42 ALEONA.

443 27 5
                                    

"Solidaritas bukan hanya tentang mengulurkan tangan, tetapi juga tentang mengangkat hati. Bersama, kita mengukir cerita kebersamaan yang menginspirasi perubahan."
ー Betara Maliano.

Di bawah sinar matahari yang hangat, Kairav dan teman-temannya berkumpul di parkiran sekolah. Mereka berdiri di dekat sejumlah sepeda motor dan mobil yang terparkir rapi, saling berbicara dengan penuh semangat. Pandangan mereka terfokus pada gerbang sekolah yang berada beberapa langkah jauhnya.

Dengan mata yang penuh antisipasi, Kairav dan teman-temannya menyimak setiap gerakan di dekat pintu gerbang.
Dengan cermat, mereka memantau Ares yang berjaga di dekat pintu gerbang sekolah, bersama beberapa anggota OSIS lainnya. Ares terlihat serius dan fokus dalam tugasnya.

Sementara itu, suasana semakin tegang ketika sekelompok siswa, termasuk Kairav, secara antusias mengawasi jalan masuk sekolah, menantikan kedatangan Wira. Mereka berbicara dengan semangat tentang rencana hari itu.

"Kira-kira Wira masuk apa kabur, ya?" tanya Jem sambil terus memperhatikan anak-anak OSIS yang bertugas.

"Masuk, hari ini ada latihan buat dia dan timnya," jawab Rano sambil membuka bungkus permen milik Lyon.

"Mulut gua asem banget belum nyebat, Yon punya permen apa aja?" tanya Kairav. Lyon yang mendengar itu seketika membuka tasnya dan memperlihatkan isinya kepada mereka, yang membuat semuanya terkejut.

Ternyata, isi tas Lyon bukan hanya permen. Di dalamnya terdapat segala jenis cemilan seperti permen, coklat, keripik, bahkan botol minuman energi. Melihat itu membuat sorak kegembiraan diantara mereka, seolah-olah tas Lyon adalah sebuah harta karun.

"Yon, lo tuh udah kek kantong berjalan aja," ejek Elang dengan senyum lebar, mengundang gelak tawa dari semua orang.

Sambil tertawa, Lyon menjawab, "Ini tuh udah jadi kebiasaan gua, buat cadangan. Siapa tahu ada yang butuh kek sekarang."

"Lo emang juara, Yon!" seru Kairav sambil mengambil satu permen tangkai dari dalam tas Lyon.

Mereka pun duduk di sekitar sepeda motor mereka, sambil menikmati camilan yang tak terduga itu. Di tengah tawa dan canda, mereka kembali memperhatikan aktivitas di dekat gerbang.

Tiba-tiba, ketika mata semua orang tertuju ke arah pintu gerbang, Rangga, teman terdekat Wira, datang dengan langkah cepat. Wajahnya merah padam dan ekspresinya penuh kemarahan. Tanpa ragu, dia mendekati Ares, mencekram erat seragamnya, dan memulai meneriaki Ares. Siswa dan siswi lain yang berada di sekitar itu menjadi diam, terpana oleh tindakan Rangga.

ALEONA [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang