Begitu Axel pulang kerja, orang tuanya terus mengajaknya membahas soal perjodohannya dengan anak sahabat papanya itu.
Awalnya Axel menolak karena lelah dan ingin istirahat. Tapi orang tuanya bersikeras. Jadi Axel hanya bisa menghela napas pelan.
"Ibu dan papa sudah mengatur tanggal pertemuan kalian, yaitu hari minggu ini. Jadi ibu ingin kamu mengosongkan jadwalmu hari minggu ini" Titah Bu Clara.
Deg!
Axel menelan ludah. Dia ingin protes tapi entah kenapa lidahnya agak kaku.
Pada akhirnya dia hanya bisa mengangguk dengan ekspresi malas dan lelah di wajahnya.
"Papa harap kamu bisa jaga kelakuanmu nanti. Dan terima dia apa adanya. Ini untuk kebaikanmu sendiri" Tegas Pak Alex.
'Kebaikan? Kebaikan apa yang kalian maksudkan?! Tsk. Katakan saja itu kebaikan buat kalian, bukan untukku'
"Hm" Dingin Axel.
"Sebenarnya anak sahabat papa yang ingin mempercepat pertemuan kalian. Bukan kami yang mengaturnya"
Pak Alex sepertinya paham dengan ekspresi Axel yang sedikit tertekan dengan perjodohan itu. Dia juga tidak ingin terlalu menekan Axel.
Tetapi sejak awal Axel tidak memprotes, sehingga dia mengira Axel akan menyetujui perjodohan itu.
Namun setelah dia sadar, dia merasa kasihan pada Axel lalu menghela napas pelan.
"Kami tidak akan memaksamu untuk melanjutkan perjodohan ini. Tapi papa menyarankan agar kamu bertemu dengannya dulu, ya?" Bujuk Pak Alex.
Axel terus menatap Pak Alex dengan ekspresi penuh harap. Dalam benaknya, apakah itu berarti dia bisa menolak perjodohan ini?
"Betulkah?"
"Ya. Kami ingin yang terbaik untukmu. Tapi jika kamu tidak menyukai orang itu, kamu berhak menolaknya dan memilih pasangan hidupmu sendiri" Jelas Bu Clara sambil menepuk lembut punggung tangan Axel.
Axel terus menggigit bibir bawahnya untuk menahan air matanya. Dia benar-benar tersentuh.
'Arhh, aku merasa bersalah karena berpikiran buruk tentang kalian barusan. Aku tidak menyangka kalian begitu peduli tentang perasaan Axel'
"Terima kasih" Ucap Axel pelan.
Lalu, berdiri memeluk kedua orang tuanya. Tanpa disadari, air matanya sudah mengalir di pipinya.
"Aku sangat beruntung memiliki orang tua seperti kalian... Hiks"
"Ya, kami juga sangat beruntung memiliki anak sepertimu" Ucap Pak Alex dan Bu Clara sambil membalas pelukan Axel.
'Huwargh... Hiks...'
[🍁]
Setelah mandi dan memakai piyama, Axel berbaring dan ingin bermain game sebentar yang ada di ponselnya
Namun ketika dia membuka kunci layar ponselnya, ada notifikasi yang mengatakan '3 panggilan tidak terjawab' dan panggilan itu dari Melvin.
Dengan cepat, Axel menekan nomor tersebut untuk memanggil ulang nomor tersebut.
Jantungnya berdebar kencang menunggu Melvin menjawab panggilannya.
"Halo, Axel"
Mendengar suara Melvin di ponsel, senyumnya langsung melebar.
"Ya halo. Kenapa kau menelponku?"
"Tidak ada, aku hanya ingin mendengar suaramu"
Wajah Axel langsung memerah. Ia merasakan suasana di sekitarnya tiba-tiba panas.
"O-Oh..." Gugup Axel.
"Axel, apa kau baik-baik saja? Aku sangat merindukanmu"
"A-Aku baik-baik saja dan aku juga merindukanmu. Eh? Maksudku-"
"Benarkah? Wah, jika kau berada di depanku sekarang, aku pasti akan memeluk dan menciummu hehe"
Melvin langsung menyela dengan nada antusias dan senang.
Deg! Deg! Deg!
"Ck. Apa kau berani memeluk dan menciumku?"
Melvin yang mendengar seperti nada tantangan dari Axel langsung menyeringai dan menahan senyum.
"Tentu saja. Aku bahkan berani memakanmu"
"Hah? Makan? Itu namanya kanibal Njing!!" Polos Axel.
Mohon maaf, Axel masih otak anak SMA yang polos tentang hal-hal seperti itu. Haha.
Melvin langsung tertawa mendengar nada polos Axel yang begitu lucu di telinganya.
"Kenapa kau tertawa?!"
"Hehe, Axel-ku sangat lucu. Aku benar-benar ingin memakanmu sekarang dan menjadikanmu milikku"
Otak Axel semakin lamban. "Menjadi milikmu? Tapi kenapa kau ingin memakanku? Bukankah itu seperti kau ingin membunuhku?!"
"Kalau begitu aku ganti dari memakanmu menjadi menandaimu. Bagaimana? Apakah kau mengerti maksudku sekarang?"
Suara Melvin semakin lembut dan menggoda hingga Axel merasa jantungnya akan melompat keluar dari tangkainya.
Namun, Axel masih belum mengerti maksud Melvin. Otaknya malah lebih ngelag dan buntuh.
"Jujur saja! Otakku tidak bisa menganalisa apa maksud kalimatmu!" Kesal Axel.
"Hahaha, Axel-ku terlalu polos. Aku tidak ingin merusak kepolosanmu"
"Aku tidak polos, aku hanya tidak mengerti...!" Protes Axel.
"Yah, Axel-ku tidak polos. Hanya saja tidak mengerti. Oke?"
"Hm..."
Melvin tertawa lagi. Dia benar-benar merasa sangat senang dan bahagia.
Sejujurnya, dia sangat merindukan Axel. Sehari tidak melihat wajah Axel, dia merasa dunianya kosong dan gelap.
Bahkan beban yang dia rasakan sebelumnya hilang saat dia mendengar suara Axel.
Setelah beberapa jam mengobrol, akhirnya Axel meminta izin untuk mengakhiri panggilan karena sudah mengantuk.
Sebelum panggilan berakhir, mereka mengucapkan 'Selamat malam dan mimpi indah' satu sama lain.
.
.
.
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] I'M JUST AN EXTRA | TRANSMIGRATION
Romance【 ORIGINAL STORY 】 ♡ || FOLLOW SEBELUM BACA || ♡ Axel yang tertidur di kelas tiba-tiba terbangun di tempat lain yang sangat asing baginya. Transmigrasi??!!! ✔ Konflik ringan, Lapak bucin, Fluffy, Mpreg, No angst, Double Clean. Melvin Stefanus. (SEME...