Chapter 3
Park Sooyoung sadar dan tahu kalau ibu mertuanya ini pada awalnya tidak menyukainya. Bahkan ia masih ingat tatapan tajam disertai merendahkan dari ibu mertuanya itu saat kali pertama mereka bertemu, tatapan seolah tengah menilai dirinya. Park Sooyoung hanyalah anak yatim piatu yang tinggal dan besar di sebuah panti asuhan. Park Sooyoung juga tidak begitu pintar karena kenyataannya ia tidak melanjutkan sekolahnya hingga ke perguruan tinggi. Dan Park Sooyoung bukanlah tipikal perempuan yang pandai berbasa-basi, memuji-muji untuk mengambil hati seseorang. Dia bahkan perempuan yang cukup pendiam.
Lantas, Sooyoung semakin sadar kalau ibu mertuanya itu tidak akan dengan mudah menyukainya. Lagi pula ibu mana yang mau putranya yang tersayang, yang terbaik dan yang dididik dengan sepenuh hati itu menikah dengan seorang perempuan yang serba kurang seperti Sooyoung ini? Jika Sooyoung punya seorang anak lelaki kelak pun, bisa jadi ia tidak setuju jika putranya nanti menikah dengan perempuan sepertinya.
Tapi Tuhan itu Maha Adil! Setidaknya dengan semua kekurangan yang dimilikinya itu, Sooyoung memiliki paras yang cantik. Kecantikan yang sebenarnya Sooyoung sendiri tidak pernah sadari dan tidak pernah ia minati itu membuat ibu mertuanya setidaknya mulai menyukainya.
Ibu mertuanya bisa memamerkan dirinya (kecantikannya) dihadapan para teman-temannya dengan penuh bangga. Dan itu membuat ibu mertuanya merasa senang bukan kepalang karena memiliki menantu paling cantik diantara semua teman-temannya itu. Pada akhirnya, ibu mertuanya itu senang memiliki menantu seperti Park Sooyoung yang sebelumnya tidak ia sukai.
Park Sooyoung yang cantik dan sangat penurut. Park Sooyoung yang bisa ibu mertuanya dandani seperti putrinya sendiri, dibuat begini dan dibuat begitu seperti sekarang ini.
"Sempurna! Kau akan menjadi yang paling cantik dipesta ini!" Lia (Ibunya Taehyung/Ibu mertuanya Sooyoung) itu tersenyum senang memerhatikan menantunya yang kini sudah terlihat sangat sempurna menurutnya. Lia memperbaiki letak kalung dileher Sooyoung sambil menambahkan. "Gaun putih ini memang yang paling terbaik untukmu." Baru beberapa detik berlalu, Lia kembali melanjutkan ucapannya ketika ia mengambil satu langkah mundur menjauhi Sooyoung. "Tapi hitam juga cocok untukmu! Gaun merah yang waktu itu juga. Astaga... Semua cocok ditubuhmu, Sooyoung!"
Sooyoung tersenyum, merasa lucu dengan ibu mertuanya yang menurutnya sangat berlebihan. Lalu ibu mertuanya mengerucutkan bibirnya dan berkata. "Kenapa bisa kau secantik ini? Apa ibumu itu sangat cantik yah?" Seolah tersadar, Lia menutup mulutnya sendiri. Ia menatap Sooyoung dengan pandangan meragu ketika kembali membuka mulutnya. "Maaf! Aku lupa kalau kau tidak pernah melihat rupa ibumu itu."
Lagi, Sooyoung tersenyum sebelum menjawab. "Tidak apa-apa. Aku memang belum pernah melihat ibuku sendiri dan itu sebuah kenyataannya. Jadi ibu tidak perlu merasa bersalah!"
Lia tersenyum masih dengan raut bersalahnya, kemudian ia menggandeng lengan Sooyoung dan berkata. "Benar! Tidak apa-apa tidak bisa melihat ibumu. Yang terpenting sekarang, ada ibu yang selalu berada disampingmu. Yang bisa mempercantik kecantikanmu itu. Benarkan?"
Sooyoung menganggukan kepalanya lalu ibu mertuanya kembali berkata. "Ayo kita sapa para tamu undangan! Aku rasa semua akan terpesona ketika melihat kecantikanmu ini, Sooyoung!"
Semua akan terpesona melihat kecantikan Sooyoung lalu ibu mertuanya akan menjadi sangat bangga dan merasa senang. Tapi bagaimana dengan Sooyoung sendiri? Apa dia sendiri merasa senang dengan penampilannya sekarang ini? Apa dia senang menjadi pusat perhatian dipestanya yang sebenarnya diadakan dan direncanakan oleh ibu mertuanya ini?
Entahlah...!
***
"Ya ampun, kenapa bisa anak nakal itu terlambat pada pesta perayaan ulang tahun pernikahannya sendiri sih?" Lia terus saja menggerutu kemudian ia menarik lengan Sooyoung, membuat Sooyoung berdiri menghadapnya kemudian dengan wajah lucu khas ibu-ibunya itu ia berkata. "Aku rasa ada yang salah dengan anak ku itu! Aku sudah memberikan fotomu saat kau selesai dirias tadi. Tapi Taehyung masih saja harus menuntaskan pekerjaan bodohnya itu hingga belum tiba sampai saat ini. Apa dia selalu begitu menyebalkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!