"lo yang bantu papa, ya?"
Sore itu saat Ruri mengantar Rumi dalam perjalanan pulang, cewek itu langsung bertanya tanpa ingin menunggu lagi. Ia menatap Ruri yang sedang fokus dengan jalan, ujung bibir cowok itu sedikit terangkat ke atas, Ruri menatap Rumi sebentar sebelum kembali fokus dengan jalanan yang memang cukup padat sore itu.
"iya," jawabnya dengan enteng.
"kenapa?"
Ruri kemudian merilekskan tubuhnya, sebelah tangannya yang menganggur mulai menyentuh tangan Rumi. Rumi bersumpah, setiap sentuhan tangan cowok tersebut jantungnya selalu berdetak dua kali lebih cepat, tak hanya sampai di situ, Rumi pun merasakan geli di bagian perutnya, seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan.
"well, perusahaan keluarga gue bergerak di bidang otomotif dan juga lagi perlu pegawai yang punya pengalaman lumayan lama dibidang otomotif karena pegawai yang dulu mengundurkan diri. Gue cuma ngasih saran ke Kak Shan, terus kakak gue yang ngurus sisanya," jawan Ruri sambil menggusap punggung tangan Rumi.
"makasih, Ru," lirih cewek tersebut.
Ruri tertawa kecil, cowok itu kemudian melepaskan genggaman tangan mereka dan mengusak rambut Rumi dengan gemas.
"makasih doang, nih?" goda cowok itu mulai jahil.
"terus lo mau apa? gue traktir makan seblak?" Rumi menaikkan sebelah alisnya.
Ruri menggeleng kecil, mobil hitamnya itu akhirnya berhenti tepat di depan rumah Rumi. Ia lalu memutar arah duduknya menjadi menghadap ke arah cewek tersebut, Ruri tersenyum lebar, jari telunjuknya kemudian menyentuh bibirnya.
"kiss me," tantangnya.
Wajah Rumi langsung memerah, cewek itu refleks menoleh ke arah lain.
"y-yang bener aja!" seru Rumi masih menatap ke arah lain.
Ruri tersenyum geli, ia suka melihat ekspresi malu-malu Rumi setiap kali menggodanya. Tangan cowok itu meraih dagu Rumi, menyuruhnya untuk kembali menatap ke arahnya. Kedua mata cewek itu terpejam erat tapi rona pipinya masih merah.
Rumi dapat merasakan hembusan nafas yang begitu dekat dengannya, menyapu wajahnya dengan lembut. Cewek itu menahan nafasnya sendiri, ia meremas roknya pelan, janutngnya terus-terusan berpacu dengan cepat, hawa dimobil pun seketika terasa panas. Cukup lama ia menunggu sampai pada akhirnya Rumi menyerah dan mulai sedikit demi sedikit membuka matanya.
Yang Rumi lihat untuk pertama kalinya adalah Ruri yang hanya menatap ke arahnya, cowok itu tak menunjukkan ekspresi apa pun. Ruri tersenyum kecil dan mengusap pipi Rumi dengan jari jempolnya.
"maybe next time," ucap Ruri lalu menjauhkan wajahnya.
Rumi terdiam beberapa saat, "kenapa?" tanyanya lirih.
Cowok itu hanya menggeleng, "kalau lo belum mau gue gak bakal mak—"
Sret!!!
Cup!!!
Terlalu tiba-tiba, otak Ruri tak mampu memproses kejadian barusan karena belum selesai ia berbicara, Rumi sudah menarik kerah bajunya dan menempelkan bibir keduanya. Kedua mata cowok itu terbelalak kaget. Bibir mereka masih bersentuhan, Ruri menatap ke arah Rumi yang kini menutup kedua matanya rapat.
Disela ciuman mereka Ruri tersenyum senang, cowok itu mengambil alih ciuman mereka. Ia menyentuh sisi wajah Rumi dan memperdalam ciuman tersebut, mengajarkan Rumi hal baru yang selama ini hanya bisa cewek itu lihat di Drama Korea. Ada perasaan senang menghampiri Ruri, sesuatu yang sudah lama tak cowok itu rasakan.
Perasaan hangat, perasaan ingin memiliki. Ciuman mereka terlepas saat Ruri merasakan dadanya di tepuk pelan, wajah Rumi benar-benar memerah, cewek itu menutupu bibirnya dengan punggung tangannya lalu menatap ke arah lain. Ruri tertawa puas, ia kemudian memperbaiki rambut Rumi yang sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Teen Fiction"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...