10.who's he?

7.6K 604 56
                                    

⚠️ sudah di revisi 💜⚠️

Enjoy!
.
.
.

Sehabis dari supermarket dan membeli makanan jadi Azura segera pulang, padahal dia tidak tahu akan melakukan apa, mungkin seharusnya tadi dia berkeliling kota saja bersama mamang angkot.

Hatinya ingin membersihkan rumahnya lagi, tapi raganya menolak, inginnya hanya bersantai dirumah, menikmati hiruk pikuk kota Jakarta yang masih jadi suasana baru untuknya.

Sebenarnya dirinya masih bingung, kenapa rumah dengan fasilitas lengkap, serta besar dan lumayan mewah ini, malah di kontrakan dengan harga yang Azura pun tidak tahu.

Kemarin waktu dirinya bertemu dengan pemilik rumah ini, beliau berkata jika dia boleh menggunakan rumah ini selama tiga bulan, jika nyaman dia baru boleh membayar, dan jika tidak dia tidak perlu membayar serta bisa keluar tanpa beban dari rumah ini.

Logikanya berkata, siapa juga yang akan tidak nyaman dengan rumah besar dengan fasilitas lengkap seperti ini, lokasinya pun strategis, dekat dengan pusat perbelanjaan, rumah sakit dan sekolah.

Berbicara soal sekolah, mungkin besok dia akan mendaftarkan dirinya, dan masuk di hari lusa, berkas kepindahannya mungkin sampai minggu depan, tapi soft file nya sudah ia terima.

Sekarang ini dia tengah menyantap ketoprak yang ia beli di pinggir jalan menuju pulang tadi, satu porsi cukup untuk mengisi perutnya siang ini.

Sebari menonton televisi, ia duduk dilantai dengan ditemani ketoprak juga es jeruk yang tadi ia beli, damai rasanya tidak ada yang bisa mengganggu kehidupannya lagi.

Ternyata hal seperti ini yang ia inginkan sedari dulu, ketenangan.

Ponselnya berdering, pertanda sebuah panggilan masuk, diambilnya ponsel itu ia melihat layarnya dan ternyata itu ayah angkatnya yang menelpon.

Azura sedikit bimbang, apakah ia harus mengangkat telpon atau tidak. Tapi pada akhirnya ia memilih untuk mengangkat telepon dari ayah angkatnya itu.

"Halo assalamualaikum yah."

"Waalaikumsalam nak."

"Ada apa ya yah?" Tanya Azura gugup.

Pria di sebrang sana menghela nafas panjang, "Kamu kemana nak, ayah pulang kamu engga ada, kata kakak sama ibu mu kamu kabur dari rumah, bener nak?"

Mata Azura memanas, sungguh.. yang jahat itu hanya ibu dan kakaknya, tapi ayahnya ini baik, kelewat baik malah.

Tapi logika dan hati Azura menimang, jika dia terus terusan di sana, dibandingkan bahagianya, sakitnya jauh lebih banyak. Jadi Azura berharap, keputusannya ini adalah yang terbaik.

"Nak?"

"Eum.. iya ayah. Zura minta maaf, Zura pergi gitu aja dari rumah ayah. Azura engga kuat lagi yah, Zura pengen bebas, tolong izinin Zura ya yah." Ucap Azura dengan suara yang bergetar.

"Maafin ayah Zura, ayah emang bukan ayah kandung kamu, tapi kalau kamu butuh bantuan ayah kamu bisa hubungi ayah nak. Ayah bebaskan kamu, tapi jangan sungkan nanti ya kalo butuh apa-apa ke ayah." Mungkin, mungkin ayahnya mengambil keputusan itu dengan berat hati, karena Azura bisa mendengar nada pasrah pada ucapan ayahnya.

"Iya ayah."

"Ada yang pengen ayah sampaikan sebenarnya nak, perihal asal usul kamu, tapi ayah mendadak ada urusan, nanti kita bicarain lagi ya nak, ayah harus ke kantor." Suara pria di sebrang sana mendadak terdengar tengah terburu buru.

DOUBLE A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang