08.

49.7K 4.7K 43
                                    

Ting! Ting! Ting!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting! Ting! Ting!

Ada pesan WA masuk. Axel dengan cepat mengeluarkan ponselnya dari sakunya.

Dia membuka pesan itu dengan keningnya berkerut sambil bibirnya bergerak membaca isi chat itu.

[+62xxxxxx] :
Aku merindukanmu.
Kau hanya milikku!
Kenapa kau menolak cintaku?!

Chat itu berasal dari nomor yang tidak dikenal. Bahkan, isi chat tersebut membuat Axel geli dan merinding.

"Apa ini orang gila salah nomor?! Kalimatnya njing sekali!!"

"Kalau orang menolak cintamu, terima saja kenyataannya, bhabhi!!"

"Apa kau mau aku ruqyah dulu baru kau sadar??!! Bodoh!!"

Axel mengutuk orang yang mengirim pesan itu tanpa membalas chat tersebut.

Baginya itu mungkin orang salah nomor. Jadi dia mengabaikannya dan melanjutkan pekerjaannya.

Ting! Ting!

Namun sekali lagi, ponselnya bergetar menandakan ada pesan WA baru masuk. Axel mendengus kesal lalu segera membuka chat WA tersebut.

[+62xxxxxx] :
Kenapa kau tidak membalas chatku?
Aku ingin bertemu denganmu lagi.

Axel menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan sebelum membalas chat itu.

[Axel] :
Siapa kau?!
Jangan ganggu aku!!
Aku tidak mengenalimu!!

Ting! Ting! Ting!

Cepat saja orang itu membalas chat Axel.

[+62xxxxxx] :
Mengapa kau melupakanku begitu cepat?
Aku sangat mencintaimu.
Kau milikku, Axel.

"Wah... Kalimatnya terdengar seperti seorang obsesi!! Benar-benar menyeramkan!!"

Tanpa pikir panjang, Axel terus memblokir nomor tersebut dan mematikan ponselnya.

'Arhh...!! Aku tidak bisa duduk diam saja!! Aku harus menyelidiki latar belakang kehidupan Axel yang asli'

'Soalnya, dia tidak memberiku ingatannya! Kau benar-benar merepotkanku!! Ini masalahmu tapi kenapa aku yang bertanggung jawab atas semuanya?!'

'Kalau mati, mati saja! Tidak perlu memanggil jiwaku masuk ke dalam ragamu untuk menyelesaikan masalahmu, sialan!!!'

Karena tertekan, Axel terus melipat lengannya di atas meja dan meletakkan kepalanya di antara lipatan itu lalu tidur.

[🍁]

Di dunia bawah sadar,

"Axel, bangun!"

Axel mengerjapkan matanya dan menguap kecil sebelum penglihatannya menjadi lebih jelas.

Setelah penglihatannya jelas, dia langsung mencari suara yang membangunkannya.

"Hai, Axel" Seseorang menyapanya dari belakang membuat kedua pundaknya terangkat karena terkejut.

"Hei, Wajahmu... Tunggu siapa kau?!"

"Ya, Wajah kita sama karena kita adalah orang yang sama. Dan raga yang kau huni adalah milikku"

"Ohh, jadi kau Axel yang asli?"

"Ya"

"Kalau begitu, hantar aku pulang ke duniaku. Dan kau bisa mengambil kembali ragamu!"

"Aku tidak bisa melakukan itu. Aku bukan dewa"

"Jadi, bagaimana sekarang?! Aku tidak ingin hidup di duniamu. Mereka semua menyebalkan...!" Jujur Axel.

"Aku mungkin sudah mati sekarang dan ragaku adalah milikmu sekarang. Aku akan memberimu semua ingatanku"

"Yang mati itukan kau, bukan aku!! Dan aku tidak ingin melanjutkan hidupku sebagai dirimu!!" Protes Axel.

"Mungkin ada alasan dewa memilihmu karena kau berani dan kuat. Berbeda denganku, bodoh dan lemah"

"Apa hubungannya dengan semua itu?! Asal kau tahu saja, aku orang yang sangat malas dan sloganku hanya ingin hidup tenang dan santai. Itu saja. Bukan malah mengurus masalah orang lain!!" Kesal Axel.

"Itu sebabnya aku rela memberikan ragaku kepadamu. Kau tidak mudah disentuh. Kau benar-benar hebat!"

Axel terus memasang ekspresi malas, lelah, sebal dan kesal sambil menatap Axel yang asli.

"Kupikir ada yang salah dengan otakmu!! Hebat?! Dimana hebatnya??!! Di duniaku sendiri saja, aku menjadi beban keluarga. Dari mana kau melihat sisi hebatku ah?!" Julid Axel pada dirinya sendiri.

Axel yang asli langsung terkekeh dan menepuk pundak Axel dengan lembut sambil menggelengkan kepalanya.

"Pergilah, ini sudah takdir kita. Jangan khawatir, selama kau mempertahankan sloganmu, pasti orang tidak akan berani mendekatimu" Nada suaranya seperti nada bercanda tapi bukan.

"Aku tidak mau, hantar aku pulang!! Persetan!!!" Maki Axel sebelum penglihatannya menjadi buram dan gelap.

Setelah itu, dia memejamkan matanya dan beberapa keping ingatan Axel yang asli memasuki kepalanya secara pelan dan tertib.

Setiap bagian dari memori itu tidak ada yang menyakitkan karena sebagian besar bagian dari memori itu tentang perasaan tulus Axel untuk Melvin.

Namun, di akhir kepingan memori itu ada adegan Axel yang asli menolak cinta seseorang dan orang itu adalah orang yang menyapanya di pusat perbelanjaan waktu itu.

.

.

.

TBC!

[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang