33. Tak terduga

673 28 0
                                        

Happy Reading
____________________

Kasih kepercayaan ke orang itu susah, makanya itu jangan coba-coba khianati sebuah kepercayaan yang udah di kasih-- Sandy Atmananda Juliansyah

***

"Makin rumit Sand, makin rumit!"

Sandy diam mendengarkan seksama curhatan Reygi, ia memperhatikan cowok itu mondar-mandir tidak jelas di depannya entah sudah berapa kali ia mengatakan hal itu dan masih ada ocehan lainnya yang di lontarkan Reygi terlihat juga raut wajahnya yang frustasi dan panik.

"Delia kayak udah muak sama gue Sand, dia nggak mau dengerin apapun lagi yang keluar dari mulut gue!"

Sandy menghela napas berat. "Mungkin ini udah kesekian kalinya gue saranin ke lo, coba kasih tau yang sebenarnya sebelum semuanya terlambat." ujarnya, membuat Reygi seketika terdiam sejenak.

"Gue terlalu pengecut Sand," Reygi berucap lirih, ia sudah mencoba lebih tenang dengan duduk dengan benar tidak mondar-mandir seperti tadi.

Keduanya kini sedang berada di rumah Sandy, temannya yang sangat tepat untuk di ajak curhat itu Sandy takutnya ia tidak bisa serius untuk curhat kalau bersama yang lainnya yang merupakan biang rusuh.

"Ya terus gimana?"

Sandy mendapat gelengan pelan dari Reygi, ia juga sama bingungnya harus melakukan apa menurutnya jalan satu-satunya hanya itu menjelaskan semua yang terjadi pada Delia.

Ting!

Sandy melirik handphonenya yang tergeletak di sofa, itu sudah kesekian notifikasi chatting berbunyi yang sudah bisa di tebak itu siapa, Sindy tentunya. Namun ia memilih tidak membalas satu persatu chat tersebut karena ia masih menghargai Reygi.

"Lo bales dulu Sand, pasti Sindy ngamuk lagi kalau nggak di bales chatnya." timpal Reygi yang juga merasa tidak enak dengan kedatangannya, terlebih Sandy terlihat sangat capek juga mungkin karena capek dengan hubungan jarak jauhnya.

"Nggak apa-apa lo lanjut aja ngomongnya, gue udah biasa ngadepin Sindy."

Tak lama setelah itu layar handphonenya berubah menjadi panggilan telpon, menampilkan profil gadis cantik berambut curly. Sandy menghela napas berat dengan cepat ia menonaktifkan handphonenya yang seharusnya ia lakukan sedari tadi.

"Sand itu Sindy––"

"Udah nggak apa-apa, lagian gue lagi males sama dia." balas Sandy menyela ucapan Reygi.

"Lagi berantem ya Sand?" tanya Reygi.

"Nggak penting, gue nggak mau adu nasib."

Reygi menundukkan kepalanya merasa bersalah, sepertinya memang benar Sandy sedang mempunyai masalah dengan Sindy namun enggan membagi ceritanya pasti bukan masalah kecil terlebih sangat susah menjalani hubungan jarak jauh, saling menaruh kepercayaan yang membuat susah.

"Terus lo maunya gimana Rey?" tanya Sandy.

Lagi-lagi Reygi hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Nggak tahu Sand. Kalau gue tahu juga nggak mungkin gue cerita sama lo, minta saran sama lo."

HEI, REYGI! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang