Aleo sudah berada di rumah Kairav, semenjak kejadian tadi Kairav memutuskan membawa Aleo menuju rumahnya.
Aleo hanya mengikut saja, toh dia juga sedang tidak ingin pulang ke rumah. Meskipun ia rindu dengan Azkia, tetapi sekarang ia butuh teman bercerita.
Kai menggiring Aleo masuk ke dalam rumahnya, di sana Bunda tengah memasak makan malam. Mereka berdua disambut hangat oleh Bunda dan menyuruhnya untuk bersih-bersih diri terlebih dahulu.
"Sapa mau mandi duluan?" tanya Kairav begitu memasuki kamarnya.
"Kamu saja, saya masih mau bersantai." Baiklah Kairav mengalah, padahal sebenernya ia ingin Aleo lebih dulu yang mandi.
Tangannya terulur untuk mengambil baju dan membawanya ke dalam kamar mandi, meninggalkan Aleo yang duduk santai di kursi belajar Kairav.
"Ah saya butuh reglet dan styllus untuk menulis, Kairav punya tidak ya?"
Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar mandi, terdengar suara gemericik air dari dalam.
Tok! Tok!
"Kai, punya reglet sama styllus tidak?"
Kairav yang sedang mandi pun memberhentikan aksinya sesaat, ia tak mendengar jelas perkataan saudaranya.
"Hah? Apaan?"
"Punya reglet sama styllus tidak, Kai?"
Dari dalam kamar mandi Kairav terdiam, ia memikirkan kedua benda tersebut. Mengingat kembali di mana ia meletakan benda tersebut.
"Ah itu ada, bendanya gua taruh di laci kecil yang ada lampu di atasnya."
Tak ada sahutan dari luar membuat Kairav menggidikan bahunya acuh, ia lebih memilih melanjutkan mandi dari pada menanyakan lebih detail.
Sedangkan Aleo, pemuda itu nampak mencari keberadaan laci tersebut. Setelah menemukannya ia bergegas kembali menuju meja belajar milik Kairav dan mengambil salah satu kertas putih kosong dan menjepitnya menggunakan reglet.
Jari jemarinya mulai menusuk membuat sebuah titik tumpul yang rapih, Aleo perlahan mulai menuliskan kalimat demi kalimat yang sudah ia pikirkan sedari tadi.
Minggu, 16 Juni 202*
Aluna, terima kasih. Terima kasih telah menganggap saya benar-benar ada. Semua tentang kamu, tak pernah sekalipun saya lewatkan. Sajakmu, ceritamu, puisimu, semua indah sepertimu. Saya mencintaimu dan akan selalu seperti itu. Saya tidak tahu perasaan ini nyata atau tidak, tetapi perasaan ini hadir karenamu. Maaf telah lancang mengagumi sosok sempurna sepertimu. Mencintaimu adalah anugrah dan petaka yang indah. Tak apa, saya menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEONA [ TERBIT ]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! BELUM DIREVISI Follow dulu jangan lupa. *** "Saya hanyalah manusia tangguh yang tak sempurna, tapi bersamamu ketidaksempurnaan itu menjadi berwarna." Aleo Kertagama, seorang remaja lelaki yang memiliki banyak kekurangan, salah s...