36. Berakhir?

737 32 0
                                        

Happy Reading
_____________________

Aku harus bisa melepasmu, karena semakin ku genggam semakin menyakitiku.---- Radelia Maheswari

***

Delia memandang sendu pemandangan dari luar kaca jendela mobil, jauh di sana terlihat Reygi dan Rayna yang terlihat memapah salahsatu pasien rumah sakit jiwa dari taman depan untuk masuk kedalam.

Pikiran negatif pun mulai bersarang di pikiran Delia, ia sama sekali belum bisa mengerti sekarang kenapa Reygi sering berkunjung ke RSJ dan sangat dekat dengan Rayna. Bahkan katanya tidak bisa jauh dari psikiater itu.

Delia tersenyum kecut, kenapa harus repot-repot mencari jawabannya tentu saja itu semua karena keduanya bisa saja saling suka kan. Itulah anggapan Delia yang belum bisa berpikir positif tentang Reygi.

Rasanya pikirannya sudah di penuhi hal-hal buruk tentang Reygi untuk saat ini, ia yang sudah memergoki Reygi yang memeluk Rayna menolak untuk percaya pada Reygi.

"Kayaknya Delia harus lepas kamu deh." gumam Delia, saat tak lagi mendapati lkeberadaan Reygi dan Rayna yang sudah masuk kedalam rumah sakit jiwa.

"Belum mau jalan Mbak?" tanya Pak Manto selaku sopir, pria itu menoleh kebelakang menunggu jawaban dari Delia pasalnya mereka sudah sepuluh menit disini.

"Jalan aja Pak," ujar Delia, pandangannya sudah ia alihkan dari rumah sakit jiwa itu.

Pak Manto langsung menghidupkan kembali mesin mobil, dan kembali mengendarai mobil dengan kecepatan sedang untuk ke kediaman Delia.

Delia menghela napas berat menoleh kesamping kanan, terdapat gitar listrik disampingnya, yang baru ia beli di toko peralatan musik untuk hadiah ulang tahun Dafa yang tinggal tiga hari lagi. Tapi saat pulang dari sana saat lewat RSJ dia melihat pemandangan yang tak mengenakan.

Saat sudah sampai di kediamannya, rumah berdesain Eropa itu. Delia lebih dulu turun sebelum di bukakan pintu mobilnya.

"Bawa gitarnya kedalam ya Pak!"

"Udah pulang kamu? Mana gitarnya?" tanya Safira yang datang dari dapur.

Delia melirik kebelakang terlihat Pak Manto yang membawakan gitar listrik itu. Delia memberi instruksi untuk membawa gitar tersebut kedalam kamarnya, dengan ia dan Safira juga yang mengekor dari belakang.

"Taroh di sudut sana aja ya Pak!" Delia menunjuk sudut ruangan yang juga ada gitar dan pianonya disana.

"Udah Mbak, saya permisi dulu ya!"

Delia hanya mengangguk pelan sebagai balasan. Ia berjalan gontai kearah kasur empuknya dan mendudukkan diri disana, diikuti oleh Safira yang ikut duduk disamping Delia menyadari raut wajah gadis itu terlihat tak bersahabat padahal tadi sebelum berangkat pergi ke toko alat musik tampak baik-baik saja.

"Gitarnya bagus, Dafa banget. Kamu emang pinter sih milih apalagi kalau soal musik." kekeh Safira basa-basi, Delia hanya tersenyum tipis.

Safira mengelus surai rambut Delia. "Kenapa lagi? Mukanya asem gitu."

Delia menoleh kearah Safira menatap sendu Bundanya. "Lagi nggak mood aja Bund."

HEI, REYGI! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang