Everything is a Mess

263 83 39
                                    

Chapter 41

"Apa kau yakin kau baik-baik saja?"

Sooyoung yang sedari sepuluh menit yang lalu hanya duduk diam sambil menundukan kepalanya itu, kini mengangkat kepalanya untuk menatap Jiyeol yang sedari tadi memerhatikannya itu. Sooyoung mengedipkan sepasang mata bulatnya sebelum menjawab. "Seharusnya kau tidak perlu memukulnya!"

Jiyeol menaikan kedua alisnya, agak kaget mendengar jawaban Sooyoung yang kurang pas menurutnya. "Jadi sedari tadi kau memikirkannya?"

"Entahlah!" Sooyoung kini menolehkan kepalanya ke samping, mengamati beberapa orang yang lalu lalang disana. Pandangannya tidak kosong karena memang pikirannya juga tidak sedang kosong saat ini.

Jiyeol atau Jeremy atau sebut siapa sajalah terserah kalian tersenyum mengamati Sooyoung. "Kenapa masih ikut denganku kalau kau sangat mengkhawatirkan si gila itu?" Lagi, Jiyeol tersenyum tampan sebelum menambahkan. "Yah walaupun aku akan merasa kecewa kalau tadi kau memilihnya, tapi setidaknya sebagian dari hatiku cukup senang karena kau berani untuk menentukan pilihanmu."

Sooyoung meluruskan kepalanya, menatap Jiyeol dan berkata. "Sejak kapan aku punya pilihan?"

"Sejak lahir! Setiap manusia punya pilihan untuk hidup mereka, Park Sooyoung! Dan karena kau juga manusia, kau berhak punya pilihan dan menentukan pilihanmu itu!"

Sooyoung mengedipkan sepasang mata bulatnya, terlihat polos namun cantik bukan main hingga bibir Jiyeol kembali terangkat untuk tersenyum dengan lebarnya. "Jadi, apa kau masih mau menunggu orang yang aku bicarakan sebelumnya atau mau pulang sekarang juga untuk menemui si gila itu?"

Sebenarnya Sooyoung masih ragu dengan pemikirannya sendiri. Dia ingin pulang, menemui Taehyung dan melihat keadaan lelaki itu. Tapi informasi yang sudah tiga hari Jiyeol sampaikan pada Sooyoung ini, begitu penting menurutnya. Dan yang sebenarnya terjadi, setelah Sooyoung melihat foto-foto yang dikirimkan Jia pagi itu, Sooyoung masih ingat kalau Jiyeol sempat menghubunginya. Jiyeol bilang ia menemukan orang yang tahu dan punya informasi tentang ibu kandung Sooyoung. Walau Sooyoung terlihat tidak peduli akan ibu kandungnya dan seolah tidak pernah mencari tahu keberadaannya selama ini, tapi tetap saja! Mendengar kabar yang seperti itu membuat jantung Sooyoung merasa kaget. Saat itu Sooyoung juga tetap ingat pesan Taehyung yang memintanya untuk tidak menemui Jiyeol, makanya dia tidak menemui Jiyeol sampai hari ini dimana Taehyung sudah kembali namun diwaktu yang tidak tepat sekali. 

Sooyoung lagi-lagi mengedipkan sepasang mata bulatanya, menatap Jiyeol dengan ekspresi datarnya. "Aku tidak tahu!" Kini dia menggidikan kedua bahunya saat menambahkan. "Semuanya begitu kacau!"

"Semuanya kacau?" Jiyeol mengerucutkan bibirnya, menggoyangkan ke kanan dan ke kiri sambil memikirkan ucapan Sooyoung yang menurutnya terdengar janggal. "Semuanya?" Kini Jiyeol memincingkan kedua matanya, menatap Sooyoung curiga. "Apa ada hal lainnya yang tidak aku ketahui?"

"Hal apa?"

Mata Jiyeol masih memincing curiga sebelum pada akhirnya dia tersenyum dan berkata. "Apa saja! Apa saja yang membuatmu merasa kacau!"

Sooyoung tersenyum, cantik tapi tidak terlihat begitu tulus. Ingatannya masih mengingat jelas foto Taehyung yang memejam tidur sambil bersandar dibahu Jia, juga foto Taehyung yang tersenyum bahagia saat memeluk erat tubuh Jia. Apa Taehyung juga terlihat senyaman difoto itu saat Taehyung berbaring, memejam tidur disamping Sooyoung selama ini? Dan apa Taehyung terlihat sebahagia seperti difoto saat Taehyung memeluk Sooyoung? Dan lagi, kenapa Sooyoung terus saja memikirkan hal itu padahal masih ada banyak hal yang seharusnya ia pikirkan.

Jiyeol mengernyit saat ponselnya berbunyi. Lelaki itu meraih ponselnya yang ada didalam saku jasnya, melihat layar pada ponselnya kemudian kembali mengernyit sambil berkata. "Sooyoung, aku rasa aku harus mengangkat telepon ini dulu!" Jiyeol bangun berdiri dari duduknya, menggeser kursinya untuk menjauh dan melirik Sooyoung sejenak. "Berikan aku waktu lima menit dan aku akan kembali!"

The Fake WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang