15.

37.4K 3.9K 51
                                    

"Hmph

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmph..."

Axel mengerjapkan matanya dan menguap kecil. Penglihatannya masih agak buram.

Beberapa detik kemudian, penglihatannya sudah jelas dengan posisinya yang masih terbaring di sofa menghadap langit-langit kantor Melvin.

Axel melamun dan berpikir sejenak. Dia mencoba mengingat apa yang dia lakukan sebelum tidur.

Tapi nihil. Jadi dia bangkit dari sofa dan menguap lagi sambil meregangkan otot-ototnya.

"Eh?!"

Axel mengernyit terkejut saat menyadari bahwa dia berada di ruang kantor Melvin dan bukan di kamarnya. Diam sejenak.

"Sialan! Memalukan sekali!"

Axel terus menepuk jidatnya ketika dia ingat kenapa dia bisa tidur di ruang kantor Melvin.

Cklek

Pintu terbuka dan ternyata Melvin yang membawa kantong plastik putih berisi bungkus makanan untuk Axel.

"Axel, kau sudah bangun?" Melvin mengelus singkat kepala Axel yang tiba-tiba menundukkan kepalanya.

Sebenarnya Axel terkejut sekaligus malu. Wajahnya sedikit memerah.

Dia tidak menjawab tapi dia mengangguk pelan sebagai jawaban tanpa melihat ke arah Melvin.

Melvin yang sepertinya mengerti reaksi dan ekspresi Axel hanya tersenyum lembut pada Axel.

"Kau belum makan dari tadi. Aku ada membelikanmu makanan. Ayo makan makanannya nanti dingin" Titah Melvin dan memberikan makanan itu kepada Axel.

"Hm terima kasih..." Axel mengambil huluran makanan itu dan melirik Melvin sekilas.

"Wajahmu sangat merah, apakah kau baik-baik saja?"

"Diamlah!" Axel memalingkan wajahnya ke samping.

Melvin terkekeh. Dia tahu Axel malu. Itu sangat menggemaskan di matanya.

'Argh...! Sial, aku merasa suasana di sekitarku semakin panas!!'

Dan wajahnya terlihat sangat merah sehingga membuat Melvin tersenyum lebar.

Sudah lama sekali Melvin tidak melihat Axel tersipu sejak sikapnya berubah.

Dia selalu melihat Axel memerah sebelumnya, tetapi saat itu tidak ada efek langsung pada hatinya.

Tapi kali ini melihat Axel merona membuat hatinya berbunga-bunga. Dan Axel sangat lucu dan menggemaskan.

'Axel hanya milikku...!'

[🍁]

Setelah selesai makan, Axel ingin melanjutkan pekerjaannya tetapi dihentikan oleh Melvin.

Melvin menyuruhnya untuk tetap di sana dan jangan pergi kemana-mana. Axel yang benar-benar malas melakukan pekerjaannya hanya mengangguk.

Sepanjang hari dia berada di ruang kantor Melvin tanpa melakukan pekerjaannya.

Terkadang dia akan bermain game di ponselnya sambil rebahan.

Setiap kali kalah, dia akan mengutuk dan mendengus kesal sampai dia ingin membanting ponselnya ke dinding.

Walaupun demikian, suara berisik Axel langsung tidak mengganggu Melvin sedang melakukan pekerjaannya.

Ia bahkan senang dan bahagia melihat Axel ada di sisinya. Tingkah Axel benar-benar seperti anak kecil.

Bahkan, sikapnya tidak seperti Axel yang dia kenal sebelumnya.

Apa yang dia lihat sekarang di matanya, seolah-olah itu bukan Axel yang dia kenal tetapi orang lain yang menempati tubuh Axel.

Tapi Melvin bertekad, dia tidak peduli siapa itu karena hatinya telah benar-benar dicuri oleh Axel yang sekarang.

Dia senang dengan perasaan yang dia miliki untuk Axel yang sekarang.

"Melvin, ayo kita pulang, ya? Aku bosan~" Axel merengek dengan suara yang manja.

"Sebentar lagi ya?"

"Hm, oke"

Axel menghela napas pelan dan kembali fokus pada layar ponselnya.

"Axel" Panggil Melvin tiba-tiba.

"Hm?"

"Aku ingin mengajakmu bertemu dengan keluargaku. Apa kau mau?" Melvin bertanya dengan nada serius.

Axel berpikir sejenak lalu bangkit untuk duduk sambil menatap Melvin dengan alis berkerut.

"Untuk apa?"

"Aku ingin mengenalkanmu pada mereka"

Axel menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk setuju. Kemudian, merebahkan kembali tubuhnya di sofa dengan santai.

"Benarkah?" Senyum Melvin semakin melebar dan matanya berbinar.

"Hm" Axel mengangguk lagi.

'Aku akan memastikan kalau perjodohanku dengan anak sahabat ayahku dibatalkan...!!'

'Aku hanya ingin menikah jika itu Axel' Tekad Melvin.

.

.

.

TBC!

[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang