20 ALEONA.

677 63 89
                                    

Senja sore membentang indah di langit barat, banyak burung-burung berterbangan untuk menyambut malam hari. Angin sepoi-sepoi kecil menyentuh dedaunan sehingga menari-nari di tubuh pohon.

Cuaca yang cocok untuk duduk di taman menikmati keindahan senja, sama seperti yang dilakukan oleh Aleo saat ini. Pemuda berusia 21 tahun itu tengah menyendiri sambil mendengarkan tawa dari anak-anak yang bermain di sini.

Aleo menatap indah langit senja yang berwarna jingga kemerahan, pikirannya kembali teringat pada kejadian hari ini. Di mana sang ibu kembali melampiaskan emosinya pada Azkia, sebagai kakak ia tak terima melihat Azkia yang dituntut sedemikian pada usianya yang masih belia.

Mengingatkannya tentang sang ibu yang dulu menuntut nilai sempurna, untungnya ia memiliki otak cerdas sehingga tuntutan itu tak berasa berat. Aleo ingat kembali kata-kata sang ibu yang meneriaki dirinya sebagai anak cacat.

Aleo tersenyum getir mengingatnya, sudah sebenci itukah sang ibu padanya? Semakin hari ia semakin merasa asing pada rumahnya, ibunya seperti membuat dirinya tidak betah ada di dalam sana.

Entah apa kesalahan terbesar Aleo, hingga membuat sang ibu membangun tembok besar diantara mereka. Setiap selesai pembelajaran dengan Ilyas ia memilih pergi ke rumah sang bunda.

Jauh pada lubuk hatinya, Aleo tak membenci sang ibu. Ia hanya merasa kesal karena telah diabaikan selama bertahun-tahun, seakan mereka tak menginginkan kehadiran dirinya. Ia tak ingin menyalahkan siapa-siapa terutama Azkia.

Meskipun dari dulu ia tahu, lahirnya Azkia membuat kedua orang tuanya semakin jauh. Akan tetapi ia masih bisa berpikir positif, adiknya itu masih kecil. Jadi wajar, jika orang tuanya lebih mementingkan sang adik ketimbang dirinya yang sudah beranjak dewasa.

Tidak dipungkiri bahwa Aleo juga merindukan kedua orang tuanya, Aleo merasa mereka semakin asing. Ah, tidak. Dani sebenernya sering memperhatikannya. Namun, akhir-akhir ini Dani seperti dimonopoli oleh Kayla membuatnya ia harus menanggung kesepian lagi.

Tidak masalah ia harus sendiri, bukan masalah besar juga. Aleo bahkan sudah terbiasa dengan yang namanya kesepian. Hanya saja, sepi yang sekarang rasanya sangat aneh.

Mulutnya berkata bahwa ia benci dengan Kayla, tetapi siapa sangka jika dalam hatinya ia merindukan sang ibu?

Kakinya kini mulai melangkah meninggalkan area taman, perlahan tungkainya membawa ia menuju ke rumah dengan harapan Azkia ada di sana. Namun, tangannya berhenti di udara saat mendengar teriakan dari dalam.

ALEONA [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang