15 ALEONA.

799 79 2
                                    

15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15. MEMBUAT JANJI.

Kali ini, Aleo tengah bersantai menikmati alam dengan duduk di tepi pantai. Jangan tanya mengapa ia bisa berada di sini. Tentu saja, itu semua atas ide dari Aluna. Sebenarnya, hari ini Aleo tidak berniat keluar dari kamarnya karena peristiwa seminggu yang lalu masih sangat mengganggunya.

Aleo sebenarnya telah merencanakan untuk menghabiskan hari ini di rumah, dengan rencana mendengarkan musik sambil membaca buku baru yang baru saja diberikan oleh Dani. Namun, semua rencana itu berubah ketika Aluna datang memanggil namanya. Tanpa ragu, Aleo keluar dan segera mendekati Aluna.

"Ikut gua, yuk?" Aleo mendengar nada ceria dari Aluna, tetapi ia hanya bisa mengangkat alisnya dengan tatapan bingung, seolah bertanya apa maksud dari ucapan Aluna.

"Kairav cerita lo semingguan ngurung diri, kan? Nah, makanya mumpung hari ini gua bolos khusus buat lo, jadi lo harus ikut gua," jelas Aluna sambil tersenyum.

Dari situlah, mereka berdua bisa terdampar di tepi pantai, ditemani oleh suara deburan ombak yang menenangkan. Aleo masih diam, memperhatikan langit biru, sambil merasakan kakinya yang basah akibat ombak laut yang menghampiri bibir pantai.

"Lo selama seminggu ini kenapa ngurung diri?" Aluna membawa beberapa cemilan dan minuman, lalu duduk di sebelah Aleo di tepi pantai.

"Bukan mengurung, hanya membatasi aktivitas," jawab Aleo dengan santai.

"Kairav bilang, seminggu ini sikap lo kaya waktu empat tahun yang lalu."

Aleo terdiam mendengar ucapan Aluna, dan ada ekspresi campuran antara keterkejutan dan perasaan yang sulit diungkapkan di wajahnya.

"Kairav emang gak ngejelasin banyak, tetap aja gua masih dibuat bingung dengan maksud dari kalimat 'kaya waktu empat tahun yang lalu', itu apa?" tanya Aluna sambil menikmati sebungkus roti.

Aleo tersenyum kecil tanpa sadar, "Empat tahun yang lalu, saya selalu mengurung diri karena membenci takdir saya yang berakhir buta, seperti sekarang."

Aluna menolehkan kepalanya untuk menatap Aleo yang masih asik memandangi langit. Gadis itu diam-diam memandangi wajah Aleo, yang cukup membuat perasaannya tenang.

Tiba-tiba saja pandangan mereka bertemu, meski Aleo tidak bisa menatap dengan jelas wajah Aluna. Namun, berbeda dengan Aleo, Aluna bisa menatap manik mata coklat terang milik Aleo yang sayangnya terpancar dengan kekosongan di sana.

"Saya mau cerita, boleh?" Aleo meminta izin.

Aluna terhenyak dengan permintaan Aleo itu, lalu dengan cepat mengangguk. "Boleh, ayo cerita banyak hal. Dengan senang hati, gua bakal dengerin itu," jawab Aluna. Ucapan itu membuat Aleo tersenyum samar sebelum akhirnya kembali memandangi langit.

ALEONA [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang