⚠️Sudah di revisi 2.0 ⚠️
Enjoy guys
.
.
.Jika bisa menuliskan takdir hidupnya sendiri, Azura, anak itu pastinya akan menuliskan takdirnya mempunyai keluarga yang harmonis, penuh kesempurnaan dan bahagia sampai akhir.
Sekali lagi, jika bisa. Lagipula Siapa juga orangnya yang tidak ingin merasakan hal itu.
Hidup nyaman, kebutuhan lahir batin terpenuhi, tanpa tekanan, itukan yang semua orang inginkan, begitupun Azura.
Dia hanyalah anak angkat di keluarganya yang sekarang ini. Ini bukanlah rahasia karena sewaktu umurnya 12 tahun, dia diadopsi oleh keluarga Raditya.
Sebenarnya, dia sama sekali tidak ingin untuk diadopsi oleh siapapun, karena cita-cita nya ia ingin menjadi tulang punggung di panti asuhan itu, ingin merawat adik-adik kecilnya.
Tapi karena ada satu kejadian tak terduga kala itu, ia terpaksa harus di adopsi oleh keluarga ini, yang pada saat itu kebetulan mencari adik untuk anak tunggalnya.
Namun ternyata itu hanyalah alibi belaka, karena pada kenyataannya ia sama sekali tidak diperlakukan seperti manusia di rumah itu.
Panti asuhan tempatnya dulu itu kebakaran hebat, mengakibatkan kerusakan total, tidak ada harta benda yang bisa diselamatkan, jadi ibu panti harus bertindak supaya anak anak tidak terlantar.
Kehidupannya sekarang ini sangat abu abu, tak ada warna lain dalam hidupnya. Keseharian Azura sangat monoton, setiap hari sama, dimulai dari Bersih-bersih rumah, sekolah, dibully, kerja part time, dan yang paling tidak pernah terlewatkan setiap detiknya adalah, kena marah keluarga angkatnya.
Azura pun tidak tahu apa alasan dibalik perilaku ibu angkatnya yang begitu keras dengannya, sangat berbanding terbalik dengan Raditya, ayah angkatnya yang selalu berusaha berbuat baik padanya.
Mendapat tekanan dimana mana membuat pribadi Azura yang keras kepala, berhati dingin, serta kurang bisa bersosialisasi yang mengakibatkan ia kesulitan mendapatkan teman.
Jika dipikir pikir, ia ingin sekali menemui keluarga kandungnya. Tetapi pikiran itu selalu ia tepis dengan selalu berkata dalam hati, bahwa keluarga kandungnya pasti tak jauh beda dengan keluarganya yang sekarang ini, sebab jika memang keluarganya itu baik, ia tidak mungkin bisa dalam fase hidupnya yang sekarang.
"Ra, Ayo pulang, keburu makin malem." Seru Hilwa, dia sahabat dekatnya Azura.
"Iya ayo." Jawaban Azura sekenanya.
Mereka baru saja selesai bekerja, dimulai dari jam 2 siang hingga jam 9 malam, lumayan lama dan menguras tenaga, tapi demi uang, mau bagaimana lagi.
Mereka berdua menyusuri jalan raya yang tampak ramai, menggowes sepedanya dengan santai, terlalu malas untuk kebut-kebutan, tenaga mereka sudah habis.
"Ra! Ke minimarket dulu mau engga?! Gue laper!" Teriak Hilwa dari sepedanya yang berada tepat di depan Azura.
"Iya boleh! Gue juga laper!" Balas Azura dengan berteriak juga.
Tujuh menit kemudian mereka sampai di sebuah minimarket, memarkirkan sepedanya lalu masuk secara bersamaan.
Untung saja minimarket ini disediakan air panas untuk menyeduh mie instan cup, ini sering menjadi alternatif bagi Azura ketika lapar seperti sekarang ini.
Sekarang ini Hilwa tengah menyantap makanannya, ia sudah menyerbu mie itu sejak satu menit yang lalu, sedangkan Azura yang baru mendudukkan dirinya di kursi samping Hilwa hanya menggelengkan kepalanya. Membuka jaket yang ia kenakan lalu menyimpannya di senderan kursi, setelahnya ia ikut menyantap mie instan cup super pedas miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE A [COMPLETED]
Fiksi RemajaSejauh apapun semesta memisahkan, jika garis takdir mereka adalah bersama, maka Perpisahan ini takkan abadi. Dipisahkan oleh semesta lalu dipertemukan kembali oleh takdir. Takdir dan semesta memang satu kesatuan , tapi mereka tak selamanya berada di...