Aleo, pemuda itu, kini tengah merenungi kesalahannya dengan wajah penuh penyesalan. Dia sudah berjanji kepada Azkia untuk membuatkan puding coklat, dan inilah yang menyebabkan dapur menjadi berantakan akibat ulah mereka berdua.
"Abang, cetakan yang bentuk kura-kura itu ada di mana, ya?" teriakan itu muncul dari Azkia yang saat ini tengah mencari-cari cetakan kura-kura di dalam lemari dapur yang sudah berantakan.
"Di lemari bawah, Dek!"
"Gak ada abaang!"
Aleo merasa bingung saat ini. Jika dia mendekati Azkia, maka puding yang akan dia buat bisa saja gagal. Namun, jika dia tetap berada di sini untuk mengaduk puding, Azkia akan terus memberantakan ruangan ini dengan mencari cetakan kura-kura.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki mendekat. Aleo tidak terlalu memperhatikan dengan jelas karena dia terlalu fokus pada proses pembuatan puding.
"Abaang, pake cetakan ini aja deh, Kia enggak nemu cetakan itunya," ucap Azkia kepada Aleo dengan suara lega, sementara Aleo tengah mematikan kompor.
"Ya sudah, gak apa. Taruh di meja makan. Abang akan bawa ke sana." Dengan penuh kehati-hatian, Azkia membawa cetakan itu menuju meja makan, diikuti oleh Aleo yang berhati-hati membawa puding panas tersebut.
Dengan perlahan, Aleo menuangkan semua puding yang sudah jadi ke dalam cetakan. Azkia yang melihat itu tersenyum senang. Abangnya selalu saja mau menuruti semua keinginan dan ide-idenya yang kadang konyol.
"Ditunggu sampai dingin ya, baru dimasukkan ke dalam kulkas," pesan Aleo sambil tersenyum pada adiknya, yang dengan antusiasnya mengangguk setuju.
"Oke, Abang!" Aleo tersenyum sekilas begitu mendengar nada riang sang adik.
Namun, suasana riang itu tiba-tiba terputus ketika mereka berdua dikagetkan oleh kedatangan sang ibu. Ibu mereka berbicara dengan nada tinggi, membuat mereka berdua terkejut dan suasana langsung menjadi canggung di dapur.
"Ngapain kalian di sini?" tanya sang ibu dengan nada yang penuh keheranan.
"Buat puding, Bu. Abang yang lagi masak," jawab Aleo dengan tenang, sementara Azkia memberikan penjelasan yang lebih detail. Aleo hanya diam mendengarkan perkembangan situasi di dapur.
"Kalian sadar gak apa yang udah diperbuat?" tiba-tiba Kayla, sang ibu, menatap kedua anaknya dengan tatapan tajam yang penuh ketegasan.
"Lihat! Dapur jadi kotor gara-gara kalian. Siapa yang akan membersihkan ini semua?" ujar ibu mereka dengan nada yang menunjukkan kekesalan.
Azkia yang mendengar itu hanya bisa menundukkan kepala, merasa bersalah atas kekacauan yang dia sebabkan karena terlalu excited membuat puding.
"Biar Aleo yang bereskan, Bu," ucap Aleo pelan, tanpa menyadari bahwa Kayla menatapnya dengan tatapan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEONA [ TERBIT ]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! BELUM DIREVISI Follow dulu jangan lupa. *** "Saya hanyalah manusia tangguh yang tak sempurna, tapi bersamamu ketidaksempurnaan itu menjadi berwarna." Aleo Kertagama, seorang remaja lelaki yang memiliki banyak kekurangan, salah s...