39. Sisi negatif Reygi

343 14 0
                                    


Happy Reading
___________________

Kedatangan dan kepergian itu pasti.
Merelakan atau memaksakan itu pilihan.
--- Fiersa Besari

***

Brak!

Reygi menutup pintu ruangan billiard itu dengan cukup keras, ia membiarkan kuncinya menggelantung setelah mengunci pintunya rapat-rapat. Cowok itu melepas jaketnya dan membuangnya ke sofa yang berada di sudut ruangan.

Ia menghampiri meja billiard, dengan tangannya sudah memegang stik untuk digunakan menyodok bola billiard. Cowok itu mulai menyusun sendiri bola billiard yang berjumlah lima belas, dan mulai mengarahkan stik itu untuk menyodok bola-bola kecil yang telah diberi nomor supaya bisa masuk ke dalam lubang-lubang yang ada di sisi meja.

Setelah dari warung Maszeh cowok dengan kalung titanium yang melingkar di lehernya itu, tidak langsung pulang ke rumah. Ia melampiaskan kekesalannya untuk langsung ke Cafe Gray dan langsung meminta kunci ruangan billiard pada Ucup lalu memilih mengurung diri di ruangan ini untuk meredamkan emosinya.

"Gue maunya Delia mantan lo kok, malah nawarin Finka."

Sialan, potongan kalimat Raven masih bisa diingat Reygi. Cowok pecandu rokok itu seperti tidak merasa bersalah mengatakan hal itu, Reygi berpikir cowok itu sangat tidak sopan ketika hubungannya baru kandas dia malah langsung mencari kesempatan.

Tok! Tok! Tok!

Reygi menggerling melirik pintu yang di ketuk itu dengan ekor mata, itu pasti Ucup. Dengan malas, ia menaruh stik itu di atas meja dan membuka pintu ruangan billiard.

"Ganggu banget lo." protes Reygi the points, Ucup dengan celemek abu-abunya itu hanya menunjukkan deretan giginya untuk membalas ucapan Reygi.

"Ada Mbak Delia tuh Bang!" Ucup menunjuk kebelakang dengan jari ibu, Reygi refleks melihat kebelakang membuat Ucup tertawa.

"Ya didepan atuh Bang, masa di belakang Ucup!"

Reygi berdecak kesal ia sedikit mendorong Ucup kesamping. "Minggir lo!"

"Buset, untung bos gue!" Ucup mengelus dadanya sambil geleng-geleng kepala, remaja yang sebentar lagi berusia enam belas tahun itu beralih mengunci ruangan billiard yang di biarkan Reygi terbuka begitu saja.

Reygi memincingkan matanya, saat melihat punggung gadis yang menggunakan cardigan pink muda itu. Ia berjalan pelan menghampiri Delia dengan bersedakap dada.

"Reygi––"

"Mau bicara kan? Ayo diluar!" Reygi langsung menarik tangan Delia untuk keluar Cafe menuju taman belakang sebelum menjadi perhatian banyak orang.

Delia sedikit meringis merasakan genggaman tangan Reygi di pergelangan tangannya yang cukup kuat, terbukti saat cowok itu melepaskan genggamannya yang meninggalkan bekas merah.

Reygi hanya melirik Delia sekilas saat gadis itu meniup tangannya yang sedikit perih, bahkan tidak ada niat sedikit untuk minta maaf. Cowok itu tampak kaku dan tidak peduli, Delia bisa lihat perubahan yang sangat signifikan itu.

HEI, REYGI! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang