35 ALEONA.

477 26 4
                                    

"Sekalipun tak bisa memandangmu, aku berhasil mencintai lukisan sukma yang tercipta tanpa jiwa."
ー Aleo Kertagama.

Masih di pagi hari yang sama, Aleo kini berada di rumah sendirian. Pemuda itu tampak terlihat sangat jenuh, buku yang biasa ia baca sudah ia selesaikan. Aleo benar-benar kebingungan ingin melakukan sebuah aktivitas lain.

Andai ia tidak mengalami kebutaan mungkin kini ia bebas melakukan apa saja tanpa kesusahan, andai dulu dia tidak gegabah mungkin kejadian kelam itu tidak akan pernah terjadi. Banyak sekali kata andai yang bersarang di benaknya, sekarang ia hanya bisa meratapinya.

Aleo kembali mengenang masa-masa di mana dia belum bisa menerima takdir hidupnya, ia sering sekali mengamuk hingga menghancurkan barang-barang yang bisa ia raih. Aleo bahkan sering sekali memukul cermin setiap kali dia berdiri di depannya.

Sudah tak terhitung banyaknya ia menyakiti diri sendiri, bahkan ia merusak kanvas yang baru ia kerjakan setengah. Aleo membanting kanvas itu bahkan tidak segan-segan menginjak lukisan yang akan ia gunakan untuk perlombaan nanti.

Ia bahkan merusak segala hal yang berbau dengan lukisan, waktu itu, untuk pertama kalinya kamar yang biasanya rapih benar-benar seperti kapal pecah. Suasana rumah sunyi, hanya ada Aleo saja karena kedua orang tuanya masih berada jauh dari Indonesia.

Kairav yang baru pulang sekolah waktu itu dibuat terkejut begitu membuka kamar Aleo, remaja itu mendekati Aleo dengan hati-hati. Banyak pecahan kaca hingga tumpahan cat air, bahkan banyak benda yang berserakan.

Aleo yang didekati segera meraih palet cat lalu melemparnya pada Kairav, untungnya remaja itu menghindar. Melihat sebagaimana brutalnya Aleo, Kairav pada akhirnya menyerah dan memilih untuk keluar kamar mencari orang tuanya.

Kesempatan itu digunakan oleh Aleo yang langsung mengunci kamarnya, ia tidak mau diganggu siapapun bahkan sekalipun itu keluarganya. Aleo bahkan mengabaikan ucapan orang tua Kairav yang membujuknya untuk keluar, hingga akhirnya mereka yang berada di luar menyerah karena Aleo benar-benar tak menjawab ucapan mereka sama sekali.

Mengingat kejadian itu Aleo hanya bisa tersenyum tipis, ia merasa dirinya dulu begitu kekanakan hingga membuat orang-orang susah. Biarlah itu menjadi kenangan yang ia anggap buruk untuk dikenang kembali.

Ngomong-ngomong setelah kejadian itu, keluarga Kairav membelikannya lagi sepasang alat lukis untuk Aleo. Namun, sampai sekarang alat itu tidak pernah digunakan, jangankan digunakan, disentuh saja tidak pernah.

ALEONA [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang