"kayaknya lo sama Ruri emang berjodoh, Rum," ucap Tiara.
Rumi yang tadinya sedang membasuh wajah dengan cepat mengangkat wajahnya dan menatap Tiara dari pantulan cermin, "maksud, lo?" tanya cewek itu terdengar kurang suka.
Baru beberapa menit yang lalu ia mengatakan jika dirinya begitu membenci Ruri, dan kini ia mendengar dari mulut sahabatnya sendiri jika ia dan Ruri berjodoh? Bahkan jika mereka berjodoh, Rumi tak akan mau menganggap cowok itu ada di dunia ini.
Tiara mengangguk kecil, "Ruri itu gemini, dia cocok sama orang yang zodiaknya Leo, which is zodiak lo Leo!"
Kening Rumi berkerut tipis, "Ruri gemini?" ia membalik setengah tubuhnya untuk melihat sang sahabat.
"iya, Ruri lahir tanggal 28 Mei," jawab Tiara.
Cewek itu mendengus kecil, "pantesan nyebelin," gumamnya sambil melempar tisu bekas mengelap wajah basahnya tadi ke bak sampah.
"eyy... nyebelin-nyebelin gitu, dia termasuk most wanted sekolah, loh, Rum!"
Bodo amat dengan most wanted atau apa pun itu, dimata Rumi sekarang Ruri itu tak lebih dari cowok brengsek yang sukanya mengancam dan tak segan-segan menghancurkan masa depan seseorang jika cowok itu merasa hal tak berjalan sesuai keinginannya.
"Rumi..." suara Tiara pun memelan.
Mendengar namanya dipanggil dengan begitu kecil membuat Rumi menoleh ke samping, ia menemukan Tiara yang kini sedang tertunduk sedih hal itu membuat Rumi khawatir.
"lo kenapa? Sakit?" tangannya menyentuh pundak Tiara.
Dan ketika kepala sahabatnya itu terangkat, Rumi bisa melihat kedua bola mata Tiara berkaca-kaca, hal itu semakin membuat Rumi bingung. Beberapa saat lalu cewek itu masih sibuk mengoceh tanpa henti dan sekarang malah menjadi suram seperti ini.
"kenap—"
"gue minta maaf, seharusnya waktu itu gue enggak ikutan nambahin dare dari Leah."
Rumi terdiam sesaat, jujur saja ia tak terlalu menyalahkan teman-temannya karena ia berpikir kesialan dihidupnya sendiri saat ini juga setengahnya karena kesalahannya. Ia terlalu berpikir pendek saat itu dan main menyetujuinya saja, seharusnya yang disalahi sekarang pun Ruri karena perbuatan cowok itulah yang menimbulkan kerugian baginya.
"itu bukan salah lo, Ra," ucap Rumi sambil mengusap pelan bahu Tiara.
"mana bisa enggak! Padahal hari itu gue udah bilang kalau lo dapat sial!" seru Tiara dengan mata yang semakin berkaca-kaca.
Rumi hanya bisa tersenyum geli melihat temannya saat ini, baginya sekarang tak ada waktu untuk bersedih, masa depannya ada di tangan Ruri, salah sedikit saja maka Rumi tak akan bisa melanjutkan pendidikannya, cewek itu tak ingin membuat sang mama bersedih karena anaknya tak bisa duduk dibangku perkuliahan.
"udah, udah. Jangan nangis, mending kita balik ke kelas sekarang," ucap Rumi menenangkan sang sahabat.
***
Awalnya Ruri itu sosok yang biasa saja di sekolah, ia memang tampan dan banyak perempuan menganguminya. Tapi entah apa yang membuat cowok itu berubah saat semester dua dikelas dua dimulai. Awalnya hanya ada satu atau dua perempuan yang ia patahkan hatinya, lalu lama kelamaan hal tersebut berlanjut sampai-sampai satu sekolah tau bagaimana tabiat buruk cowok tersebut.
Perempuan-perempuan yang awalnya hanya berani mengagumi Ruri dari jauh jadi terang-terangan menyatakan perasaan sukanya pada cowok tersebut, mereka yang awalnya hanya berani memencet like di postingan Instagram Ruri berubah jadi sering mengirim DM pada cowok tersebut.
"jadi Kak Ruri sama Kak Rumi beneran pacaran?"
"yang dilapangan waktu itu beneran?"
"halah! Palingan bentar lagi juga putus!"
Rumi tak terbiasa dengan ucapan-ucapan yang terlontar setiap kali dirinya lewat di koridor sekolah, banyak mata menatapnya, orang-orang berbisik sambil meneliti penampilannya. Cewek itu terbiasa hidup di dalam bayang-bayang, ia tak suka menjadi bahan tontonan.
"tapi kakaknya cantik, kok! Wajar aja Kak Ruri nerima dia!"
"kasian si gue, palingan bentar lagi dia bakal nangis-nangis mohon ke Ruri buat minta balikan."
Tak tahan mendengar ucapan orang-orang disekitarnya, Rumi memutuskan untuk mengeluarkan earphone dari dalam tasnya. Lebih baik ia mendengar lagi boyband kesukaannya daripada ocehan tak berguna tersebut.
Baru saja kedua tangannya ingin memasangkan earphone tadi ke telinganya, sebuah tangan kini sudah menutup kedua telinga Rumi, cewek itu mendongak ke atas dan menemukan Ruri yang berdiri di belakangnya, cowok itu menunduk ke bawah dan tersenyum kepadanya.
"gimana? Udah gak berisik lagi, 'kan?"
Rumi mendengus kecil, ia lalu melepaskan tangan Ruri dari telinganya dan berjalan lebih cepat. Secepat apa pun ia berjalan, Ruri yang memang jauh lebih tinggi dan memiliki kaki lebih panjang darinya jelas tak kesulitan menyamakan langkah dengan cewek tersebut.
"eits! Mau kemana, lo?" Ruri dengan cepat menahan tudung jaket Rumi ketika cewek itu ingin berjalan begitu saja melewati parkiran khusus mobil.
"apaan sih!" Rumi berusaha melepaskan cengekeraman Ruri pada tudung jaketnya.
Sayangnya itu tak menghasilkan apa-apa, yang ada malah sekarang Rumi terlihat seperti seekor tikus yang ekornya sedang digenggam erat oleh kucing. Beberapa orang malah tertawa geli melihat hal tersebut, termasuk Vanna dan Leah yang sedari tadi berada di pos satpam menunggu jemputan mereka.
"dilihat-lihat lucu juga, ya, Rumi kalau sama Ruri," ucap Vanna.
Leah mengangguk setuju, "gue enggak nyangka bakal lihat adegan bucin mereka secepat ini," ucap cewek tersebut lalu ia melirik Hanum yang berdiri disampingnya.
Sejak melihat eksistensi Rumi dan Ruri, ekspresi wajah Hanum menjadi sedikit muram. Cewek itu hanya menatap datar pasangan baru SMA Kencana tersebut.
"gimana, Han? Cocok, 'kan, mereka?" Leah menyenggol pelan bahu Hanum.
Hanum menatap cewek itu dengan tatapan dingin, "darimana cocoknya?" tanya Hanum dingin.
Tak lama kemudian cewek itu segera pergi dari pos satpam karena mobil jemputannya sudah tiba, Leah yang mendapat tatapan dingin tadi hanya bisa tersenyum tipis sambil menatap kepergian Hanum.
Vanna menghela nafas berat, "gue enggak tau kalau Hanum bisa semarah ini, padahal biasanya dia, 'kan enggak seserius itu," ucap cewek tersebut dengan wajah cemberut.
Melihat itu membuat Leah langsung merangkul bahu Vanna, "tenang aja! Hanum kayak gitu gara-gara enggak rela Rumi bareng sama Ruri!"
Vanna mengangguk kecil tanpa tau apa arti sebenarnya dari ucapan Leah tadi, sekali lagi Leah menatap ke arah Rumi dan Ruri, pandangannya dengan Ruri sempat bertemu sebentar sebelum akhirnya cowok itu memutuskan tatapan dan menarik Rumi untuk masuk ke dalam mobilnya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Teen Fiction"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...