Chapter 70

365 27 3
                                    

"Agnia, ambilin tas gue di kamar," perintah Hanum begitu melihat saudara tirinya itu baru saja menuruni tangga.

Mendengar perintah itu membuat Agnia melemparkan tatapan tajam pada Hanum, "ambil sendiri, lo punya kaki," tolaknya dengan nada ketus.

Hanum berdecak sebal, ia lantas berdiri dari duduknya menghampiri Agnia dan melayangkan satu gamparan kencang ke pipi cewek tersebut. para pelayan yang tadinya sedang sibuk berlalu lalang hanya menatap kejadian itu sekilas, mereka langsung menundukkan kepala dan melanjutkan pekerjaan mereka. Seolah yang terjadi barusan itu tidak ada.

"kalau gue suruh ambil tuh ambil! Anak haram!" maki Hanum tepat di depan wajah Agnia.

Kesabaran Agnia hampir mencapai limitnya, satu minggu terakhir ia sengaja untuk tidak melawan perintah dari keluarga Greyson, sengaja dilakukannya karena hari pembalasannya akan tiba, Agnia tidak ingin mengacaukan rencananya dan Ruri.

"oke, gue ambilin," jawab Agnia dengan nada dingin dan tatapan datar, ia kembali menaiki tangga dan pergi ke kamar Hanum.

Sesampainya di kamar cewek tersebut, tanpa perlu waktu lama Agnia langsung menemukan sebuah tas kecil berwarna hitam yang terbuat dari kulit hewan berada di atas meja rias Hanum. Agnia tidak ingin berlama-lama, niatnya adalah untuk segera mengambil tas tersebut dan menyerahkannya kepada Hanum.

Tangannya meraih tas tersebut dengan kasar, tapi sudut matanya tak sengaja menatap sebuah kertas HVS dengan logo rumah sakit yang tersimpan di atas meja rias Hanum. Keningnya berkerut tipis, ia ingat dengan perkataan Ruri beberapa hari lalu jika Hanum sempat muntah ketika cowok itu menginap.

"dia sakit?" gumam Agnia lalu mengambil kertas tersebut, tanpa menunggu lama langsung membuka kertas itu dan membacanya.

Perlahan kedua bola mata membulat kaget, bibir tipisnya sedikit terbuka.

"Hanum Greyson, positif hamil dengan usia kehamilan enam minggu." Baca Agnia dengan suara lirihnya.

Sebelah tangannya yang menggengam tas milik Hanum tadi refleks dijatuhkannya, Agnia dengan cepat membuka HP nya, ia berniat mengirimkan berita besar ini kepada Ruri. Tapi sebelum jari jempolnya menekan kontak Ruri, pintu kamar yang tadinya dibiarkan terbuka sedikit kini terbuka lebar.

Menampakkan sosok Hanum dan juga Aneta, Agnia dengan cepat menyembunyikan surat tersebut di belakang tubuhnya tapi gerakkan kurang cepat. Hanum yang sudah tau jika Agnia menyembunyikan sesuatu lantas berjalan dengan cepat ke arah cewek tersebut dan menarik kasar kertas yang ada digenggaman Agnia.

"LO GUE SURUH AMBIL TAS KENAPA MALAH BUKA YANG LAIN?!" amuk Hanum, wajahnya memerah antara marah dan malu.

"Hanum, kecilin suara kamu!" tegur Aneta lalu menutup pintu kamar anaknya tersebut agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

Agnia menatap kedua ibu dan anak itu bergantian, ia lantas tertawa kecil, "jadi ini alasan kenapa pertunangannya dipercepat, ya? Supaya lo bisa bilang kalau bayi di dalam perut lo itu anak Ruri?"

Tak ada jawaban langsung tapi Agnia bisa melihat jika ucapannya tepat sasaran dari perubahan wajah ibu dan anak tersebut, licik. Kedua orang di hadapannya ini benar-benar licik.

"kakek dan papa tau masalah ini?" tanya Agnia lagi, keterdiaman mereka membuat cewek itu semakin yakin jika Axel dan Dylan sama sekali belum tau.

"ibu dan anak sama aja," ucapnya tajam, ia ingin melangkah pergi keluar dari kamar Hanum tapi tangannya sudah terlebih dahulu di cekal oleh Aneta, wanita itu menatapnya dengan tatapan tajam.

"mau kemana kamu, hah?" tanya Aneta tajam.

Agnia tersenyum tipis, "menurut anda? Jelas ngungkapin kebusukan kalian lah!"

His Name, RuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang