12.Its You?

6.8K 533 22
                                        

⚠️SUDAH DI REVISI💜⚠️

Enjoy semuanya 💜!
.
.
.
.

Pukul setengah sepuluh, ah tak terasa, mereka sudah menghabiskan waktu berjam-jam di caffe ini. Caffe ini pun sepertinya akan segera tutup, atau mungkin, mereka menunggu Azzam dan teman-temannya selesai, karena memang merekalah pelanggan terakhir. Sepertinya mereka terlalu fokus pada tugas-tugas nya, sampai tak menyadari caffe mulai sepi.

"Huh akhirnya selesai juga, gila bikin ginian aja sampe lima jam anjir." Rain menggeliat, mulai merenggangkan otot-ototnya.

"Udah yu cus balik." Jenni mulai merapihkan barang bawaannya, ia ingin segera istirahat rasanya.

"Verra bangun, ngebo mulu nih anak. Ver.. oy.. Verra." Sedangkan Andrea dia sibuk membangunkan adiknya, yang ternyata tertidur lelap padahal dia hanya menelungkupkan wajahnya di meja.

"Gue udah nih, duluan ya bro." Yuga yang paling pertama selesai langsung berpamitan.

"Bareng Jenni engga lo Yug." Tanya Gio.

"Barenglah, ayo Jen."

"Gue duluan ya, bye temen-temen." Jenni berjalan mengejar langkah Yuga yang besar, dia sedikit berlari.

"Gio buruan napa, gue pengen balik." Rengek Rain.

Gio mendelik, "Sabar napa, liat nih gue lagi ngiket tali sepatu."

"Zam diem aja lo engga mau pulang?" Azzam menengok ke arah Andrea.

"Pulang, udah siap kali gue." Azzam berdiri dari duduknya, dia menenteng tas laptopnya, kemudian berpamitan dengan teman yang lain.

"Gue duluan Dre, Gi."

"Yo, hati hati Zam." Ujar Gio dan dibalas acungan jempol oleh Azzam.

"Gue udah Gi, ayo." Gio mengangguk, "Iya ayo."

"Dre gue duluan, jagain tuh Adek Lo, tunggu sampe nyawanya kumpul."

"Siap bro." Iya sekarang tinggal dirinya dan Verra saja, anak itu masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Abang Verra pengen pipis."

"Hah? Engga bisa di tahan aja Ver? Udah sepi loh ini." Anak itu menggeleng, "Kan jauh perjalanannya bang, kalo Verra pipis di jalan gimana."

"Allahu, lo nyusahin aja. Yaudah sana kebelakang, tanya ke pegawai sini aja dimana toiletnya." Verra mengangguk cepat, dia segera melesat ke belakang, "Jangan tinggalin Verra loh bang." Ujarnya dengan nada tinggi.

>><<


"Nanti malam papah sama mamah mau ke luar negeri."

Topik pembicaraan itu ternyata menarik semua atensi ketiga anak Mahendra, mereka bertiga seperti siap menyimak.

"Tugas kantor lagi pah?"

"Bukan nak, papah sama mamah mau jengukin abangmu."

"Bang Zay kenapa mah?" Tanya Aidan penasaran.

"Boleh ikut?" Pertanyaan singkat itu berasal dari Raidan.

"Abangmu sakit, dia minta di jenguk, pengen mamah katanya." Ujar Mahendra dengan kekehan diakhir katanya.

"Kalo soal ikut, boleh saja, asal kamu bisa handle kuliahmu Ray." Raidan mengangguk paham, "Ray bisa handle pah, jadi boleh ikut kan?"

"Boleh, Idan gimana? Engga mau ikut? Azzam?"

DOUBLE A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang