50. EXTRAS (2) [END]

33.7K 1.9K 119
                                    

Waktu istirahat,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu istirahat,

"Eh, di mana Arvin dan Danish?" Tanya Eric yang baru saja keluar dari toilet.

"Mereka sudah pergi ke kantin" Jawab Arvan.

"Oh, lalu kenapa kau tidak pergi dengan mereka?"

"Karena aku menunggumu" Santai Arvan.

Eric langsung tersipu dan terkekeh. "Terima kasih, sudah menungguku hehe"

"Yah. Tapi itu tidak gratis. Kau harus membayarnya"

"Hah?"

Arvan segera mendekatkan pipinya pada Eric. "Cium" Titahnya sambil menunjuk pipinya.

Cup~

Eric yang sudah terbiasa dengan kelakuan Arvan langsung mencium pipi Arvan dengan senang hati.

Cup~

Arvan langsung tersenyum lebar dan mencium kembali pipi Eric dengan santai. "Itu kembaliannya" Kata Arvan dan terkekeh saat melihat wajah Eric merona.

Eric dengan kasar mengelus pipinya yang dicium Arvan lalu mengelusnya ke pipi Arvan. "Nah ambil kembaliannya. Aku tidak mau...!" Kesal Eric.

"Hahaha... Kau lucu sekali. Nanti kalau kita sudah dewasa aku ingin menikah denganmu, Eric" Arvan meraih tangan Eric lalu mencium punggung tangannya.

Eric tersenyum dan tertawa geli. "Aku akan menjadi istri yang baik untukmu haha"

"Dan aku akan menjadi suami yang baik untukmu" Jawab Arvan lalu mereka saling tertawa.

Kemudian, bergandengan tangan mereka pergi ke kantin dengan ekspresi bahagia dan senang di wajah mereka.

[🍁]

Di sisi lain,

Arvin dan Danish yang pergi ke kantin terlebih dahulu mengambil tempat duduk yang sedikit tertutup dan sepi.

Tapi masih bisa dilihat orang lain yang lewat di area kantin untuk membeli makanan.

"Kenapa Eric lama sekali pergi ke toilet?" Kesal Danish. Lalu, menyuapi nasi goreng ke mulutnya.

"Jangan khawatir, ada Arvan yang selalu menjaganya" Bujuk Arvin.

"Oh... Kenapa hanya Eric yang dijaga Arvan? Lalu bagaimana denganku, Hm?" Danish langsung mengerucutkan bibirnya.

"Ada aku yang bisa menjagamu dan aku akan selalu berada di sisimu untuk melindungimu" Kata Arvin dengan nada serius.

Danish terus mengangguk dan tersenyum puas. "Itu jawaban yang aku tunggu... Hehe"

"Apakah kau menyukaiku?" Tanya Arvin polos.

"Tentu saja aku menyukaimu" Jawab Danish dengan antusias.

Arvin langsung tersenyum lebar. "Aku ingin menikahimu saat kita dewasa nanti"

Danish mengangguk lagi. Lalu bertanya dengan polos, "Siapa yang akan mengambil peran sebagai istri jika kita berdua menikah?"

"Danish Anderson" Jawab Arvin sambil menunjuk ke Danish.

"Hah? Aku?" Danish sedikit terkejut sambil menunjuk dirinya sendiri.

Arvin mengangguk. "Ya, Dan aku akan mengambil peran sebagai suami"

Danish terdiam sejenak lalu mengangguk setuju. "Oke aku setuju. Soalnya jadi suami itu tanggung jawabnya besar jadi aku lelah" Polos Danish.

"Kau tidak perlu bekerja dan mencari uang jika kau menikah denganku" Bangga Arvin.

Danish langsung terkekeh. "Aku akan menjadi istri yang baik untukmu nanti"

"Hm, dan aku juga akan menjadi suami yang baik untukmu" Jawab Arvin.

Kemudian mereka tertawa bersama dan kembali menikmati makanan mereka sambil menunggu Arvan dan Eric datang.

[🍁]

Sepulang dari sekolah, Arvan dan Arvin langsung mengatakan bahwa mereka ingin menikah dengan Danish dan Eric ketika mereka dewasa nanti.

Hal itu membuat Melvin dan Axel tertegun sejenak sambil mereka saling berpandangan.

Kemudian, mereka kembali menatap Arvan dan Arvin dengan ekspresi ragu di wajah mereka.

"Kalian baru berusia 15 tahun, sudah membicarakan tentang pernikahan" Axel menggelengkan kepalanya sambil membelai lembut pipi si kembar.

"Tapi kami serius Mommy" Rengek Arvan dan Arvin.

Melvin dan Axel langsung menghela napas pelan.

"Hm, ya sudah pergi ganti pakaian kalian, Nanti Daddy dan Mommy akan berbicara dengan paman Ricky dan Daniel" Bujuk Melvin sambil mengelus singkat kepala si kembar.

"Betulkah?" Tanya mereka dengan antusias.

"Hm" Axel dan Melvin hanya mengangguk.

"Yeah...!" Arvan dan Arvin langsung bersorak riang lalu mengambil langkah masuk ke kamar dengan hati yang senang.

Melvin dan Axel saling berpandangan lagi. Kemudian, menghela napas berat sambil menggelengkan kepala.

[🍁]

Di sisi lain,

"Hah apa?!" Ricky dan Daniel terkejut sambil mereka menatap Danish dan Eric dengan ekspresi bingung di wajah mereka.

"Kami sudah berjanji satu sama lain" Rengek Danish dan Eric sambil mempout bibir.

Ricky dan Daniel terdiam sejenak. Kemudian, garuk bagian belakang kepala yang tidak gatal.

Apa yang harus mereka katakan? Mereka sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan si kembar.

"Ayah dan papa setuju, kan?" Tanya Eric.

"Ayah... Papa... Jangan diam...! Ayo dijawab. Papa dan Ayah setuju, kan?" Danish dan Eric menarik-narik ujung baju Daniel dan Ricky.

"Baiklah~ Papa dan Ayah setuju" Pasrah Ricky sambil mengelus singkat kepala si kembar dengan penuh kasih.

"Terima kasih, Ayah, Papa...!" Sorak mereka bersamaan lalu masuk ke kamar mereka.

Ricky dan Daniel saling berpandangan. "Haruskah kita menelpon Melvin dan Axel untuk menanyakan hal ini?" Tanya Ricky.

Daniel mengangkat kedua pundaknya sambil nyengir. "Entahlah..."

Di saat yang sama, ponsel Ricky tiba-tiba berdering lalu nama Melvin muncul di layar ponselnya.

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah restoran dan mendiskusikan hal tersebut.



[ Extra Chapter : END ]

#NOTED - Ayah Melvin dan Ayah Ricky adalah saudara tiri.

#INFO - Aku baru nyadar kalo ortunya si Ricky gak pernah nonggol. Sebenarnya ada waktu mereka berkumpul di mansion (Ch.44). Cuman gak diberi skrip 🤣🙏.

[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang