Enjoy uri readers 😈💜
Jangan lupa Vote sama komen ya cinta 🪐💜
.
.
."Peter, siapkan tiket pesawat untuk penerbangan besok."
"Baik, dengan tujuan kemana, tuan."
"Jakarta, Indonesia."
"Baik, segera saya siapkan, tuan." Orang bernama Peter itu pun pergi, dengan penuh hormat ia keluar dari ruangan tuannya.
Menghembuskan asap rokok untuk yang terakhir kalinya, ia lalu memadamkan rokok yang ada di tangannya, "Haruskah saya turun sekarang, bagaimana menurutmu Henry?"
"Turunlah sekarang, kau sudah terlalu lama menyiksa mereka." Dengan nada ketus Henry menjawab.
"Apa maksudmu menyiksa, saya justru menyelamatkan mereka." Sangkalnya.
"Ya ya, dengan memisahkan mereka berdua, itu yang kau sebut menyelematkan?"
"Tidak ada opsi lain, jika ada, pasti saya dulu mempertimbangkannya." Jelasnya dengan tenang, ia bersedekap dada, sebari berjalan ke arah tirai jendela, perlahan, orang itu membuka tirai tersebut, cahaya terang pun seketika masuk ke ruangan gelap ini.
"Padahal kau bisa membawanya kemari. Tinggal bersama dan tak perlu bersusah payah bertahan hidup disana."
"Tak ada alasan untuk saya membawanya kemari, dan itu, bisa mengundang kecurigaan dua keluarga besar, harusnya kau paham Henry, tidakkah kau terlalu bodoh huh?"
"Ya, terserah kau saja."
"Lagi pula saya tak lepas tanggung jawab."
"Diamlah, jangan terlalu menyombongkan atas apa yang kau lakukan sekarang."
Dia terkekeh, melihat Henry yang kesal, "Kau yang lebih dulu memancingku untuk terus berbicara."
>>>><<<<
Pukul sepuluh malam, Azura dan Azzam baru saja sampai di kediaman Azura, kini keduanya berapa di halaman rumah, dengan Azzam yang masih di atas motor.
"Jadi engga nginep nih?""Engga, nanti Abang Azzam marah."
"Mampir dulu aja kalo gitu? Mau?"
Azzam melirik ke arah jam tangannya, "Udah jam sepuluh, nanti kemalemam Azzam sampe rumah."
"Besok lagi aja kak, Azzam usahain nginep juga."
"Yaudah iya, besok kesini lagi ya."
Azzam mulai menyalakan motornya kembali, "Azzam pulang ya kak, assalamualaikum." Setelah berpamitan, Azzam mulai meninggalkan halaman rumah Azura.
"Iya waalaikumsalam, hati hati Zam, jangan ngebut."
Azura masih diam di tempat beberapa saat, setelah Azzam sudah tak terlihat di pandangan matanya, barulah ia masuk ke dalam.
"Yah sepi deh engga ada bocah cengeng."
"Padahal kalo lagi cape gini, enaknya jailin tu bocah." Gumamnya sedih, jujur saja, rumah ini sangat sepi kala Azzam lama tak berkunjung kesini.
Setelah mengunci pintu, ia segera beranjak ke kamarnya,
"Ini kalo ada Azzam, pasti dia lagi nge-game di pojokan, terus sambil minta di suapin makan.""Ah tu bocah kenapa engga nginep aja si, belum puas ini gue jailinnya."
Sebari mengganti bajunya, ia terus saja menggerutu perihal Azzam yang tak menginap lagi malam ini. Supaya tak terlalu sunyi juga suasana rumah, maka dari itu, ia terus saja mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE A [COMPLETED]
Teen FictionSejauh apapun semesta memisahkan, jika garis takdir mereka adalah bersama, maka Perpisahan ini takkan abadi. Dipisahkan oleh semesta lalu dipertemukan kembali oleh takdir. Takdir dan semesta memang satu kesatuan , tapi mereka tak selamanya berada di...