Alice langsung mengunci dirinya di dalam kamar.
Dia merasa sangat marah dan frustrasi ketika dia mengetahui bahwa pria yang dia cintai adalah gay...!
Yang membuatnya semakin frustrasi ketika mengetahui Melvin menikah dengan pria yang membuat pipinya ditampar oleh Bu Alisha yang tidak pernah menamparnya.
Bahkan, Melvin yang tidak pernah meninggikan suaranya tiba-tiba meninggikan suaranya dan berani mengancamnya.
"Axel sialan...! Lihat saja nanti, aku pasti akan membunuhmu...!"
"Oh ya?" Axel tiba-tiba menyela di balik pintu dengan senyum sinis.
Niat awalnya mau pergi ke dapur untuk ambil air, tapi dia secara tidak sengaja mendengar suara Alice mengamuk sambil menyebut namanya.
Kamar Alice kebetulan berada di lantai bawah, dekat dengan dapur. Atau lebih tepatnya itu adalah kamar tamu di lantai bawah.
Alice terkejut dan langsung panik saat rencananya terdengar oleh Axel.
"A-Apa yang kau inginkan?! Dasar jalang...!"
Untungnya, Melvin ada di ruang tamu bersama Bu Alisha sedang mendiskusikan sesuatu.
Dan itu membuat Melvin tidak bisa mengikuti Axel ke dapur meski hanya sebentar.
"Jalang? Haha... Apa kau lupa bahwa aku adalah istri sah Melvin Stefanus? Jadi, siapa yang jalang sekarang yang berani menggoda suami orang?"
Alice terdiam sejenak. Lalu, mengamuk lagi sambil melempar bantal ke pintu. Tapi Axel hanya terkekeh.
"Aku akan memastikan Melvin menceraikanmu...! Lagipula, kau laki-laki, kau tidak bisa memberinya keturunan!"
Kali ini Axel yang terdiam. Apa yang dikatakan Alice tidak salah. Axel mulai melemah, dia merasa sedikit tertekan.
"Hahaha kenapa kau diam saja? Melvin pasti menginginkan anak. Jangan egois...! Ayo kita buat kesepakatan"
"Kesepakatan?"
"Iya, biarkan aku menjadi istri kedua Melvin dan aku bisa memberinya keturunan. Bagaimana apa kau setuju?" Alice bertanya dengan antusias.
Mendengar kesepakatan itu, mata Axel langsung membulat karena terkejut.
Istri kedua? Anak dari wanita lain? Sial, dia hampir masuk jebakan...!
Jika dia setuju, itu sama saja dengan mengorbankan kebahagiaan yang telah dia bangun bersama Melvin.
Bahkan, Melvin pasti akan terluka oleh keegoisannya. Karena dia tahu Melvin sangat mencintainya.
'Aku lebih rela tidak punya anak daripada harus meninggalkan suamiku dengan orang lain'
Axel mengepalkan tinjunya. Api yang menyala di dalam dirinya akan meledak kapan saja.
Dan akhirnya dia tidak bisa menahan lagi. Lalu,
Bugh!!!
Axel meninju pintu kamar Alice sehingga membuat suara yang sangat keras.
Tumbukan itu begitu keras sehingga kunci pintu tiba-tiba mengendur dan pintu Alice perlahan terbuka karena kuncinya rusak.
Alice yang mendengar suara tumbukan yang begitu keras di pintu terus ketakutan.
'Dia manusia atau monster?! Mengapa energinya begitu kuat?!'
Alice mulai panik dan semakin ketakutan saat pintu kamarnya perlahan terbuka. Ia merasa ingin menangis karena terlalu takut.
"Coba kau ulangi kesepakatanmu tadi?! Aku ingin mendengarnya sekali lagi...!"
Axel berdiri di depan pintu kamar Alice dengan ekspresi datar dan menakutkan seolah ada aura gelap menyelimutinya.
Alice langsung menggelengkan kepalanya dengan keringat di dahinya. "T-Tidak, Aku hanya bercanda. M-Maaf... Maafkan aku... Hiks" Pinta Alice.
"Bukankah kau tadi ingin membunuhku?! Jadi kenapa kau tiba-tiba takut?! Di mana keberanianmu tadi?!"
Axel masih berdiri di depan pintu kamar Alice meskipun pintu itu terbuka lebar seolah menyambutnya masuk.
"Huwargh... Hiks.... Hiks... Maafkan aku... Aku masih ingin hidup... Hiks" Tangisan Alice akhirnya pecah.
Dia menangis sangat keras sambil dia bersujud di lantai dan memohon permintaan maafnya berulang kali.
"Sayang...!" Panik Melvin lalu menghampiri Axel dan memeluknya erat.
"Apa kau baik baik saja?" Tanya Melvin sambil memegang kedua pipi Axel.
Axel ingin tertawa namun ia menahannya saat melihat ekspresi wajah Melvin yang seolah ingin menangis.
"Aku baik-baik saja. Yang harus kau tanya adalah dia, apakah dia baik-baik saja? Karena yang menangis kan dia, bukan aku" Kata Axel sambil menunjuk Alice.
Melvin menggelengkan kepalanya. "Tidak penting! Ayo sayang kita pulang ya..."
"Alice biar ibu yang urus" Lanjut Melvin.
Melvin langsung menarik tangan Axel dengan lembut namun Axel mengeraskan tubuhnya.
"Tunggu! Tapi Alice menangis karenaku. Aku merasa bersalah" Axel menundukkan kepalanya sambil memanyunkan bibirnya.
Melvin menarik Axel ke dalam pelukannya dan mencium puncak kepala Axel dengan lembut.
"Itu bukan salahmu, sayang. Ini salahnya sendiri yang membuatmu marah" Bujuk Melvin.
"Terima kasih sudah mempercayaiku. Ayo cium aku~" Manja Axel sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Melvin.
Cup~
Melvin yang sangat mudah terpancing jika Axel yang menggodanya langsung mencium Axel tanpa memperhatikan Bu Alisha menyaksikan kebucinan mereka.
Alice tidak berani mengangkat kepalanya. Dia benar-benar ketakutan.
Bahkan, Axel bermanja dengan Melvin di depannya saja, dia merasa kosong.
Perasaan cintanya pada Melvin sebelumnya perlahan terkubur oleh rasa takutnya terhadap Axel yang seperti singa liar bertopeng kelinci.
Yah. Axel memang sengaja bermanja dengan Melvin di hadapannya.
Axel yang melihat ekspresi Alice yang terlihat sangat ketakutan, akhirnya menghela nafas lega.
"Bu, bisakah aku bicara satu hal lagi dengan Alice sebelum aku dan Melvin kembali ke vila?" Izin Axel.
"Tidak...!" Melvin memprotes dan mengeratkan pelukannya pada Axel.
Axel terus menghela nafas pelan. Dia tahu Melvin mengkhawatirkannya. Tapi dia harus berbicara dengan Alice.
"Hanya sebentar. Jangan khawatir. Aku baik-baik saja, oke?" Bujuk Axel.
Melvin terdiam sejenak lalu mengangguk pelan dengan ekspresi cemberut.
Tapi Axel hanya terkekeh dan menyuruhnya menunggu di ruang tamu.
"Ibu percaya padamu, Axel" Bu Alisha menepuk lembut pundak Axel lalu menarik Melvin ke ruang tamu.
.
.
.
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATION
Roman d'amour【 ORIGINAL STORY 】 ♡ || FOLLOW SEBELUM BACA || ♡ Axel yang tertidur di kelas tiba-tiba terbangun di tempat lain yang sangat asing baginya. Transmigrasi??!!! ✔ Konflik ringan, Lapak bucin, Fluffy, Mpreg, No angst, Double Clean. Melvin Stefanus. (SEME...