Chapter 11
Sudah dikatakan bahwa sosok Taehyung adalah tipikal lelaki brengsek yang menyebalkan. Hanya saja kata brengsek disini tidak diarti luaskan sebagai lelaki hidung belang yang genit dengan perempuan cantik dan suka sekali bergonta-ganti pasangan. Kim Taehyung hanyalah lelaki brengsek yang memiliki sedikit kesabaran dan lebih banyak mengatakan serta melakukan apapun yang dia inginkan. Lebih mudahnya, katakan saja kalau Kim Taehyung itu si lelaki paling egois. Lelaki yang tidak bisa mengalah dan tidak bisa bersikap lemah lembut dengan perempuan atau makhluk lainnya yang ada di dunia ini.
Dan karena sikap serta sifatnya inilah Taehyung tidak memiliki teman yang benar-benar bisa disebut sebagai teman. Sebenarnya lucu jika mengingat Taehyung pernah menyebutkan kata-kata kalau Sooyoung kemungkinannya tidak punya teman padahal dia sendiri juga tidak mempunyainya. Memangnya siapa yang mau berteman dengan orang egois sepertinya? Jika ada, itu hanya para perempuan seperti Lee Jia yang memang memiliki perasaan dan niat lain pada Taehyung. Bagaimana dengan yang lainnya?
Entahlah! Taehyung tidak yakin. Jeremy saja dekat dengannya sekitar tiga tahun ini karena pada awalnya Taehyung memang membutuhkan Jeremy lebih dulu untuk mengembangkan project terbarunya waktu itu. Dan bagaimana dengan sekarang? Lagi, Taehyung tidak yakin ia bisa menyebut Jeremy sebagai temannya saat ini (walau dia dan Jeremy sering makan siang bersama akhir-akhir ini). Apalagi mengingat soal hadiah yang Jeremy berikan pada Sooyoung serta teman kecil Sooyoung itu. Jeremy bukanlah seorang teman bagi Taehyung. Dan tidak ada teman dalam kehidupan Taehyung. Bukankah ini lebih menyedihkan dibanding Sooyoung yang masih memiliki satu teman dibanding dirinya?
Taehyung mengangkat sudut bibir kananya, merasa lucu memikirkan soal pertemanan yang mengusik kepalanya sedari ia membuka hadiah yang sebenarnya bukan miliknya itu hingga sekarang. Lalu Taehyung mengangkat kepalanya lurus kedepan dan menemukan Sooyoung yang baru saja keluar dari dalam toilet. Senyumannya melebar tapi kemudian wajah dingin Taehyung yang menyeramkan kembali hadir saat mata tajamnya tidak sengaja melirik seorang lelaki yang berdiri tidak jauh darinya (lebih dekat ke arah toilet) sedang terang-terangan memandangi Sooyoung dengan pandangan kagumnya yang menurut Taehyung berelebihan.
Apa-apaan lelaki itu? Apa dia mau sepasang matanya itu ditusuk dengan ujung pulpen mahalnya Taehyung saat ini?
Taehyung melangkah mendekati Sooyoung yang sebenarnya tengah berjalan mendekatinya. Mereka berdua berhenti tepat disamping lelaki yang ingin sekali Taehyung colok sepasang matanyanya itu kemudian Taehyung tersenyum pada Sooyoung sebelum berkata. "Apa ada suatu makanan yang sedang kau ingin makan?"
Sooyoung ingin menjawab tidak tapi kemudian ia hanya diam ketika Taehyung menudukan kepalanya. Tangan kanan Taehyung bergerak untuk menyelipkan anak rambut Sooyoung ke belakang telinga sambil kembali membuka suaranya. "Ada terlalu banyak orang menyebalkan yang suka sekali menatapi milik orang lain. Apa semua orang memang begitu, menginginkan sesuatu yang bukanlah miliknya?" Taehyung sengaja mempertegas suaranya pada akhir kalimatnya. Pandangan tajamnya bahkan melirik lelaki yang kini tersenyum tidak percaya dengan apa yang baru saja Taehyung katakan itu.
Kemudian Taehyung tersenyum, merasa puas dan merangkul Sooyoung. Sooyoung bahkan sempat bergidik saat bahunya disentuh oleh Taehyung saat Taehyung merangkulnya dan menuntunnya untuk berjalan beriringan kini.
Apa Sooyoung terlalu lama meninggalkan Taehyung saat ia ke toilet tadi hingga Taehyung kini kesal makanya bersikap begini pada Sooyoung? Tapi menurut Sooyoung ia hanya menghabiskan waktu sekitar lima sampai tujuh menit didalam toilet tadi. Sooyoung melirik Taehyung lewat sudut matanya. Dan melihat Taehyung tampak seperti biasanya, ia memberanikan diri untuk bertanya. "Apa kita akan pulang?"
"Pulang?" Taehyung sempat mengernyit sebelum tersenyum dan menambahkan. "Bukankah aku sudah bertanya padamu sebelumnya? Apa ada suatu makanan yang ingin sekali kau makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!