Aluna, gadis itu tengah melayangkan khayalannya, memikirkan saat ia sampai di rumah nanti. Dalam imajinasinya, ia merencanakan untuk mandi dan bersantai di kamarnya, sambil asyik bermain game online seperti biasanya.
Namun, semua impian itu pupus dengan cepat ketika Aluna dan Altan melangkah masuk ke dalam rumah bersama-sama. Sebuah kejutan yang mendalam melanda, bukan hanya bagi Aluna, tetapi juga bagi semua orang yang ada di dalam rumah. Altan berdiri di belakang Aluna, menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan dan tanda tanya.
Plak!
"Mencoba untuk berbohong, Aluna?" tanya mamahnya dengan nada tegas.
Aluna yang terkejut masih mencerna kejadian yang baru dialaminya, mengapa mamahnya ini menampar dirinya?
"Altan, kamu ke mana saja?"
Altan mematung begitu melihat sang ibu yang menatapnya dengan sedih, ia paham dengan situasi yang terjadi sekarang. Sedangkan Aluna masih mencoba untuk memahami kondisi yang terjadi.
Bibinya ada di sini beserta abang sepupunya, sambil memegang bekas tamparan itu, Aluna menatap Sandra dengan tatapan kecewa.
"Kamu bilang, kamu sedang kerja kelompok tadi, tapi ternyata kamu sedang bersama Altan. Dan kelas kalian hari ini tidak ada tugas kelompok, kamu bohongi kami!"
"Hari ini adalah jadwal rutin Altan, dan kamu mau membuat kondisi Altan semakin memburuk, iya?! Saudara macam apa kamu, Aluna?" sentak Sandra membuat Aluna memejamkan matanya.
Kirana yang merasa iba pada Aluna memilih mendekati mereka. "Aluna, kenapa kamu berbohong pada mamih?" tanyanya dengan lembut.
Aluna hanya menatap Kirana dengan mata yang berkaca-kaca. "Aluna cuma disuruh Altan. Altan bilang mamih mau menghukum dia karena sudah menghancurkan bedak mamih," jawab Aluna dengan pelan.
Altan hanya bisa diam, entah mengapa kilasan kenangan ketika Aluna selalu mendapatkan perlakuan kasar dari Sandra muncul kembali. Altan memejamkan matanya perlahan, dan tiba-tiba ia merasakan sesak pada dadanya, mengganggu pernapasan remaja itu.
"A-abang ...." Suaranya mulai terputus saat mencoba bicara.
Gala yang melihat adiknya mulai sesak napas mendekat dengan khawatir, "Dek, pelan-pelan nafasnya." Diusapnya punggung Altan dengan pelan.
"Lihat Aluna! Saudara kamu sesak nafas, kamu kenapa membawa dia main disaat jadwal rutinnya?!"
Altan masih terdiam, cemas dan bersalah atas kejadian ini. Dia tahu bahwa Aluna adalah satu-satunya yang bisa diandalkannya dalam situasi seperti ini, dan sekarang dia merasa sangat bertanggung jawab atas kondisi saudaranya yang semakin memburuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEONA [ TERBIT ]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! BELUM DIREVISI Follow dulu jangan lupa. *** "Saya hanyalah manusia tangguh yang tak sempurna, tapi bersamamu ketidaksempurnaan itu menjadi berwarna." Aleo Kertagama, seorang remaja lelaki yang memiliki banyak kekurangan, salah s...