Lorenza tersenyum lebar begitu melihat ada banyak sekali pengunjung yang kini tengah berbaris di meja kasir untuk memesan makanan dan minuman, dari lantai dua cewek itu melambai sambil mengedipkan matanya ke arah Ruri yang kini sedang menatapnya datar.
Strategi bagus ia menempatkan sepupu tampannya itu di meja kasir, dengan wajah rupawannya Ruri tentu dapat menarik banyak sekali pelanggan terutama kaum perempuan. Lorenza lalu melihat ke arah jam tangannya, sebentar lagi Leah akan datang, cewek itu lalu turun ke bawah dan berdiri di samping meja kasir.
"how? Lo suka kerja di sini?" tanya cewek berambut pendek itu.
"lumayan," jawab Ruri lalu memasukkan uang yang baru saja di terimanya tadi ke dalam mesin kasir.
"ini kembalian nya, kak," ucap cowok itu seraya tersenyum manis kepada pelanggan di depannya.
Perempuan mana yang tidak senang saat disenyumi oleh laki-laki tampan, melihat pelanggan tadi pergi ke tempat duduknya dengan wajah memerah padam membuat Lorenza menahan tawanya.
"wahh... kalau kayak gini terus, gue jadi kepikiran buat rekrut lo," canda cewek itu.
Ruri menahan senyum nya, "lo kira Kak Shana bakal setuju kalau gue kerja sama lo?" sinis cowok itu.
"katanya lo mau interview pegawai, kapan tuh?"
Lorenza kembali melihat jam tangannya, ia lalu berbalik badan menatap ke arah pintu masuk, bertepatan dengan itu suara lonceng yang terpasang di atas pintu berbunyi. Lorenza menyambut tamunya itu dengan senyuman lebar berbeda dengan Ruri yang menatap kaget ke salah satu tamu.
Sama halnya dengan Rumi, cewek itu terdiam diambang pintu tatapan lurus langsung mengarah ke Ruri, ia tak menyangka bisa bertemu dengan cowok itu di tempat ini, terlebih lagi melihat pakaian yang Ruri kenakan, cowok itu menggunakan apron berwarna coklat tua sama halnya dengan pegawai lain yang sedang bertugas sekarang.
"Lou, kenalin ini Rumi, temen gue yang lagi nyari kerja sampingan," ucap Leah sambil mengarahkan tangannya pada Rumi. Melihat Rumi yang tak merespon apa pun membuat Leah menyentuh bahu temannya itu.
"oh..." Rumi berkedip beberapa kali lalu menatap pemilik café tersenyum sambil tersenyum ramah, "halo, say—"
"gak perlu ngomong formal, Rumi," sela Lorenza dengan senyuman manisnya, "gimana kalau kita ngobrol di lantai atas?" ajak cewek itu.
Rumi mengangguk kecil, ia lalu mengikuti langkah Lorenza menuju ke lantai atas saat melewati meja kasir pun Rumi hanya menundukkan kepalanya, ia sama sekali tak berani bertatapan langsung dengan Ruri, berbeda dengan cowok itu yang terus memantau gerak geriknya bahkan saat mereka sudah duduk di lantai atas.
"lo gak bilang kalau Rumi bakal ngelamar di sini," ujar Ruri kepada Leah.
Cewek itu menunjukkan ekspresi kagetnya, "gue aja gak tau kalau lo ada di sini!" ujar Leah tak ingin kalah.
Sekali lagi ia menatap ke lantai atas, melihat Rumi yang kini tengah berbincang-bincang dengan Lorenza, ia menghela nafasnya kecil, tadi pagi Ruri sudah menetapkan hati untuk berhenti memikirkan Rumi, tapi hatinya goyah seketika saat melihat wajah cewek itu saja.
Leah yang melihat wajah muram sepupunya itu hanya bisa menggeleng kecil, padahal keduanya bisa memulai hubungan yang baik jika saja Ruri dulunya memiliki keberanian untuk mendekati Rumi.
"lo tuh, sudah gue bantu masih aja gagal, Ru, heran gue," cibir Leah.
"kalau gitu bantu gue sekali lagi, bantu gue baikkan sama Rumi," tawar Ruri.
Leah menggeleng kecil, ia lalu mencomot salah satu kue kering yang ada di dekat meja kasir, "gue gak mungkin harus ikut campur hubungan kalian terus, This time, use your own way!" cewek itu menepuk pundak Ruri cukup kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Jugendliteratur"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...