Chapter 12
"Kim Taehyung kau sudah gila! KAU, GILA!"
Taehyung membelalakan sepasang matanya setelah berkata untuk dirinya sendiri. Kemudian ia membuka keran air dan membasuh wajahnya, berkali-kali dengan kasar. Sambil bercermin melihat wajahnya yang sudah basah dengan sepasang mata merah ia kembali berkata untuk dirinya sendiri. "Apa setelah ini Sooyoung akan menganggap aku monster? Apa dia akan menghindariku nantinya? Tidak mau bertemu denganku lagi? Astaga...!" Taehyung menyeka wajahnya. Sepasang matanya masih saja merah dan mungkin tambah memerah setelah ia membasuh wajahnya dengan air berkali-kali tadi itu.
Lagi, Taehyung kembali membuka suaranya untuk dirinya sendiri (Sepertinya dia memang hobi bicara sendiri dan jika saja Sooyoung melihatnya mungkin saja Sooyoung akan menjadi semakin takut padanya, ck). "Apa yang akan Sooyoung pikirkan tentangku setelah..." Sepasang mata Taehyung yang tajam dan memerah fokus menatap bibirnya sendiri. Jantungnya seketika berdetak lebih cepat dan ia jadi kesulitan menelan salivanya sendiri. Seolah rasa manis bibir Sooyoung masih (yang mungkin saja yah) tertinggal dibibirnya, Taehyung kulum bibirnya itu (tentu tidak ada rasa apa-apa) sebelum ia menambahkan. "Aku mencium bibirnya dengan penuh nafsu, seperti lelaki paling brengsek tadi itu. Dia pasti ketakutan. Ha, yang benar saja!"
Taehyung mengacak-acak rambut dikepalanya, merasa frustasi pada dirinya sendiri. "Apa yang harus aku lakukan saat aku bertemu dengannya nanti?" Kedua tangan Taehyung kini ia jabarkan dihadapan wajahnya (menatap kedua tangannya sendiri seperti tangannya itu habis melakukan tindakan paling kriminal) saat menambahkan. "Astaga... Aku bahkan masih bisa merasakan tubuhnya yang bergetar saat aku menggendongnya, memeluknya dan mencium bibirnya rakus. Arrgghttt...!" Lagi, Taehyung mengacak-acak rambut dikepalanya itu.
"Kim Taehyung kau memang sudah gila, benar-benar gila! Kenapa kau tidak bisa bersikap lebih lembut sedikit sih? Dan lagi, kenapa sulit sekali untuk menahannya tadi itu? Ck!"
***
Sooyoung membelalakan sepasang matanya, kaget, terkejut atau jika ada kata yang artinya bisa melampaui dua kata itu maka Sooyoung akan menggunakan kata itu. Apalagi saat Taehyung kini mencium bibirnya. Bukan, bukan! Bukan mencium, tapi menggigit perlahan bibir bawahnya hingga Sooyoung sempat bertanya-tanya: Apa memang dicium itu sama dengan digigit? Lalu Taehyung menggigit bibir atasnya, mengulumnya, memagut, memainkannya bergantian dan tidak sabaran (Liar, rakus atau ada kata apa lagi yah yang punya artian seperti itu? Kalau kalian tahu, coba sebutkan saja!).
Tidak hanya sampai disitu saja, lidah Taehyung bahkan menerobos masuk kedalam mulut Sooyoung, mencari-cari keberadaan lidah Sooyoung seolah lidah Taehyung ingin bertegur sapa dengan lidah Sooyoung, berjabatan dan saling merangkul (berdansa, berdendang, dan lain-lainnya, Ha!).
Rasanya...
Mungkin karena rintikan air hujan terus saja turun maka Sooyoung lebih memilih untuk memejamkan sepasang mata bulatnya itu. Kemudian rasanya seolah semua beban pemikiran dikepala Sooyoung itu lenyap, hilang seketika. Kepalanya benar-benar terasa ringan walau tubuhnya kini semakin bergetar hebat. Sooyoung rasa ia bisa saja melayang saat itu juga jika Taehyung tidak sedang menggendong tubuhnya.
Udara malam itu dingin, tapi anehnya tubuh Sooyoung terasa panas. Lalu ia sadar ia tengah ketakutan saat Taehyung terus saja menciumi bibirnya, tapi anehnya Sooyoung justru menikmati itu semua. Benar, ia menikmati ciuman itu, ciuman pertamanya!
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Sooyoung segera menolehkan kepalanya, melihat Yena yang kini berjalan mendekatinya. Kemudian Sooyoung mengedipkan sepasang matanya normal, mencoba melupakan semua ingatan yang masih kental didalam kepalanya itu. Yena meletakan nampan yang berisikan obat ke atas meja rias (tentu saja vitamin dari ibu mertuanya yang masih saja rutin Sooyoung konsumsi) lalu Yena berdiri di samping Sooyoung yang duduk didepan cermin meja riasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!