46.

18.1K 1.9K 152
                                    

3 minggu kemudian,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3 minggu kemudian,

Axel dan Daniel dimasukkan di rumah sakit lebih awal sebelum tanggal mereka melahirkan.

Menurut tanggal mereka melahirkan, mungkin Axel akan melahirkan lebih awal dari Daniel.

Tapi dokter bilang itu hanya hitungan. Ada kemungkinan bahwa mereka akan melahirkan pada hari dan waktu yang sama.

Siapa yang tahu, kan? Hanya dewa author saja yang tahu kapan mereka melahirkan...!

Axel dan Daniel tidak ditempatkan di ruang ICU yang sama. Mereka memiliki ruang VVIP yang dipesan oleh keluarga dan suami mereka masing-masing.

Sejak Axel masuk rumah sakit, Melvin menghabiskan waktunya di rumah sakit untuk merawat dan menemani Axel.

Soal perusahaan, tidak perlu khawatir karena ada Camelia.

Lagi pula, Camelia sudah bisa menebak bahwa dia akan sibuk ketika Axel mulai memasuki rumah sakit.

"Melvin, Apa kau sudah makan? Kau terlihat lelah dan pucat. Kenapa?" Axel bertanya dengan nada khawatir.

Belakangan ini, Melvin sepertinya takut akan sesuatu. Dia bahkan rela begadang semalaman.

Hal itu membuat Axel khawatir karena takut Melvin akan sakit.

Terkadang, dia menyadari bahwa Melvin seperti baru saja selesai menangis.

Dia ingin bertanya tetapi takut memperburuk keadaan. Jadi dia hanya diam dan tersenyum untuk membuat dirinya terlihat kuat di depan Melvin.

"Sudah, sayang. Dan aku tidak lelah" Kata Melvin sambil tersenyum kecil.

Axel tahu Melvin berbohong tapi Axel tetap tersenyum.

"Melvin, sini... Tidur denganku. Ranjang rumah sakit ini besar dan bisa memuat dua orang" Titah Axel sambil bergerak sedikit ke ujung agar Melvin bisa berbaring bersamanya.

Melvin langsung berdiri dan menghampiri Axel dengan senyum lebar di bibirnya.

Kemudian, dia dengan hati-hati berbaring di sebelah Axel. Sebelum dia bisa memperbaiki posisi rebahannya, Axel langsung memeluknya erat.

"Melvin jangan takut. Percayalah..."

"Aku tidak akan meninggalkanmu" Lanjut Axel dengan suara yang sedikit cekung.

"Hiks... Aku selalu percaya padamu tapi rasa takutku menguasaiku... Hiks" Melvin menangis lagi sambil mengeratkan pelukannya pada Axel.

Yah akhir-akhir ini dia selalu menangis dalam diam, membayangkan dirinya kesepian di tempat gelap tanpa Axel di sisinya.

Bahkan, ia juga membayangkan nasibnya nanti jika Axel benar-benar meninggalkannya. Bisakah dia melanjutkan hidupnya tanpa Axel atau tidak?

Bayangan itu selalu bermain di benaknya sampai dia tidak bisa tidur. Bahkan, tubuhnya juga perlahan menyusut dan pikirannya sedikit tidak stabil.

"Lawan ketakutanmu, Melvin. Jangan biarkan mereka menguasaimu..."

"Aku merindukan Melvin-Ku yang kuat dan pemberani. Jika kau terus seperti ini, aku akan merasa lebih bersalah nanti..."

"Aku hanya ingin kau percaya dan yakin padaku. Itu saja"

Axel mengangkat kepalanya menatap Melvin yang masih terisak. Kemudian, dengan lembut menyeka air mata Melvin di pipi.

"Dan aku percaya dan yakin bahwa kau akan selalu menungguku... Jadi ayo semangat, jangan lemah Melvin...!" Axel berkata lagi dengan senyum manis di bibirnya.

Melvin menarik ingusnya dan terkekeh. Bibirnya mengukir senyum manis dan lebar sambil menatap Axel.

Tiba-tiba ia merasa tenang dan semangatnya kembali ketika mendengar kata-kata Axel yang begitu lembut dan merdu di telinganya.

Pikirannya perlahan mulai stabil dan berusaha menghilangkan bayangan yang selalu menghantuinya karena pikirannya sendiri.

"Terima kasih sayang. Aku lebih tenang dari sebelumnya..."

"Maaf sudah membuatmu khawatir. Sejujurnya, akhir-akhir ini aku tidak bisa tidur hanya karena ketakutanku. Sekarang aku lega..."

"Kau terlalu istimewa untukku, sayang. Dan aku sangat mencintaimu lebih dari apapun"

Melvin memegang kedua pipi Axel dan mengusapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Axel tersenyum dengan matanya berkaca-kaca. "Aku juga sangat mencintaimu dan anak kita. Aku tidak sabar untuk melahirkannya"

Axel mengelus lembut perutnya. Kemudian, dia meraih tangan Melvin dan meletakkannya di perutnya.

"Aku juga tidak sabar untuk ketemu dengannya. Aku ingin dia menjadi sepertimu, sayang" Kata Melvin sambil mengelus perut Axel.

Axel terkekeh. "Tapi aku ingin dia menjadi sepertimu. Dan apakah kau sudah memikirkan nama untuk anak kita, Melvin?"

Melvin berpikir sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Belum. Bagaimana denganmu, apakah kau sudah memikirkannya?"

Axel langsung mengangguk antusias dengan mata berbinar. "Mn...!"

"Oh, benarkah? Apa, hm?" Melvin terus penasaran.

Axel terdiam sejenak seolah sedang mengingat nama yang sudah ia pikirkan. "Jika anak kita laki-laki, aku akan menamainya Arvin Stefanus..."

"Jika anak kita perempuan?" Tanya Melvin.

"Namanya Elvane Stefanus"

"Hmm... Nama yang bagus. Aku menyukainya"

"Tapi kalau mau nama lain juga tidak apa-apa. Aku hanya memberi saran"

Melvin menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku sangat menyukai nama yang kau berikan" Katanya.

"Aku juga menyukainya" Jawab Axel lalu membenamkan wajahnya di dada Melvin.

"Ayo tidur Melvin dan peluk aku" Titah Axel dengan manja.

"Mn" Melvin mengeratkan pelukannya dan mencium kening Axel dengan lembut dan penuh kasih. Lalu memejamkan matanya dan tertidur.

Setelah beberapa menit, Axel yang mendengar dengkuran kecil dari suaminya langsung tersenyum senang dan menghela napas lega.

'Jika takdir berkata lain, aku akan tetap memilihmu dan kembali padamu'

'Jadi tunggu aku, Melvin...!'

.

.

.

TBC!

[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang