21 ALEONA.

574 46 2
                                    

Tampak sebuah pintu kamar mandi yang perlahan terbuka, di sana Aleo berdiri dengan memakai lilitan handuk pada pinggangnya. Tangannya kini aktif mengusak rambut yang masih basah itu, dirasa sudah tidak ada air yang menetes ia perlahan berjalan menuju lemarinya.

Tangannya terulur ke depan guna meraba benda yang mungkin bisa ia kenali, salahkan ia lupa menyalakan lampu saat ingin mandi tadi.

Semenjak tragedi kelam itu, barang-barang di kamarnya yang mungkin berpotensi untuk pecah segera dipindahkan ke sudut ruangan. Takut-takut terjadi hal yang tidak diinginkan lagi.

Karena dulu Aleo hampir bunuh diri menggunakan pecahan kaca, untungnya Dani menyadari itu. Sebelum bisa sampai dititik ini, Aleo kerap kali melukai dirinya hingga nyaris ingin mengakhiri hidupnya.

Untungnya Kairav dan Bunda selalu menghalangi jalan Aleo, sehingga pemuda itu gagal melakukan aksinya. Kini ia mempunyai semangat baru, berharap bahwa hal yang ia pilih ini sudah benar.

Setelah mengambil pakaiannya, pemuda itu perlahan memakai bajunya dan menyimpan kembali handuk yang tadi ia pakai. Aleo ini cukup memperhatikan kebersihan dirinya, jangan heran jika kalian masuk ke dalam kamarnya akan selalu terlihat rapih.

Pemuda itu kembali duduk di pinggir kasur, ia tak tahu sekarang sudah pukul berapa. Kamarnya ini sangat sunyi hanya terdengar suara jarum jam yang terus berputar.

Sebenernya Aleo mempunyai dua jam di dalam kamarnya, satu dipasang pada dinding kamarnya, satunya lagi ada pada nakas samping tempat tidur.

Kairav sengaja membelikan jam itu untuk Aleo karena jam tersebut tidak memiliki kaca, sehingga Aleo bisa mengetahui waktu dengan cara memegang jarum jam langsung. Tak hanya itu saja, Kairav bahkan memasangkan alarm pada ponsel Aleo setiap jamnya dengan memakai suara dari google sehingga membantu Aleo saat berada di luar rumah.

Terbukti saat ini Aleo mengambil jam itu lalu merabanya sambil menerka waktu, "Jam tujuh kurang," monolognya sambil menaruh kembali jam tersebut.

"Aluna sedang apa, ya?"

Pemuda itu kini bangkit dari duduknya, ia berjalan mengambil beberapa barang yang mungkin ia butuhkan. Bahkan Aleo kini sudah siap, entah mengapa perasaan menjadi tak karuan saat mengingat bahwa ia akan keluar dengan Aluna.

"Jantung saya," ucapnya sambil memegang dada kiri berharap bahwa detaknya kembali normal. "Oh ayolah, apa benar saya suka dengan Aluna?"

Mencoba untuk mencari jawaban pada dirinya, hingga tak menyadari bahwa ponselnya kini berdering. Aleo akhirnya tersadar dan mengangkat panggilan tersebut.

ALEONA [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang