Chapter 49

381 26 1
                                    

Selesai dengan percakapan mereka, Ruri menarik tangan Rumi untuk masuk kembali ke dalam ruangan sesampainya di dalam mereka melihat sudah banyak orang yang tengah menikmati makanan dan juga hiburan dari salah satu penyanyi terkenal yang memang diundang untuk memeriahkan acara malam ini.

Tak melepaskan genggaman tangan, Ruri mengajak Rumi untuk kembali bertemu dengan sepupu cowok tersebut, Leah tersenyum lebar melihat kedatangan Rumi dan segera menarik cewek itu untuk berdiri di sampingnya, Rumi pun melihat kehadiran Hanum dan tak lupa untuk tersenyum kepada cewek tersebut, Hanum hanya membalas dengan senyuman canggung.

"darimana, Ru? Lo dicariin sama Kak Shani tadi," ujar Lorenza.

"dari toilet," jawab Ruri singkat, cowok itu lantas mengambil salah satu makanan yang dibawakan oleh pelayan yang lewat di dekat mereka dan memberikannya kepada Rumi.

"puding di sini enak, cobain," ucap cowok itu, ia mengabaikan tatapan penasaran sepupu perempuan lainnya, apalagi tatapan Hanum.

Iris selaku orang yang dari tadi diam semenjak kedatangan Ruri malah tertawa kecil, ia melihat ada sedikit perubahan ekspresi dari Hanum, tidak hanya Leah, beberapa anggota keluarga Dhananjaya pun ada yang tidak suka dengan Hanum dan hanya menghormati cewek itu karena ia merupakan cucu dari sahabat baik kakek mereka.

"pacar baru lo, Ru?" tanya Danver, ia mengangkat gelas kacanya.

Ruri tersenyum kecil, "iya," jawabnya yakin.

Hanum mengigit bibir bawahnya kecil, mata cewek itu menatap tangan Ruri yang baru saja mengambil sebuah mochi yang ada di atas meja dengan cepat ia menahan tangan cowok tersebut, semua orang di meja itu jelas menatap Hanum kaget dan kebingungan, terutama Danver yang berada di sebelah Hanum.

"isinya matcha, kalau mau yang ini aja," ucap Hanum seraya menyerahkan piring kecil dengan beberapa mochi yang berisi coklat.

Danver tanpa sadar mengepalkan tangan kanannya yang berada di atas meja, ia menatap Ruri tajam, sadar akan tatapan sepupunya itu membuat Ruri dengan segera menarik tangannya dari genggaman Hanum dan beralih menatap Rumi.

"gue antar ke bokap lo, ya?" Ruri menggenggam lembut tangan Rumi dan mengajak cewek itu untuk pergi menemui Dipta.

Anastasya tersenyum miring, ia memutar-mutar gelas kaca yang ada ditangan kanannya, "what is that, Hanum?" cewek berambut diikat setengah itu bertanya dengan nada mengejek.

Hanum menatapnya tajam, ia lalu mengambil tas kecilnya dan beranjak berdiri, "gue mau ke kakek," ucapnya dingin kepada Danver.

Danver menghela nafasnya kasar, semenjak kembali ia kesulitan untuk mendekati Hanum, seolah ada dinding beton yang tinggi menghalanginya untuk bertemu dengan Hanum.

"gue bingung apa yang lo lihat dari dia, Danver," ucap Iris.

"kenapa lo gak kayak Ruri? looking for someone new?" imbuh Leah.

Anastasya menatap kakaknya itu tidak percaya, "lo gak bisa musuhin keluarga lo selamanya!"

Danver menggeleng kecil, ia menatap ketiga sepupunya bergantian, "lo bertiga gak ngerti apa-apa, mending diam," balasnya dingin, setelah itu ia segera pergi.

***

"perempuan yang Ruri bawa tadi,"

Hanum menatap ke sampingnya, memperhatian Axel yang baru saja masuk ke dalam mobil.

"dia orang yang sering kamu bantu dulu, 'kan?" tanya sang kakek seraya melepaskan jam tangannya, pria tua itu menatap ke arah cucunya sekilas.

Hanum mengangguk kecil, "iya, Kek," jawabnya singkat.

His Name, RuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang