03 ALEONA.

1.5K 113 74
                                    

Pagi-pagi sekali, Aluna sudah pergi dari rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali, Aluna sudah pergi dari rumahnya. Entah mengapa, perasaannya mengatakan akan terjadi sesuatu jika gadis itu masih berdiam di sana. Kini, Aluna sudah terdampar di gerbang rumah milik adik bungsu dari Rendra.

Masih berada di atas motornya, Aluna berdecak sebal saat panggilan teleponnya tak kunjung diangkat, "Punya paman satu kalau tidur kaya kebo!" dumelnya sambil terus memukul pagar tinggi itu.

"Om, woi, bangun!"

Teriakan itu jelas membuat tetangga di sekitarnya merasa terganggu. Beberapa dari mereka mulai keluar rumah dan melihat seorang remaja perempuan yang sibuk menggedor gerbang. Salah satu tetangga mendekatinya.

"Neng!" Aluna tersentak saat merasakan pundaknya ditepuk oleh seseorang.

"Neng nyari siapa? Kenapa pagi-pagi udah ribut?" Rupanya yang menghampiri dirinya adalah seorang bapak-bapak.

Aluna hanya bisa tersenyum kikuk, "nyari Dzaka Pak, kebetulan saya telepon dari tadi gak diangkat."

"Mas Dzaka? Oh, dia dari kemarin gak pulang ke sini."

"Gitu ya, Pak? Yasudah maafin saya, sudah bikin ribut di sini." Bapak itu hanya mengangguk lalu berpamitan pergi.

Setelah mendapatkan informasi tersebut, Aluna kembali duduk di atas motornya. Tiba-tiba saja, pandangannya teralihkan pada salah satu rumah dengan pagar yang terbuka.

Aluna sudah memperhatikan hal itu sejak tadi, dan sekarang dia melihat seorang pemuda lelaki berperawakan tinggi keluar dari rumah tersebut. Aluna sedikit merasa heran karena pemuda itu membawa sebuah tongkat sebagai penunjuk jalannya.

Gadis itu hanya diam, memperhatikan bagaimana remaja itu pergi meninggalkan rumahnya. Entah mengapa, meskipun jarak mereka sedikit jauh, tetapi saat menatap wajah remaja itu, perasaan kesal Aluna tiba-tiba lenyap begitu saja.

Matanya membulat sempurna, ketika ia melihat sebuah motor dengan kecepatan tinggi melaju ke arah pemuda tersebut dari arah depan. Tanpa berlama-lama, Aluna berlari dan menarik tangan lelaki tersebut, mencoba menghindarkan mereka dari potensi bahaya yang datang.

"Yang bener kalau nyetir motor! Kalo gak bisa gausah bawa!" Aluna memarahi pengendara motor tersebut, yang kemudian meminta maaf kepada mereka sebelum melanjutkan perjalanan.

Sementara itu, sosok yang ditolong Aluna hanya bisa diam, ia tidak mengerti situasi yang ada. Dirinya bahkan masih terkejut saat merasakan tarikan kencang dari belakang, tetapi yang ia sadari adalah bahwa dirinya hampir ditabrak untuk kedua kali.

"Terima kasih, siapa pun kamu," ujarnya, membuat Aluna menatap ke arah sosok itu dan melepaskan cekalan tangannya.

"Sama-sama, kalau gitu gua duluan, ya?" Aluna melirik jam tangannya sebentar dan merasa ia harus segera berangkat sekolah.

ALEONA [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang