02.

71.9K 6.5K 127
                                    

Seminggu kemudian,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu kemudian,

Axel kini tiba-tiba berada di depan Melvin Stefanus sedang makan siang bersama.

Tunggu...!

Bukan Axel yang menginginkannya tapi dia dipaksa oleh Melvin. Jika dia tidak mau Melvin sialan itu akan memotong gajinya.

"Mau makan apa?" Tanya Melvin dengan lembut.

"Aku tidak lapar!" Axel menjawab dengan kasar.

Ya. Axel sebenarnya masih kesal dengan Melvin Stefanus karena memanfaatkan Axel yang asli untuk memenangkan hati Camelia.

Camelia Valerie, ternyata adalah sepupunya. Jadi dengan mendekati Axel, Melvin selalu bisa melihat Camelia yang juga tinggal serumah dengan Axel.

"Aku akan memesankannya untukmu sekali, aku tahu kau pasti lapar, kan?" Melvin tersenyum pada Axel. Namun dibalas dengan tatapan maut oleh Axel.

Axel tidak menjawab. Pelayan yang mengambil pesanan mereka ragu-ragu untuk menulis pesanan mereka.

"Hmm... dua chicken chop dan jus mangga" Pesan Melvin.

"Itu saja?"

Melvin ingin mengangguk tapi Axel tiba-tiba menyela dengan malu-malu tapi mau!

"Aku mau es krim coklat dengan roti di atasnya" Pesan Axel tanpa menatap Melvin yang sepertinya sedang menahan tawanya.

"A-Ah oke" Pelayan itu mengangguk sambil nyengir.

Setelah pelayan itu pergi, Melvin terus terkekeh sambil menatap Axel yang memalingkan wajahnya ke samping.

"Kau tsundere juga ya"

"Diamlah!" Protes Axel.

'Sial, kenapa alurnya jadi seperti ini?!! Bukankah Melvin sialan ini seharusnya makan siang dengan Camelia?'

[🍁]

Setelah makan siang bersama, Melvin mengajak Axel jalan-jalan di taman dekat dengan perusahaannya.

Axel awalnya menolak ajakan tersebut karena katanya ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini.

Tapi Melvin dengan santai mengatakan perusahaan itu miliknya.

Jadi jika Axel tidak menyelesaikan pekerjaannya karena dia diajak jalan-jalan oleh CEO perusahaan. Salahkan saja CEOnya nanti.

Axel langsung terdiam dan memasang ekspresi malas dan mengantuk di wajahnya.

Otaknya masih anak SMA tapi setelah bertransmigrasi dia harus menggunakan otaknya untuk mengerjakan pekerjaan orang dewasa.

Untung dia memang anak yang pintar!

Tapi tetap saja membuatnya tertekan dan ingin menangis setiap kali melihat berkas-berkas menumpuk di mejanya.

"Kenapa kau tiba-tiba berubah sekarang? Kau sangat kasar padaku. Apakah kau sudah berubah hati sekarang?" Melvin menatap Axel yang hanya terdiam dari tadi.

"Hm" Entah kenapa lidah Axel tiba-tiba kaku. Jadi dia hanya menjawab 'Hm'.

"Apakah kau benar-benar sudah menyerah untuk mendapatkan cintaku?" Tanya Melvin lagi.

Axel hanya mengangguk pelan.

Ya, seperti di novel aslinya kalau Melvin sudah tahu tentang perasaan Axel padanya. Itu sebabnya dia memanfaatkan Axel yang bodoh.

Tapi kali ini Axel tidak akan bodoh lagi. Ia hanya ingin menjalani hidupnya dengan damai dan tentram tanpa terlibat dengan para tokoh utama dalam novel tersebut.

"Jika aku teri-"

"Uwahhh..." Tiba-tiba Axel menguap dengan mata sedikit terpejam karena terlalu mengantuk.

"Apa kau lelah?"

"Ya, aku mengantuk. Kepalaku juga pusing" Axel kembali menguap.

"Kalau begitu kau bisa tidur di ruanganku. Kalau kau mau"

Axel mengangguk cepat. "Hm, tentu saja aku mau!"

Melvin langsung tersenyum lebar dan mengelus singkat kepala Axel. Yang ada di pikiran Axel sekarang adalah tidur, tidur, dan tidur.

.

.

.

TBC!

[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang