15. Hari sial

894 42 0
                                        

Happy Reading
________________________

Reygi menangkup pipinya dengan tangannya sendiri, menatap jengah pada motor ninja miliknya yang sedang di panasi dalam diamnya cowok itu tengah gelisah melirik jarum jam yang bergerak di arloji miliknya yang melingkari pergelangan tangan kirinya menunjukkan pukul 06.40. Ia telat bangun di tambah hari ini hari Senin akan di pastikan cowok itu akan di jemur di lapangan bahkan akan di permalukan di depan murid-murid.

Drrrt

Ponselnya yang berada di saku jaket bergetar menandakan panggilan telpon, ia langsung melihat siapa si penelpon setelah bola matanya menangkap nama Tomo ia langsung mengangkat panggilan telpon itu.

"Hal----"

"HALO, LO DIMANA NYET?!"

"LO TAHU KAN NASIB KITA TERANCAM HARI INI!"

"CEPETAN WOY KITA TUNGGU DI DEPAN WARUNG MASZEH, KITA NGGAK ADA BANYAK WAKTU LAGI BUAT KE RUMAH LO!"

"CEPETAN, LO MAU DI SURUH PUSH UP DI DEPAN SEMUA TEMEN-TEMEN KITA!"

Reygi sedikit menjauhkan ponselnya telinganya sakit mendengar teriakkan mereka yang bergantian, kecuali Raven ia sama sekali tak mendengar hembusan napas cowok itu sudah di pastikan dia yang paling diam disitu.

"Sabar anjir gue lagi manasin motor, suara lo pada ngalahin orang demo deh!" kesal Reygi menjepit ponselnya dengan bahu kekarnya, ia beralih berdiri mematikan mesin motornya.

"Eygi, cepatu walna walni punya Lica mana?!" pekikan balita dua tahun yang berdiri di ambang pintu lantas membuat Reygi menoleh, mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Tanya sama suster Rina, gue buru-buru cil!" Reygi hendak memakai helmnya namun tiba-tiba tangan mungil milik Delisa melingkar di kakinya.

"Aaaa caliin dulu, kata sustel Eygi yang nyimpen!" rengek balita tersebut.

Reygi menggaruk tengkuknya ia baru ingat cowok itu menyimpan sepatu itu di lemari miliknya, karena ia kesal sering di lempar-lempar dan di pakai Delisa dan akhirnya rusak.

"Mau ngapain sih? Mau di rusakin lagi? Pakai sendal swallow aja sono!"

Delisa menggeleng cepat ia tidak mau sepatu warna-warni itu di simpan Reygi, ia mau pakai itu di rumah untuk seolah-olah mengikuti lomba modeling yang akhirnya di lempar-lempar.

"SUSTER!" teriak Reygi menggelegar, ia sedang buru-buru tapi harus mengurusi sepetu warna-warni itu.

Suster Rina datang dengan tergopoh-gopoh. "Kenapa Den?"

Reygi melirik ke bawah balita yang masih melingkari tangannya di kakinya, suster yang mengerti langsung melepas paksa lilitan tangan Delisa di kaki kiri Reygi beralih menggendong balita itu.

"Gue pamit ya cil ya!" Reygi menyempatkan diri untuk mengecup kening Delisa, buru-buru ia memakai helmnya dan menghidupkan mesin motornya.

Mesin motor Reygi beradu dengan suara tangisan Delisa membuat Reygi kasihan, tapi ia tidak bisa meladeni balita itu lama-lama karena semakin lama nyawanya semakin terancam, oleh Pak Surip yang tak tanggung-tanggung menampar dan memberikan push up di depan semua siswa-siswi.

HEI, REYGI! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang