09 ALEONA.

931 85 11
                                    

Aleo berjalan dengan hati-hati, membantu dirinya sendiri dengan tongkat, dan merasa lega karena pandangannya masih cukup terang, sehingga ia tidak khawatir tersesat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleo berjalan dengan hati-hati, membantu dirinya sendiri dengan tongkat, dan merasa lega karena pandangannya masih cukup terang, sehingga ia tidak khawatir tersesat. Prioritasnya adalah menuju rumah, karena ia yakin pak Ilyas pasti ada di sana.

Saat berjalan, Aleo merenungkan berbagai hal. Keuntungannya adalah ia tidak perlu menyeberang jalan, sehingga tidak menimbulkan banyak kesulitan bagi orang lain. Ia menyadari bahwa hanya tinggal satu belokan lagi, dan rumahnya akan segera terlihat.

"Kapan saya bisa melihat dengan normal?" gumamnya. Dengan perlahan, ia meraba pagar rumahnya dan membukanya. Langkahnya pelan saat ia memasuki pekarangan rumah. Ia memilih untuk duduk di bangku teras, menatap keadaan sekitar. Meskipun tidak bisa melihat dengan jelas, ia bisa merasakan bahwa hari ini cerah, seperti yang ia duga ketika menatap langit.

Warna biru yang sangat cantik membuat Aleo terhanyut dalam lamunannya. Ia tak menyadari kehadiran Ilyas yang datang.

"Aleo?" Panggilan pertama tidak mendapatkan respon apapun dari pemilik nama tersebut.

"Nak, Aleo?" Bahkan dipanggilan kedua ini, Aleo tetap diam, membuat Ilyas menyentuh bahu pemuda itu, dan terbukti Aleo sedikit terkejut.

"Pak Ilyas?" Aleo menjawab dengan penuh keheranan.

"Kamu dari tadi saya panggil-panggil, Al. Kenapa melamun?" tanya pak Ilyas, beliau kini duduk di samping Aleo.

Aleo menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, Pak. Hanya sedang menikmati langit biru saja," jelasnya.

Ilyas mengangguk paham. "Hari ini kita belajar lagi, ya? Mau belajar di mana?"

"Di dalam saja, Pak, sepertinya cuaca sedikit panas hari ini," jawab Aleo.

Ilyas mengangguk, lalu mereka segera berpindah menuju ruang tamu. Aleo menyuruh pak Ilyas untuk menunggu sementara dia mengambil peralatan belajarnya. Selagi menunggu, Ilyas mengamati sekitarnya.

"Bapak mau minum apa?" tawar Aleo begitu tiba di sana sambil membawa tas sekolahnya.

"Nanti saja, bapak bisa ambil sendiri Al." Aleo mengangguk paham.

Ilyas Pratama adalah teman sebangku Dani sewaktu mereka SMA dulu. Dani meminta bantuan Ilyas untuk mengajar Aleo huruf braille agar anaknya bisa kembali membaca.

Huruf braille adalah sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh tunanetra. Sistem ini diciptakan oleh orang Prancis bernama Louis Braille yang mengalami kebutaan saat berusia lima tahun. Ketika berusia lima belas tahun, Braille menciptakan sistem tulisan ini untuk memudahkan tentara membaca dalam kondisi gelap.

 Ketika berusia lima belas tahun, Braille menciptakan sistem tulisan ini untuk memudahkan tentara membaca dalam kondisi gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALEONA [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang