18 ALEONA.

634 51 17
                                    

Matahari terlihat malu-malu mengintip dari awan mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari terlihat malu-malu mengintip dari awan mendung. Aleo lebih memilih untuk berdiam diri di kamar dari pada harus bergabung dengan kedua orang tuanya.

Pemuda itu kini tengah duduk di meja belajarnya memegang sebuah buku, matanya memang terlihat seperti mata normal. Namun, siapa sangka bola matanya menampilkan sebuah kekosongan. Tidak ada binar bahagia dalam matanya.

Tunggu, bahagia?

Aleo kini terdiam, terakhir ia merasakan bahagia itu kapan?

Akhir-akhir ini dunianya semakin kacau, ia tidak bisa mengontrol kesehariannya dengan baik. Ada yang tidak beres di sini, tetapi ia tidak mengetahui apa yang ia rasakan sekarang?

Perdebatan dengan sang ibu masih terjadi, bahkan rumah ini semakin terasa dingin akibat pertengkaran itu.

Aleo tidak paham pada pikiran sang ibu, selalu bertanya-tanya tentang sifat ibu yang berubah derastis itu. Aleo bahkan kini mengingat kembali masa-masa di mana ia merasakan kasih sayang ibu yang tulus itu?

Ia pun tak paham, apa yang membuat ibu nya berubah menjadi sosok lain? Apa yang ibu nya sembunyikan?

Pertanyaan itu memenuhi pikirannya, sekarang. Dulu, sang ibu selalu bersikap hangat padanya, menyambutnya pulang dengan pelukan dan tak lupa masakan yang enak. Membantunya belajar dan selalu membelikan apa yang ia inginkan.

Dan mengenalkannya pada dunia seni, Aleo menyukainya. Bahkan selalu membawa ia ke perpustakaan dan juga museum, mengobatinya jika ia luka dan selalu mengajarkan hal-hal baik lainnya.

Namun, ibu yang sekarang sangatlah berbeda dengan ibu yang dulu. Entah apa yang membuat beliau begitu membencinya? Aleo akui, ibu nya menebarkan sisi kebencian padanya secara terang-terangan.

Apa karena ia buta? Sehingga membuat sang ibu membencinya? Jikapun ia bisa jujur, ia juga membencinya. Membenci dengan takdir yang sekarang.

Pada akhirnya Aleo hanya bisa tersenyum getir mengingat semuanya, waktu itu dirinya hanya seorang remaja yang sedang senang-senangnya dalam pendidikan.

Puk!

"Aleo," panggil Kairav.

Aleo yang memang sedang melamun pun akhirnya tersadar, ia menengok ke arah samping di sana Kairav berdiri dengan seragam sekolahnya.

"Ngapain?"

"Berak, ya gua mau bolos lah. Gitu aja nanya," sewotnya.

Setelah itu Kairav duduk di sofa dalam kamar Aleo, begitupun dengan Aleo yang kini bangkit dan berjalan menuju sofa.

"Kenapa bolos?"

"Gua mager banget Al, mumet otak gua mikirin masalah kemarin."

"Bukannya Bradiz sudah bantu?" Kairav mengangguk.

"Gua belum dapet kabar, gua pengen eksekusi sendiri."

Aleo hanya diam. "Lo tau gak? Gua udah dapet salah satunya sekarang gua tahan di tempat biasa," ucap Kairav dengan semangat.

ALEONA [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang