"jadi... kita mau ke mana?" tanya Ruri begitu pintu rumah berwarna coklat gelap itu terbuka.
di sore minggu ini, keduanya berniat untuk pergi berjalan-jalan, menyegarkan pikiran setelah apa yang mereka lalui selama beberapa bulan terakhir sekaligus merealisasikan date mereka yang tertunda sewaktu itu.
"lo sudah makan?" tanya Rumi sambil mengunci pintu rumah dan menaruhnya di bawah pot bunga.
"sudah, tapi kalau lo belum mending cari makan dulu."
Tangan Rumi itu dengan cepat merebut kunci mobil Ruri ketika cowok tersebut hampir menyalakan mobilnya, ia menyimpan kunci tersebut ke dalam tas kecil berwarna putih yang dibawanya.
"kita gak naik mobil hari ini!" Rumi menarik tangan Ruri, jarak antara rumah Rumi dan depan gang itu lumayan jauh, jadi ketika keduanya sampai di halte bus kedua anak muda itu cukup merasa pegal di kaki mereka.
"kita naik bus?" tanya Ruri sambil mengusap keringat di wajahnya.
Ruri cukup malu untuk mengakui ini, tapi ia jarang sekali menaiki transportasi umum, Ruri pernah sekali naik bus bersama dengan Ago dan itu terakhir kalinya ia menaiki transportasi umum.
"bukan, kita naik angkot!"
Kedua mata Ruri membulat, belum sempat ia bereaksi kini tangannya kembali di tarik, Rumi menghentikan sebuah angkot yang lewat di depan mereka, cewek itu menariknya masuk ke dalam angkot. Keduanya duduk di paling pojok karena hanya tempat itulah yang tersisa, tubuhnya yang tinggi membuat Ruri jadi sedikit kesusahan untuk menekuk kedua kakinya, ia memandang ke arah Rumi.
Tak lama kemudian Rumi mengajak mereka kembali turun, keduanya sampai di depan sebuah pasar malam mungkin karena masih sore jadinya tidak terlalu banyak orang yang datang, Rumi menarik tangan Ruri membawa cowok itu untuk masuk ke dalam pasar malam tersebut, langkah keduanya terhenti di depan stand penjual makanan Korea.
"mau pesan gak?" tanya Rumi.
Ruri melihat-lihat makanan yang dijual, "sosis bakar aja," jawabnya.
Ia tak mungkin memesan bakso seafood karena Ruri tak tau kandungan apa saja yang ada di dalam bakso tersebut, akan sangat merepotkan jika alerginya kambuh. Selesai memesan makanan dan minuman, kedua remaja itu lalu duduk di salah satu bangku panjang, menikmati makanan mereka sambil melihat-lihat orang yang berlalu lalang.
"habis ini mau naik wahana?" celetuk Ruri, sedari tadi pandangannya selalu terfokus pada beberapa wahana permainan di pasar malam sayangnya tidak ada orang dewasa yang bermain di wahana tersebut kecuali wahana bianglala.
"apa, ya?" Rumi dibuat berpikir, ia juga ikut kebingungan, tidak mungkin mereka pergi ke pasar malam tanpa mencobai salah satu wahananya.
"Rum, naik itu yuk?" Ruri menunjuk ke arah wahana komidi putar.
"aren't we to old for that?" ujar Rumi sedikit tidak yakin dengan ajakan Ruri.
Komidi putar itu memang masih cukup sepi dan yang menaiki hanyalah anak-anak berusia 6-8 tahun, akan sangat canggung bagi mereka yang berbadan cukup besar dari anak-anak tersebut menaiki itu.
"mumpung masih sepi, ayok, Rum!"
Kali ini giliran Ruri yang menarik tangan Rumi, ia membayarkan tiket masuk untuk wahana tersebut, keduanya duduk di atas kuda dan saling bersebelahan, Rumi tak bisa melakukan apa pun, ia hanya duduk sambil terus menyembunyikan wajahnya karena malu apalagi tadi orang yang menjaga wahana itu sempat menatap mereka kebingungan, untuk apa orang dewasa seperti mereka menaiki wahana seperti ini? mungkin itu arti dari tatapan si penjaga.
"Rumi, look here." Ruri memanggil sambil menepuk pundak Rumi.
Ia menoleh dan selanjutnya sebuah flash yang menyilaukan mata menyambut Rumi, cewek itu menutup kedua matanya, "Ruri silau!" serunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/213157726-288-k442554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Roman pour Adolescents"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...