49. Lost

691 47 0
                                    

What's up guysss

Ayoo vote and komen dulu sebelum mulai baca yaaa!!!

Happy reading guys!!💜😈
.
.
.

Andrea, Gio, dan Yuga sudah sampai di tempat dimana Azzam berada. Yuga dan Gio sudah menghampiri Azzam terlebih dahulu, sedangkan Andrea masih duduk di atas motornya sebari menatap betapa malangnya Azzam.

Matanya sudah sembab, entah sudah berapa lama anak itu menangis, bahkan sampai detik ini pun Azzam dengan terang-terangan menangis di depan ketiga temannya.

"Mau lo nangis darah sekalipun, engga akan mengubah apapun yang udah terjadi Zam."

Andrea turun dari motor, dengan ekspresi datar ia berkata demikian, menghiraukan reaksi kedua temannya yang terlihat memprotes ucapannya.

"Nangis aja Zam terus, sesali semua yang udah lo lakuin ke Azura." Andrea kembali membuka suara, ia bersandar di pilar sebari bersedekap dada, memandangi kemalangan Azzam yang tengah menangis meraung-raung di depan pintu rumah Azura.

"Terus aja beranggapan kalo lo yang paling tersakiti disini." Ia memalingkan wajahnya, menghindari tatapan tidak suka dari Yuga yang tengah mencoba menenangkan Azzam.

"Lo bisa diem dulu engga Dre?"

"Apa? Gue ngomong bener kok, iya kan?"

"Jangan sekarang Dre." Sergah Yuga.

"Kapan? Kan biar sekalian sakitnya Yug." Ujar Andrea dengan kekehan kecil diakhir kalimatnya.

Memang, ucapan Andrea terasa seperti perasan lemon yang disiramkan ke luka yang menganga, perih.

"Udah Zam nangisnya nanti lagi, ada banyak hal penting lain yang harus lo tahu Zam." Yuga memberikan sebotol air mineral kepada Azzam.

Azzam sedikit memaksakan diri untuk menghentikan tangisannya. Pun berangsur-angsur ia menjadi lebih tenang.

"Udah tenang?"

Azzam mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Yuga.

"Ayo bangun, kita ke cafe tempat Zura kerja dulu."

Azzam langsung menatap Yuga penuh harap, "Kak Zura ada di sana?" Tanya Azzam dengan cepat.

Yuga menepuk pundak Azzam, lalu menggeleng, "Engga, gue bilang ada banyak hal yang harus lo tahu kan?"

"Kita jelasin disana."

Azzam sedikit ragu, "Kenapa engga disini aja?"

"Disini engga ada apa-apa Zam, mending di cafe sekalian ngopi." Timpal Andrea dengan sedikit sarkas.

"Lo gue liat liat kayaknya gedek banget Dre ke Azzam." Ujar Gio yang sedari tadi hanya diam sambil mengamati.

Yuga mengulurkan tangannya, "Ayo Zam."

"Lo dibonceng Yuga aja Zam, sini kunci motornya."

Azzam tak banyak protes, ia hanya menurut, lagipula Azzam tak ada tenaga lebih untuk mengendarai motornya.

Beberapa menit kemudian mereka sampai ke tempat yang dituju. Seperti biasanya, mereka akan memesan ruang VIP.

Azzam berjalan lemas, sampai sepanjang jalan kemari air matanya terus merembes keluar. Azzam gelisah, takut, marah, juga kecewa dalam satu waktu. Azzam juga bingung, jika sudah begini, ia harus berbuat apa?

Sampai di depan pintu ruangan Azzam sedikit termenung, kenapa harus ruangan ini?

Katakanlah Azzam ini terlalu lemah, sampai-sampai melihat ruangan yang merupakan tempat kali pertama ia dan Azura bertemu saja ia mulai merasa sesak, dan kembali menitikkan air mata.

DOUBLE A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang