobilnya di tepi jalan beralih menangkup pipi Delia. "Bener kata Om Rian, lo liat itu pembatas jalan. Banyak yang nabrak itu coba bayangin lo yang nabrak itu terus lukanya parah lebih parahnya nggak selamat." Reygi bermaksud menakut-nakuti Delia dengan menunjuk pembatas jalan yang berada di samping kiri mereka.

"Reygi doain Delia mati?!"

"Nggak gitu maksud gue, ya cuma bahaya aja kalau lo nyetir."

"Mau nyetir kek nggak nyetir kek tetap aja bakalan mati!" kesal Delia membuat bola mata Reygi membuat.

"Udah nggak usah ngomongin mati-mati, ngeri tau." ujar Reygi kembali mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Reygi melirik Delia yang tampak cemberut, gadis itu tak lagi seperti tadi bermanja-manja dengannya sekarang Delia malah menatap kearah kaca jendela mobil, sepertinya karena masih kesal permintaannya tak di turuti.

HEI, REYGI! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang