52. Ending

967 43 1
                                    

AKU CUMA BISA BILANG

ENJOY GUYS!!!!

.
.
.
💜😈!







Suasana terasa begitu tegang karena kedatangan Geovano dan Henry.

Azzam terus memandang Geovano dengan tatapan menuntut, ada banyak pertanyaan yang ingin Azzam tanyakan.

Namun ia tak sanggup. Semuanya berkecamuk, antara pikiran, hati, dan lisan. Mereka tak lagi sejalan dengan Azzam.

Yang ia bisa utarakan hanya satu, "Dimana Kak Zura?"

Geovano terkekeh melihat Azzam yang begitu kacau, "Bahkan aku baru saja duduk Zam, setidaknya biarkan Kakek mu ini minum terlebih dahulu."

Azzam memalingkan wajahnya, tak ingin pandangannya bersitatap dengan Geovano.

"Sepertinya kau sudah cukup puas menangis hari ini Azzam." Geovano kemudian menyimpan gelas kopi yang baru saja ia minum.

"Tapi sepertinya nasib kurang beruntung datang bertubi-tubi hari ini kepada mu nak."

Geovano menghembuskan nafas panjang, ia sebenarnya tak ingin bersikap ketus seperti ini kepada cucunya sendiri, namun tak ada cara lain.

"Ya meskipun sebenarnya ini kabar baik, sepertinya akan tetap terdengar kabar buruk olehmu Azzam."

"Pssst... Pak tua, jangan bertele-tele." Henry yang berada di samping Geovano berujar dengan sedikit berbisik.

Geovano mendesis kesal, "Diam kau Henry."

"Katakan Kek, Azzam harus apa supaya bisa ketemu Kak Zura?" Ucap Azzam dengan sisa tenaganya.

"Tidak ada."

"Kau tidak perlu bersusah-payah melakukan hal sia-sia Azzam."

"Lagi pula ini sudah terjadi, nikmati saja akibat dari perbuatan mu yang gegabah itu." 

Azzam menunduk bingung, ia sudah cukup kacau dengan kejadian hari ini di rumah, dan sekarang ia harus menghadapi situasi sulit seperti ini?

"Lihat, ucapan ku sedikitpun tidak ada yang meleset."

"Andai saja waktu itu kau mau mendengarkan Kakakmu, mungkin saat ini Azura masih berada di sampingmu Zam.".

"Tapi yang sudah terjadi biarlah terjadi."

"Azzam." Panggil Geovano dengan intonasi yang lebih halus daripada tadi.

Azzam mendongak, menatap sang kakek yang juga tengah menatapnya penuh makna.

"Kakek kemari tentu bukan tanpa tujuan dan alasan." Ia menegakkan posisi duduknya, pembicaraan lebih serius benar-benar harus ia sampaikan, dan ia harap Azzam dapat memahaminya tanpa kekeliruan.

"Dengar Kakek baik-baik."

Azzam mengangguk patuh, ia masih mendengarkan Geovano dengan seksama.

"Mulai sekarang hak asuh mu ada di tangan Kakek."

Azzam tertegun, dalam hatinya ia membatin. "Ya Tuhan, apalagi ini?"

"Maksud Kakek?" Tanya Azzam heran.

"Mahendra dan Zhafira ditahan."

Nafas Azzam tercekat, tunggu? Ayah dan ibunya? Ditahan? Malam ini? Yang benar saja?

"Maksudnya apa Kek?!" Azzam spontan berdiri, sudah akan mengamuk kearah Kakeknya, namun ditahan oleh Yuga yang berada di samping Azzam.

"Bukan salah Kakek." Ucap Geovano lagi.

DOUBLE A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang