Di pagi hari yang cerah, suasana duka meliputi sekelilingnya. Langit biru terbentang di atas, kontras dengan suasana hati yang begitu mendalam. Di rumah duka, berbagai macam bunga dan karangan bunga telah diletakkan dengan rapi, menciptakan aroma harum yang terasa di udara.
Orang-orang berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil, mengobrol dengan suara pelan. Mereka mengenakan pakaian hitam sebagai tanda penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dunia. Beberapa dari mereka terlihat menangis dengan mata yang berkabut, sementara yang lain hanya duduk dengan tatapan kosong, merenung dalam kenangan mereka.
Terdengar suara bisikan sedih dan isak tangis yang sesekali memecah hening pagi. Orang-orang saling memberikan pelukan dan ucapan belasungkawa, mencoba memberikan dukungan satu sama lain dalam saat-saat sulit ini. Suasana hati yang begitu mendalam dan hening menciptakan aura penghormatan terhadap kepergian yang tragis.
Di tengah-tengah semuanya, Aluna duduk sendirian di samping keranda yang berisi saudaranya yang telah meninggal, Altan. Tatapannya kosong, dan airmata mengalir tanpa henti dari matanya yang sembab. Dia terlihat hampa, terguncang oleh kehilangan yang begitu besar.
Pagi yang cerah itu menjadi latar belakang bagi kesedihan yang mendalam, di mana keluarga dan teman-teman merenungkan kepergian Altan, mengenang kenangan indah bersamanya, dan merasakan duka yang begitu dalam. Suasana duka pagi hari itu menjadi cermin bagi betapa berharganya kehidupan dan cinta yang telah mereka bagi bersama dengan Altan.
Anak-anak D'Voguex yang datang untuk melayat merasa hancur oleh kesedihan. Mereka sulit memahami kenyataan bahwa Altan, sahabat mereka yang setia, telah pergi begitu tiba-tiba. Kenangan akan momen-momen bahagia yang mereka habiskan bersama masih segar dalam ingatan mereka, dan mereka tidak akan pernah menyangka bahwa kemarin adalah momen terakhir mereka bersama sang sahabat.
Mereka memandang Aluna dari jauh, yang tetap berada di samping keranda Altan. Aluna tampak mencoba tegar, meskipun hatinya hancur oleh kehilangan yang begitu besar. Tidak peduli berapa kali Sandra atau Kirana mencoba mendekatkan diri untuk menjauhkan gadis itu dari keranda, pada akhirnya Aluna tetap memilih untuk tetap di samping saudaranya.
Mereka juga tidak tahu tentang permintaan terakhir Altan yang berbicara tentang mendonorkan matanya untuk Aleo. Semua itu adalah kejutan yang mendalam, dan mereka menyadari betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan Altan untuk temannya.
Hati mereka semua terasa seperti remuk saat mereka mengingat kembali momen-momen kebersamaan dengan Altan. Bayangan tentang Altan yang jahil, Altan yang menyebalkan, bahkan tentang Altan yang kadang-kadang cengeng, semuanya menghantui pikiran mereka. Mereka menyadari betapa berharganya kenangan-kenangan itu, dan bagaimana mereka akan merindukan sahabat mereka yang penuh keunikan itu.
Sementara itu, Aluna terus mengingat momen di rumah sakit. Dengan mata berkaca-kaca, dia menceritakan kepada teman-temannya tentang alasan di balik kecelakaan Altan. Dia menceritakan tentang keinginan Altan untuk mendonorkan matanya pada Aleo agar dia bisa melihat dunia melalui matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEONA [ TERBIT ]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! BELUM DIREVISI Follow dulu jangan lupa. *** "Saya hanyalah manusia tangguh yang tak sempurna, tapi bersamamu ketidaksempurnaan itu menjadi berwarna." Aleo Kertagama, seorang remaja lelaki yang memiliki banyak kekurangan, salah s...