Chapter 62

358 31 5
                                    

Hidup memang tidak selalu adil bagi orang-orang yang secara ekonomi kekurangan, Rumi sudah menyadari hal tersebut semenjak ia memasukkan kakinya ke SMA Kencana. Sebuah keberutungan diri nya bisa masuk ke SMA ini, padahal ia tak berharap besar untuk bisa masuk ke sekolah elit ini.

Begitu tau jika orang tua nya bukan lah siapa-siapa, Rumi langsung di jauhi oleh teman sekelas nya, ia langsung menjadi tak terlihat begitu saja, hanya sosok Hanum yang saat itu tetap memandang Rumi dengan lembut dan tak memperlakukan nya seburuk teman sekelas lainnya, lalu tak lama kemudian Tiara dan Vanna, dan terakhir adalah Leah.

Di kelas Rumi sering melihat Leah hanya duduk sendiri di pojokan, cewek itu tidak terlalu memperhatikan penjelasan guru dan lebih banyak tertidur, sekali lagi, Rumi tidak menyangka jika diri nya bisa dekat dengan sosok Leah. Terutama Hanum, murid paling pintar di kelas.

Rumi tulus menjalin pertemanan dengan keempat teman nya, ia cukup sadar diri jika diri nya bukanlah siapa-siapa dibanding keempat temannya. Berkhianat? Siapa Rumi sampai ia berani melakukan hal sejahat itu kepada teman-temannya?

Tapi seperti nya pemikiran itu tidak sejalan dengan pemikiran teman-teman nya, siapa orang-orang yang Rumi sebut teman itu berkhianat kepada nya. Rumi tak memiliki apa-apa, mereka sangat tau bagaimana kehidupan Rumi tapi apa yang mereka incar dari diri nya?

"Rumi!!!"

Langkah cewek itu berhenti di tengah koridor begitu mendengar suara melengking itu memanggil namanya, ia menoleh ke belakang, menemukan Tiara yang kini tengah berlari dengan cepat ke arah nya. Sebelum Rumi dapat menghindar, Tiara sudah terlebih dahulu menabrak Rumi dan memeluk cewek itu dengan erat.

"gue kangen sama lo!!!" seru Tiara sambil mempererat pelukan nya.

Rumi mengambil izin tiga hari karena kondisi kesehatan nya yang sempat menurun, ini adalah hari pertama nya masuk setelah sidang komite waktu itu. Selama tiga hari itu juga, hanya Tiara yang rutin mengirim pesan bahkan terus mengunjungi Rumi.

"kita perasaan baru ketemu kemarin," balas Rumi.

Tiara menunjuk kan senyum lebar nya kemudian menggandeng tangan Rumi, kedua nya berjalan beriringan menuju ke kelas. Sepanjang perjalanan Rumi bisa dengan jelas melihat semua mata tertuju pada nya.

"akhirnya lo masuk sekolah, Rumi!"

Baik Tiara dan Rumi sama-sama menoleh ke belakang, keduanya melihat Hanum yang kini berdiri berhadapan dengan Rumi. Rumi berekspresi apa-apa, tapi ekspresi nya berubah begitu melihat orang yang berdiri di samping Hanum, orang tersebut adalah Ruri.

Pandangan mereka bertemu hanya sebentar karena setelah itu Ruri langsung mengalihkan tatapan nya, hal yang semakin membuat Rumi terkejut adalah genggaman tangan Hanum dan Ruri. Rumi merasa seperti tersambar petir di pagi hari.

"iyalah, masuk. Lo berharap Rumi ngapain?" sahut Tiara ketus.

Setelah mengetahui apa yang diperbuat oleh Hanum, Vanna, dan Leah. Sifat Tiara kepada mereka langsung berubah, ia tak menyangka jika mereka bisa memfitnah Rumi dengan kejam nya.

Hanum hanya tersenyum menanggapi ucapan Tiara, matanya berpindah ke arah Rumi, menemukan cewek itu tengah menatap genggaman tangan nya dan Ruri. Melihat itu membuat senyum Hanum kian melebar, ia lalu menganggat genggaman tangan mereka, menunjukkan kepada Rumi sepasang cincin yang terpasang di jari manis kedua nya.

"gue sama Ruri tunangan, lo gak tau, ya?" ucap Hanum tanpa dosa sama sekali, ia lalu melirik ke arah Tiara, "gue pikir Tiara ngasih tau lo."

Rumi tak tau harus berekspresi seperti apa, selama tiga hari ia menantikan penjelasan dari Ruri tapi cowok itu menghilang tanpa kabar, ia mengirimkan pesan dan tak di balas sama sekali. akhirnya, tanpa mengucapkan apa pun Rumi langsung pergi dari hadapan kedua orang tersebut, Tiara yang melihat itu jelas langsung menyusul langkah Rumi.

His Name, RuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang