"tolol."
Itu komentar pertama yang Agnia lontarkan begitu mendengar kisah Ruri, keduanya hanya bisa berbicara lewat telepon saat ini walaupun mereka berada di tempat yang sama. Ruri sekarang tengah berada di balkon kamar Hanum, ia tengah memandangi Hanum yang kini tertidur pulas.
"foto yang gue kirim, sudah lo liat, 'kan?"
"sudah-sudah, gila sih ini keluarga, apa-apa disogok," komentar Agnia tidak percaya.
Ruri menjilat bibir bawahnya, "Ni, gue mau ini cepet-cepet selesai, gue mau baikkan sama Rumi."
Agnia menghela nafasnya kasar, "cepetin acara pertunangan lo kalo gitu, masa lo protes sama gue sih, Ru?"
"ck, salah banget gue ngeluh sama lo."
"iya salah! Dah lah, gue tutup, mau jogging, bye, Ru."
Panggilan terputus bahkan sebelum Ruri sempat mengucapkan selamat tinggal, Ruri lantas mengirimkan pesan kepada supir keluarganya untuk menjemputnya sekarang juga, ia tak memiliki niat untuk tinggal di rumah ini lebih lama. Setelah pesannya di balas, Ruri pun segera masuk ke dalam untuk bersiap-siap pulang.
Ruri masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci mukanya, di bilasan kedua cowok itu dikagetkan dengan sosok Hanum yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar mandi, cewek itu duduk di depan kloset dan memuntahkan isi perutnya.
Melihat itu membuat Ruri segera membantu Hanum memijat belakang leher cewek tersebut, setelah selesai ia pun memberikan beberapa lembar tisu untuk menyeka mulut Hanum.
"kamu gak papa?" tanya Ruri khawatir.
Hanum mengangguk, ia dibantu oleh Ruri untuk bangkit dan berjalan ke depan wastafel. Setelah selesai membilas wajahnya, Hanum memegangi perutnya sendiri, cewek itu tampak kesakitan.
"kayaknya aku masuk angin deh," ucapnya lemas.
Ruri mengangguk, "gara-gara kelamaan diluar tadi malam mungkin, kamu istirahat aja."
Hanum lantas memasang senyuman manjanya dan mengangkat kedua tangannya, pertanda meminta digendong sampai ke kamar oleh Ruri, melihat itu membuat Ruri tertawa kecil dan membawa Hanum ke dalam gendongannya, ia meletakkan cewek tersebut dengan perlahan ke atas kasur dan menyelimuti Hanum.
"kamu mau pulang? Gak sekalian sarapan di sini aja?" tanya Hanum begitu sadar jika Ruri sudah berpakaian rapi.
Ruri menggeleng, "mama minta aku makan di rumah," alasannya.
"hubungan kamu sama tante Damara kayaknya sudah membaik, ya?"
"lumayan," jawab Ruri singkat, ia lalu menundukkan tubuhnya dan mengecup kening Hanum singkat, "aku balik dulu, ya. Nanti aku kasih tau ke mama kamu kalau kamu lagi gak enak badan."
Hanum mengangguk, "sehat-sehat, tiga hari lagi kita tunangan."
"iya-iya! dahh sayang~~"
"dah~~"
Ruri menutup pintu kamar Hanum perlahan, ia berjalan menuruni tangga dengan cepat, begitu sampai di luar pintu rumah, ia sudah melihat kakak tertuanya yang kini tengah berbincang bersama dengan Axel dan juga Dylan.
"nah! Ini dia anaknya!" ucap Dylan sambil menepuk pundak Ruri, pria itu tersenyum lebar, "gimana? Nyenyak tidur nya?"
"nyenyak, om," jawab Ruri dengan nada begitu ramah.
"kalau gitu, Ruri nya saya bawa pulang dulu ya, om, kek. Terima kasih karena sudah diizinkan menginap di sini," ucap Shana dengan senyum kecilnya.
Axel dan Dylan sama-sama mengangguk, "tidak papa, lagi pula setelah ini Ruri akan lebih sering berada di rumah ini," ucap Axel terdengar sangat senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Teen Fiction"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...