47.

20.2K 1.8K 175
                                    

Seminggu kemudian,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu kemudian,

Tepat pukul 3 pagi, Axel dibawa masuk ke ruang operasi untuk melahirkan.

Waktu itu, Melvin sangat panik saat melihat Axel meringis kesakitan hingga jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat.

Dia menangis. Takut. Dan hampir jatuh tapi sempat ditangkap oleh Pak Marquez, Ayahnya.

"Melvin, tenanglah. Istrimu akan baik-baik saja" Bujuk Pak Marquez sambil memapah Melvin duduk di kursi tunggu.

"Hiks... Kalian tidak tahu..." Melvin tidak melanjutkan kalimatnya. Dia menggigit bibir bawahnya.

Ketakutannya kembali mendominasi dirinya. Namun, dia tiba-tiba teringat kata-kata Axel.

'Percayalah... Aku tidak akan meninggalkanmu...'

'Dan aku akan kembali padamu. Jadi tunggu aku, Melvin...!'

Axel akan mengulangi kalimatnya berulang-ulang saat Melvin mulai meragukannya lagi dan menjadi takut.

Melvin menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan-pelan.

"Nak Melvin, yang sabar ya. Axel adalah orang yang kuat" Kali ini ibu Axel yang menenangkan Melvin.

Melvin hanya mengangguk dan tersenyum kecil. 'Yah, aku harus kuat dan percaya pada Axel'

'Axel tidak akan mengingkari janjinya...!'

'Dia akan kembali padaku...!'

"Melvin kau terlihat sangat lelah dan sedikit pucat. Sebaiknya kau istirahat dulu"

Marisa menyandarkan bokongnya di sebelah Melvin sambil menggenggam tangan Melvin dengan erat.

Melvin dengan keras kepala menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Dan aku tidak lelah"

"Tapi kau butuh istirahat Melvin. Nanti kau akan sakit jika kau seperti ini" Bujuk Marisa.

Melvin menggelengkan kepalanya lagi dengan cepat. Dia menundukkan kepalanya.

Marisa menghela napas pelan. Melvin benar-benar keras kepala dan tidak pernah mendengarkan nasihat orang.

Kecuali orang yang menasihatinya adalah Axel, istrinya. Marisa menyadari bahwa Melvin hanya menurut jika itu Axel.

Dari situ ia tahu bahwa Axel adalah orang terpenting dalam hidup adiknya.

Selain itu, Melvin adalah orang yang sulit diatur dan tidak suka diatur.

Dia paling benci ketika orang lain ikut campur dalam urusan pribadinya.

"Kakak mengerti kau mengkhawatirkan Axel. Tapi apa kau tidak kasihan pada Axel? Dia pasti akan sedih jika melihatmu seperti ini" Bujuk Marisa lagi.

Kali ini dia menggunakan nama Axel. Ia yakin, Melvin hanya akan menurut jika itu terkait dengan Axel-Nya.

Dan benar saja Melvin langsung mengangguk dan merapikan rambutnya yang sedikit kusut.

"Aku akan istirahat di ruang ICU Axel" Katanya lalu melangkahkan kaki menuju ruang ICU Axel.

Pak Marquez dan Bu Alisha yang melihat Melvin tiba-tiba menuruti kata-kata Marisa langsung terkejut lalu menatap Marisa untuk meminta penjelasan.

Marisa yang menyadari ekspresi orang tuanya langsung tersenyum bangga karena dia berhasil membujuk Melvin.

"Apa yang kau katakan padanya?" Bu Alisha bertanya dengan ekspresi penasaran. Pak Marquez hanya mengangguk setuju dengan pertanyaan istrinya.

"Hmm... Aku hanya menyelipkan nama Axel di kalimatku. Dengar saja nama istrinya, dia langsung menurut" Jelas Marisa.

"Mereka benar-benar saling melengkapi" Bu Clara tiba-tiba menyela dan terkekeh.

Dari tadi dia dan suaminya, Pak Alex hanya mendengarkan sambil tersenyum.

Pada saat yang sama, mereka bangga memiliki menantu seperti Melvin yang sangat mencintai putra mereka.

Bahkan, melihat kondisi Melvin tadi membuat mereka percaya dan yakin bahwa Melvin benar-benar suami yang bertanggung jawab.

Saat Axel berada di rumah sakit, mereka hanya datang menjenguk.

Dan setiap kali mereka datang menjenguk, Melvin selalu ada dan tidak pernah meninggalkan ruang ICU Axel.

Mereka pernah bertanya kepada Melvin, apakah dia tidak masuk ke kantor?

Lalu, Melvin dengan sopan dan santai mengatakan bahwa kantornya memiliki seseorang yang mengelolanya.

Akhirnya Bu Clara dan Pak Alex hanya mengangguk dan tersenyum bangga.

"Yah, itu benar. Sejak Axel hadir dalam hidupnya. Melvin telah banyak berubah..."

"Dari yang dulu dingin pada kami, sekarang jadi lebih lembut" Lanjut Pak Marquez dengan mata berkaca-kaca.

Pak Alex dengan lembut menepuk pundak Pak Marquez untuk menenangkannya. "Itulah yang disebut takdir"

"Hm" Mereka semua mengangguk setuju dan terkekeh.

[🍁]

Masih di hari yang sama,

Tepat pukul 7 pagi, Daniel pula yang dibawa masuk ke ruang operasi untuk melahirkan.

Ricky sangat panik dan khawatir ketika dia melihat cairan di antara selangkangan Daniel.

Saat itu, Daniel juga mengeluh perutnya sangat sakit dan mengatakan bahwa waktunya untuk melahirkan telah tiba.

Sebelum memasuki ruang operasi ia membisikkan sesuatu kepada Ricky sehingga Ricky tersenyum lebar sambil mengangguk dengan matanya berkaca-kaca.

"Ricky, kau baik-baik saja? Kau terlihat begitu tenang" Tanya Camelia dengan ekspresi penasaran di wajahnya.

Dia ada di kantor sebelumnya. Kemudian, ibunya menelepon untuk mengatakan bahwa Daniel akan melahirkan.

Dia dengan semangat segera pergi ke rumah sakit. Kebetulan saat itu pekerjaannya sudah selesai.

Ricky tersenyum kecil dan mengangguk. "Aku baik-baik saja. Dan aku percaya Daniel..."

'... Karena Daniel bilang dia kuat dan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan' Lanjut Ricky dalam hati.

Camelia dengan lembut menepuk bahu Ricky. "Yah aku juga percaya pada adikku. Terima kasih telah merawat adikku dengan baik. Dia terlihat sangat bahagia sekarang. Ditambah lagi kalian akan menjadi orang tua"

"Ini semua berkatmu yang selalu mendukung dan menasihatiku. Kau benar-benar kakak ipar yang paling berguna dan hebat" Puji Ricky lalu terkekeh.

"Wah kau terlalu memujiku. Hehe aku malu, bodoh...!" Refleks saja Camelia menampar lengan Ricky karena malu.

Ricky hanya terkekeh sambil menggelengkan kepala melihat tingkah Camelia yang terlalu antusias.

.

.

.

TBC!

[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang