Andrea memukul keras papan tulis menggunakan penggaris panjang berbahan kayu demi mendapatkan perhatian teman sekelasnya, setelah dirasa sudah cukup cewek itu lalu duduk di meja guru dan membuka kertas HVS yang dibawanya dari ruang Osis.
"karena sebentar lagi ulang tahun sekolah, bakal diadain lomba, jadi tadi Osis minta perwakilan dari setiap kelas untuk ikut lomba," ujar Andrea.
Fany mengangkat tangannya, "kalau gak mau ikut lomba gimana?"
"ya gak papa, tapi diusahakan ikut, supaya rame."
Andrea lalu mengambil spidol papan tulis dan mulai menulis beberapa lomba di papan tulis, setelah selesai cewek itu lantas berdiri menghadap ke arah kelas dan menatap teman-temannya satu persatu.
"siapa yang mau ikut tarik tambang? Tiga cowok tiga cewek!"
Tanpa dipaksa, Ago, Leo, Kamal, Ratna, Zerrin, dan Adalea langsung mengangkat tangan mereka setinggi mungkin, tidak dipungkiri lagi jika keenam orang itu selalu berhasil membawa kelas mereka menjadi juara satu dalam tarik tambang.
"ok." Andrea lantas menulis nama keenam orang tersebut, "vokal solo cowok?" spidol menunjuk ke arah lomba yang disebutkannya.
Setiap tahun Ruri pasti selalu memilih perlombaan basket atau estafet karena ia pelari yang handal, tapi tahun ini ia memilih lomba yang berbeda, maka dengan penuh percaya diri cowok itu mengangkat tangannya ke atas udara, membuat Andrea bahkan teman satu kelasnya pun menatapnya kaget.
"Ru, ini vokal solo, bukan basket," ujar Fany kaget.
Ruri mengangguk kecil, "gue gak buta, gue ikut vokal solo," ucapnya mantap.
"bagus suara lo, Ru?" tanya Lion selaku orang yang selalu mewakili kelas mereka dalam lomba vokal solo.
Ruri lantas melemparkan tip-x nya ke arah Lion yang duduk di paling ujung ruangan, "banget, Yon, lebih bagus dari suara lo," balasnya dengan nada mengejek.
Karena tak ingin membuang waktu Andrea langsung menuliskan nama Ruri di papan tulis, tepat setelah nama Ruri ditulis, pintu kelas mereka diketuk pelan, semua mata langsung tertuju pada seseorang yang berdiri di depan pintu.
Hanum berdiri di depan pintu kelas, menatap lurus ke arah Ruri yang kini tak kalah terkejutnya.
"ada keperluan apa?" tanya Andrea.
Hanum melirik cewek itu sesaat, "gue mau bicara sama Ruri," ucapnya lantang.
Semua orang dikelas kini balik menatap Ruri, cowok itu menghala nafasnya kasar dan segera beranjak dari tempat duduknya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Hanum langsung berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Ruri di belakangnya.
Fany menatap ke arah Ago, "itu Ruri gak macarin satu circle lagi, 'kan?" tanyanya heboh.
Ago hanya menggeleng kecil, teman-teman sekelas lainnya pun masih menatapnya penasaran, "lo pada kayak gak tau Ruri aja," ucapnya dengan santai.
***
Langkah Hanum membawa keduanya pergi ke gudang yang berada di belakang gedung sekolah, tempat sepi yang sering kali keduanya jadikan tempat bertemu dulu saat masih bertunangan.
"lo mau ngomong apa?" tanya Ruri, ia mengambil salah satu kursi yang terlihat masih bagus dan duduk di sana.
"gue sama Ezra putus," ucap Hanum.
"terus?" kening Ruri berkerut, ia sudah tak tertarik lagi dengan hubungan kedua orang tersebut.
Hanum berjalan mendekat, berdiri tepat di hadapan Ruri, cowok itu menatapnya kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Novela Juvenil"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...