'KONTOL'
Matheo menatap tak percaya pada surat permintaan maaf yang baru saja Ruri berikan kepadanya, cowok itu membalik kertas untuk melihat sisi belakang nya dan tak menemukan apa pun, satu-satunya kata yang tertulis di kertas tersebut adalah kata kotor itu, tidak hanya kata kotor, ada juga sebuah gambar tak senonoh di kertas tersebut.
"lo serius?" tanya Matheo geram.
Ruri mengendikkan bahunya acuh tak acuh, "kayaknya," jawabnya malas.
Matheo mendengus kasar, ia meremas kertas tersebut menjadi bentuk bulat dan membuangnya ke sembarang arah, "enak, ya, jadi lo, Ru. Life seems easy to you."
Ruri mendengus kecil, "kenapa? lo iri?" cowok itu menaikkan sebelah alisnya.
Iri? Mungkin, walau mereka berasal dari status keluarga yang sama, tapi nasib mereka berbeda. Sejak kecil, Matheo sudah memperhatikan Ruri, anak itu tumbuh dengan kasih sayang dari keluarganya, apa pun yang Ruri inginkan, apa pun yang Ruri lirik, maka akan dibelikan, bahkan jika Ruri meminta manusia sekali pun, Matheo yakin jika keluarganya akan memberikan itu kepadanya.
Hidup anak itu selalu mulus, bertunangan dengan Hanum, memiliki wajah tampan, keluarga yang kaya, dan sang mama yang merupakan artis terkenal. Hidupnya terlalu mudah, seolah Tuhan meng-anak emaskan Ruri.
Matheo melangkah maju, mengikis jarak diantara mereka sampai kedua nya kini saling berhadapan, jari telunjuknya terangkat, mengarah pada Ruri, "dari dulu lo selalu dapatin apa yang lo mau, tapi kali ini bakal gue rebut apa yang lo mau, Ru!"
Ruri tau apa yang dimaksud oleh cowok tersebut, ia menyingkirkan jari Matheo dari hadapannya dan menatap cowok itu tak kalah tajam, "try me!" Setelah itu ia pergi meninggalkan Matheo.
***
"gimana? Sudah lo kasih, 'kan?" tanya Ratna begitu Ruri datang ke kantin dan duduk di samping Ago.
Ruri tersenyum dan mengangguk, "iyalah," jawab cowok itu sambil terkekeh kecil.
Ratna pun turut tertawa, kedua orang itu pun saling bertos ria. Ide memberikan surat permintaan maaf palsu itu merupakan ide Ratna, Ruri dari awal bersikeras tak ingin meminta maaf, jadilah mereka membuat surat palsu, sementara surat permintaan maaf yang asli sudah diberikan ke meja kepala sekolah pagi ini.
"dia gak marah?" tanya Raline.
"Ruri gak bakal ada di sini kalau Matheo marah, Lin," jawab Fany yang baru saja datang sambil membawa nampan berisi makanan mereka, diikuti dengan Delmora yang membawakan mereka minuman.
"next time, Ru, kalau lo marah, lebih baik ngehajar orangnya di belakang aja, jangan di depan," nasehat Fany, cewek itu menaikkan kedua alisnya.
"lo nge-copy kata-kata gue," ujar Delmora.
Percakapan itu pun berlanjut, Ruri sesekali menyahuti ucapan teman-temannya dan memakan batagor yang di pesannya tadi, tatapan cowok itu pun beralih ke arah pintu masuk kantin, ia melihat Rumi yang baru saja datang bersama dengan Vanna dan Leah.
Tatapan keduanya bertemu sesaat, mereka saling melempar senyum singkat sebelum akhirnya Rumi mengalihkan perhatiannya.
"lo sama Rumi beneran putus?" tanya Ago yang melihat interaksi antara dua orang barusan.
Ruri mengangguk kecil, "iya," jawabnya singkat.
"gak balikan?" kali ini Ratna yang bertanya.
Cowok itu menaikkan kedua bahunya, "untuk sekarang kayaknya enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Teen Fiction"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...