21.

32.4K 3.4K 63
                                    

Keesokan harinya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya,

Seperti biasa, Axel akan dijemput dan dihantar kerja oleh Melvin. Itu sepertinya sudah menjadi rutinitas harian Melvin setiap hari.

Hari ini Axel bertekad untuk jujur ​​tentang identitasnya kepada Melvin terlebih dahulu.

Dia tidak rela terus menipu Melvin apalagi menyakitinya. Bahkan, dia tidak ingin Melvin terlalu berharap padanya.

Axel telah mempersiapkan diri untuk menerima reaksi dan kata-kata yang mungkin akan menyakiti hatinya nanti.

Jika Melvin tidak bisa menerimanya, Axel akan menerima perjodohan yang direncanakan orang tuanya untuknya dan akan berhenti bekerja di perusahaan Melvin.

Kini mereka berada di sebuah gubuk kecil di depan sebuah danau yang tepinya dihiasi dengan bunga-bunga yang indah.

Axel menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan. Kemudian dia melirik Melvin sekilas dan menundukkan kepalanya.

"Aku membawamu kesini karena ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu tentang diriku"

Melvin mengerutkan kening sambil menatap Axel. "Apa?"

"Tapi sebelum itu bisakah aku menanyakan sesuatu padamu?"

Melvin mengangguk pelan. "Tentu saja"

Axel tersenyum kecil dan menghela napas pelan. "Apakah kau benar-benar mencintaiku?"

Melvin mengangguk cepat. "Ya. Aku sangat mencintaimu" Jawab Melvin.

"Bukankah kau sudah menolak cintaku sebelumnya dan mengatakan kau hanya menganggapku sebagai teman. Bahkan tidak lebih dari itu?..."

"Lalu kenapa kau tiba-tiba jatuh cinta padaku sekarang?" Lanjut Axel.

Melvin terdiam sejenak. Dia juga bingung kenapa dia tiba-tiba bisa jatuh cinta pada Axel?

"Aku tidak punya jawaban untuk itu. Tapi aku sangat mencintaimu, Axel. Percayalah padaku" Raut wajah Melvin penuh harapan.

Axel menahan diri untuk tidak menangis karena dia bukan orang yang lemah dan cengeng. Apalagi tentang hal seperti ini...!

Axel mengangkat kepalanya dan menatap Melvin yang juga menatapnya.

"Bagaimana jika kukatakan, aku bukanlah Axel yang asli tapi jiwa lain yang menempati tubuh ini? Apa kau percaya?"

Deg!

Melvin sangat terkejut sehingga lidahnya tiba-tiba menjadi kaku.

Axel yang melihat ekspresi Melvin terus menghela napas pelan dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Kau pernah bertanya mengapa aku tiba-tiba berubah, bukan...?"

"Jawabannya adalah aku bukan Axel yang kau kenal sebelumnya. Kami memiliki nama yang sama tetapi jiwa yang berbeda..."

"Bahkan, dia dan aku memiliki karakter yang berbeda. Kupikir kau bisa membedakannya sekarang"

Suasana menjadi hening sejenak. Melvin masih terdiam. Hal itu membuat Axel tidak bisa untuk menahan air matanya dari mengalir di pipinya.

Axel menaikkan kakinya di bangku lalu memeluknya dan meletakkan kepalanya di antara kedua kakinya.

"Hiks..."

Terdengar isakan kecil dari Axel yang membuat Melvin tersadar dari lamunannya.

Tanpa berpikir panjang, Melvin terus memeluk Axel dengan erat dan penuh kasih.

"Sstt... jangan menangis... Terima kasih sudah jujur ​​padaku. Siapapun kau, aku tetap mencintaimu dan menerimamu..."

"Pertama kali sikapmu berubah, hatiku juga berubah. Aku akui, aku benar-benar tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Axel. Aku hanya menganggapnya sebagai teman..."

"Tapi sekarang aku benar-benar jatuh cinta padamu karena itu adalah dirimu atau lebih tepatnya jiwa yang menempati tubuh Axel"

"Bahkan, Nama kalian sama. Bukankah ini namanya takdir pertemuan kita? Jadi jangan menangis dan takut aku tidak akan menerimamu"

"Sejujurnya, dari awal saat aku melihat sikapmu berubah, aku seperti melihat orang lain di tubuh ini"

"Axel, lihat aku..."

Melvin memegang kedua pipi Axel hingga kepala Axel terangkat untuk menatapnya.

Pipi dan ujung hidung Axel sangat merah. Bahkan di bawah matanya sedikit bengkak karena terlalu banyak menangis.

"Aku sangat mencintai dirimu yang sekarang. Kau hanya milikku"

Melvin tersenyum sambil menyeka lembut air mata Axel yang terus mengalir di pipinya.

"Aku dari dunia lain. Awalnya, aku ingin kembali tapi Axel yang asli memberitahuku bahwa ini adalah takdirku. Dan tubuh ini adalah milikku sekarang..."

"Aku bahkan sempat mengutuknya karena aku dipaksa masuk ke dunia ini. Padahal, aku belum mati!" Jelas Axel dengan jujur.

Melvin yang mendengar kejujuran Axel ingin tertawa namun setelah menganalisa kata 'Kembali', Melvin langsung menggelengkan kepalanya.

"Jangan kembali ke duniamu...! Aku benar-benar tidak bisa melepaskanmu, Axel" Melvin meraih kedua tangan Axel lalu menggenggamnya erat.

Axel tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Jangan khawatir, aku tidak akan bisa kembali lagi ke duniaku. Duniamu sekarang adalah kehidupan keduaku"

Senyum Melvin langsung melebar dengan matanya berbinar dan mencium kening Axel dengan penuh kasih.

"Aku sangat bahagia sekarang. Akhirnya aku punya jawaban kenapa aku tiba-tiba jatuh cinta padamu"

Axel menatap Melvin dengan sedikit memiringkan kepalanya dan mengerutkan keningnya.

"Apa jawabannya?"

"Jawabannya adalah karena jiwamu. Dan aku tiba-tiba penasaran dengan kehidupanmu di masa lalu. Hehe"

Wajah Axel langsung merona hingga ke telinganya.

"Sebelum itu kau harus minta maaf dan berterima kasih pada Axel. Kalau bukan karena dia, kita pasti tidak akan bertemu"

"Baiklah, aku akan berdoa padanya nanti dan meminta maaf karena pernah menyakiti hatinya"

"Hm, asal kau tahu saja, Axel tidak pernah membencimu karena kau menolak cintanya bahkan karena ingatannya-lah yang meyakinkanku bahwa kau adalah orang yang baik"

Mata Melvin mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar merasa bahagia sekarang. Dan sangat berterima kasih kepada Axel.

Melvin mengangguk pelan dan menarik Axel ke dalam pelukannya lagi.

Axel menghela napas lega dan membalas pelukan Melvin. Salah satu bebannya sudah selesai. Hanya orang tuanya dan camellia yang tersisa.

'Kuharap mereka bisa menerimaku seperti Melvin menerimaku'

.

.

.

TBC!

[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang