25.

29.3K 3.1K 114
                                    

Hari minggu telah tiba,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari minggu telah tiba,

Tadi malam Axel tidak bisa tidur hanya memikirkan soal pertemuannya dengan orang yang akan dijodohkan dengannya.

Dalam benaknya, seperti apa orang itu? Laki-laki atau wanita? Apakah orang tersebut juga dipaksa oleh keluarganya atau tidak?

Karena terlalu banyak berpikir dan kurang tidur, kepalanya terasa sedikit pusing dan mengantuk.

Kebetulan hari ini Melvin ada acara yang sama sepertinya bahkan di tempat yang sama. Aneh, bukan?!

Jadi mereka sepakat untuk pergi ke restoran itu bersama dan setelah itu mereka berpisah untuk menemukan orang yang ingin mereka temui.

Namun, ketika Axel mencari seseorang yang ingin dia temui, dia malah menemukan Melvin duduk di meja yang sama dengannya.

"Eh, Melvin..?"

Axel terkejut saat melihat Melvin duduk santai di meja nomor 5. Meja nomor 5 adalah meja yang dipesan oleh papanya untuknya dan juga orang yang akan ia temui.

Melvin juga sedikit terkejut lalu mengerutkan kening sambil menatap Axel. "Sayang...?"

Axel terdiam sejenak.

Melvin yang melihat ekspresi bingung di wajah Axel langsung berdiri dan menarik kursi di sebelahnya untuk Axel duduk.

"Duduk dulu, sayang" Titah Melvin lalu dengan lembut menarik tangan Axel untuk duduk.

Axel terus menatap Melvin dengan kepala sedikit dimiringkan. "Hmm... Aku atau kau yang salah meja?"

Melvin juga bingung tapi dia yakin dia tidak salah meja apalagi salah tempat. "Tidak. Ayah memberitahuku bahwa meja yang mereka pesan adalah meja nomor 5"

"Sama. Papa juga bilang meja yang mereka pesan adalah meja nomor 5. Hmm, aneh?"

Suasana menjadi hening sejenak. Otak mereka tiba-tiba lamban dan buntuh. Ekspresi wajah mereka juga terlihat seperti sedang berpikir keras.

"Tunggu...!"

Axel tiba-tiba terpikir sesuatu dan sedikit tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan tetapi wajahnya sudah memerah.

"M-Melvin? Kau- Eh?"

Axel memegang kedua pipinya yang memerah sambil menundukkan kepalanya. Lidahnya menjadi kaku sejenak.

Melvin yang juga baru mendapat jawabannya langsung tersenyum lebar. Bahkan, Wajahnya juga memerah.

Deg! Deg! Deg!

"Axel? Astaga...! Jika aku tahu dari awal, orang itu adalah dirimu, aku pasti akan mempercepat pernikahan kita"

Melvin meraih kedua tangan Axel lalu mencium punggung tangan Axel dengan lembut.

"Y-Ya. T-tapi aku malu..." Gugup Axel.

Dia merasa sekitarnya semakin panas. Dia benar-benar malu. Tetapi pada saat yang sama, dia sangat senang dan bahagia.

"Ini semua salah orang tua kita karena terlalu berahasia...! Mereka bahkan tidak memberitahu kita siapa orangnya, malah membuat kita semakin penasaran" Lanjut Axel dengan nada protes.

"Hahaha, Bukankah ini yang disebut takdir, sayang? Lagi pula, ini juga salah kita karena tidak bertanya" Melvin terkekeh sambil mengelus lembut pipi Axel.

"Hm, tapi asal kau tahu saja, aku tidak bisa tidur semalam hanya memikirkan hal ini. Sekarang kepalaku sedikit pusing dan mengantuk" Rengek Axel manja.

Melvin yang mendengar rengekan itu langsung menarik kursi Axel mendekat ke kursinya dan menyandarkan kepala Axel di dadanya.

Axel sedikit terkejut tapi hanya sesaat. Kemudian, dia memeluk Melvin dan semakin membenamkan wajahnya di dada Melvin.

Untungnya, meja yang dipesan orang tuanya memiliki ruang tersendiri dan tertutup.

Misalnya, meja nomor 1 - 10 adalah meja kelas tinggi (VVIP). Sedangkan meja 11 - 20 merupakan ruang umum dan terbuka.

"Tidurlah" Titah Melvin.

"Di sini?"

"Hm, kenapa?"

"Tidak nyaman..." Axel merengek lagi sambil menggelengkan kepalanya di dada Melvin.

Melvin terkekeh dan mencium kening Axel dengan lembut. "Kalau begitu mari kita pergi ke hotel. Apa kau mau?"

"Hotel? Kenapa kita tidak pulang saja?" Polos Axel.

Melvin menahan senyum dan merasa gemas ketika mendengar nada polos Axel yang begitu lucu dan menggemaskan.

"Aku ingin menandaimu sayang~" Goda Melvin.

Axel langsung menghela napas berat. "Berhentilah mengatakan hal-hal yang tidak aku mengerti...!" Protes Axel.

Melvin tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Axel dan membisikkan sesuatu yang membuat wajah dan telinga Axel semakin merona.

"Dasar mesum! Kita belum halal!"

"Hahaha, Axel-ku sangat lucu dan menggemaskan...! Sayang, Ayo besok kita nikah, ya?"

Melvin memeluk Axel dengan erat dan mencium puncak kepala Axel berulang kali dengan lembut dan penuh kasih.

"Bukankah itu terlalu mendadak? Hehe"

"Tidak. Jika bisa, aku ingin menikahimu hari ini juga dan menjadikanmu milikku" Tekad Melvin.

"Baiklah, mari kita bicara dengan papa dan ayah dulu, oke?" Manja Axel.

"Terima kasih sayangku telah menerimaku dan jangan tinggalkan aku setelah ini" Ucap Melvin.

Axel menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak akan...! Justru, aku yang takut kau akan meninggalkanku"

"Itu tidak akan terjadi! Aku terlalu mencintaimu, sayang"

Axel hanya menganggukkan kepalanya sambil mengeratkan lagi pelukannya dan membenamkan wajahnya di dada Melvin.

'Jika ini hanya mimpiku, tolong jangan bangunkan aku...!'

'Dan, jika aku ditakdirkan untuk kembali ke duniaku lagi, aku mohon hapuskan lah ingatan kami agar tidak ada dari kami yang terluka'

.

.

.

TBC!

[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang